[48] Gencatan Senjata

15.5K 1.9K 120
                                    

Kangen ya?

Dikit lagi end jadi dihemat-hemat update-nya.

Dikit lagi end jadi dihemat-hemat update-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


oOo


"Nggak usah, Kin. Gue baik-baik saja ih." Aku mengelak dari cekalan Kinoy yang memaksaku masuk lift menuju lantai lima. Kinoy meyakini aku tidak baik-baik saja setelah aku disamperin Vivian di kafetaria.

"Dengar ya, Mo. Berhubung Dewang sudah ngomongin komitmennya sama lo—"

"Kin, gue bahkan belum jawab mau apa nggak dideketin dia."

Kinoy berdecak sambil memencet angka lima."Mau apa enggak itu hanya soal waktu. Kalau Dewang konsisten mepetin lo, apa iya lo nggak luluh? Dia nggak buruk-buruk amat kok, daripada lo galauin Kyle yang nggak guna itu."

Heran ya, kenapa orang-orang tuh, mengira aku masih galauin Kyle, ngarep sama dia, nyimpen harapan, dan sejenisnya cuma karena aku masih berhubungan sama mantan. Padahal loh, hubungannya juga enggak bagus-bagus amat. Aku cuma mencoba berdamai dengan situasi mau gimana juga kami sekantor dan interaksi urusan kantor pasti bakalan ada. Gitu aja.

"Aduh Kin, gue sama dia belum ada apa-apa, aneh banget gini aja ngadu." Aku menarik tangan Kinoy yang tampak berusaha ingin mendorongku keluar lift begitu tiba nanti. "Jam kerja, Kin."

"Nggak harus ngadu. Sometimes,cuma berada di sekeliling orang yang kita suka itu bikin calm down." Tangan Kinoy bergerak-gerak ke atas membayangkan sesuatu yang tampak absurd. "Ya, kayak gue capek-capek kerja keras banting tulang buat menghidupi majikan kucing segitu banyaknya, tapi pulang kerja lihat mereka gemoy lucu-lucu semua capek ilang."

Aku memutar bola mata. Nggak ada analogi lain apa?

"Kurang lebih begitu juga kalau lo digangguin mantan, terus lihat gebetan. Meski gebetan lo kayak setan, tetep mendingan."

"Kin, take note. Gue nggak GALAU!"

Pintu lift terbuka. Aku menolak keluar, tapi Kinoy membuat situasi makin konyol dengan mendorongku keluar. Di depan lift ada pintu menuju ruangan Alan. Di ruangan Alan ada ruang tunggu dan pintu menuju ruangan Dewang. Masih ada kesempatan untukku lolos.

"Kin, kerjaan gue banyak tolong—"

Tepat saat itu pintu ruangan Alan terbuka. Alan bengong melihat kami berdua terlibat aksi saling mengadang lift.Aku berusaha kembali ke lift, Kinoy mencegah.

"A-ada yang bisa dibantu, Mbak?" tanya Alan, bingung.

"Bantu bawa dia ke ruangan Pak Dewang, Lan." Kinoy menyahut cepat.

"Pak Dewang mau ada rapat. Ini saya mau jemput partnernya ke bawah." Alan mengecek jam tangan, menoleh sebentar ke ruangan. "Tapi kalau mau ketemu sebentar sekarang...."

Dewa Angkara Murka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang