4. Tes Darah

2.1K 267 146
                                    

Halo, ada yang nungguin ga

Vote 50+ komen 200 bisa ga? Hihi

HAPPY READING 

4. TES DARAH 

"Maksud dokter Rangga dekat sebagai apa?"

"Hm, teman?" balas Rangga.

"Dokter apa nggak ketuaan kalau anggap saya teman?" tanya Kinaya, menohok hati Rangga. 

"Kamu anggap saya setua itu, Kinaya?" Rangga tidak menyangka, padahal wajahnya masih bisa membuat orang salah menduga bahwa ia masih seorang mahasiswa. Ya, memang seharusnya begitu, namun Rangga menempuh pendidikan lebih cepat dari orang pada umumnya. 

"Eh." Kinaya menutup mulutnya sendiri. 

"Jadi, aku panggil apa nih? Pak Rangga?" 

Rangga mengelus dada dibuatnya. "Saya bukan Bapak kamu Kinaya."

"Om Rangga?"

Rangga menghela napas. Kinaya mengganti opsinya.

"Mas Rangga? Eh nggak, nggak."

"Kak Rangga?"

"Ya, begitu kedengaran lebih baik." 

"Siap, Kak Rangga." Kinaya menyengir.

"Tapi Kak Rangga janji kan, bakal nolak perjodohan ini?" Kinaya menatap lekat. 

"Saya janji."

"Makasih ya, Kak Rangga. Kalau gitu aku masuk sekolah dulu." Kinaya pamit. 

"Belajar yang benar, ya."

Kinaya mengangguk. Setelah Kinaya menutup pintu dan melangkah menjauh, Rangga masih setia memperhatikan punggungnya. 

"Tapi kalau untuk perjodohan ini batal, saya nggak bisa janji. Orang tua kita udah saling setuju, Kinaya." Rangga tersenyum jahil.

***

Kinaya menghubungkan earpods pemberian Rangga ke ponsel miliknya. Sesuai kata Rangga, ini dapat membantu Kinaya menutup saluran pendengarannya dari gosip-gosip yang seharusnya tidak ia dengar. 

Jika tidak ada perlu di kelas, sudah pasti ia sudah keluar sejak tadi. Namun ia masih nyelesaikan tugasnya yang belum selesai. Begitu juga sebagian siswa lain. Tugas yang diberikan tidak cukup dikerjakan dengan waktu selama jam pelajaran, namun sudah harus dikumpul saat jam istirahat. Sebagian siswa lagi memilih keluar dan tidak peduli dengan tugas.

Kinaya terkejut ketika sebelah earpods-nya dilepas paksa oleh seseorang. Sontak ia menoleh, mendapati Cheryl memandang kesal. 

"Pantasan gue panggil lo nggak dengar!" ketus Cheryl. 

"Kembaliin earpods-nya," pinta Kinaya.

"Beliin gue bakso sana! Setelah itu baru gue balikin!" Kinaya menatap sejumlah uang yang disodorkan Cheryl. 

"Tapi gue lagi kerjain tugas," balas Kinaya.

"Lo pikir gue peduli?" Mendengar tidak mau dibantah, Kinaya akhirnya beranjak sambil menyambut uang Cheryl. 

Kinaya melangkah keluar kelas, tanpa pembelaan. 

Gapapa, Kinaya. Dia cuma minta lo beliin bakso. Bukan ngata-ngatain lo.

Kinaya kembali ke kelas setelah bakso pesanan Cheryl sudah berada di tangannya. 

"Kok lo nggak pakai saos?" protes Cheryl bersidekap dada.

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang