14. Nginap

1.3K 184 211
                                    

Halo, baru sempet next nih

Kalian pembaca ke berapa part ini?

Kalian dari kota mana aja

Boom komen dong biar makin cepet next

HAPPY READING

14. NGINAP

Rangga masih bertahan pada posisinya. Ia membeku di tempat. Jantungnya berdetak cepat hingga darahnya berdesir hingga ke ubun-ubun. Kinaya memang tidak sengaja, sangat mengejutkan Rangga. 

Kinaya tidak tau harus berbuat apa melihat reaksi Rangga seperti itu. Canggung di antara mereka semakin leluasa. 

Rangga mengerjap berusaha menyadarkan diri. Ia meraih kresek berisi pempek di jok belakang yang sempat tertunda. 

"Ini," ujar Rangga, gugup. 

"Kak Rangga, maaf, nggak sengaja." Suara Kinaya pelan nyaris tidak terdengar. Ia menyambut pemberian Rangga. 

Rangga menatap mata Kinaya dengan wajah yang merona. Ia berharap Kinaya tidak menyadari. 

"Gapapa, Kin," jawab Rangga. 

Kinaya juga salah tingkah. Ia menatap arah lain, tidak berani memandang mata Rangga langsung. 

"Makasih, ya, Kak Rangga." 

"Sama-sama."

"Kak Rangga mau mampir?" tawar Kinaya, berusaha menatap Rangga.

"Kayanya nggak dulu Kinaya. Salam buat Tante Laras, ya." Mana bisa Rangga mampir jika dirinya sedang tidak terkendali. 

Kinaya mengangguk. "Aku... duluan, ya." Ia buru-buru turun dari mobil setelah Rangga menggangguk. 

Rangga memegang pipi bekas kecupan Kinaya tadi. Dipandangi gadis itu berlari masuk ke rumah. Senyum Rangga langsung merekah. 

"Jantung saya hampir copot, Kin."

***

Kinaya sedang mengikat tali sepatunya, namun ia lepaskan kembali dan mengikatnya kembali. Ia bersiap berangkat ke sekolah.

"Ma, Kak Rangga hari ini nggak jemput, kan?" tanya Kinaya. 

"Nggak, tadi Rangga bilang nggak bisa jemput karena ada urusan, terus minta maaf katanya."

Kinaya lega jika Rangga tidak menjemputnya, biasanya pagi-pagi sudah datang membangunkannya. Mungkin karena kejadian semalam yang membuat Rangga jadi canggung bertemu dengannya. 

"Oh iya, besok kan Minggu, nanti malam kita nginap di rumah Rangga, ya. Tante Mia minta Mama temenin, nanti Rangga yang jemput," ujar Laras.

"Apa?!" kaget Kinaya. "Nginap?"

"Iya, biasa aja dong kagetnya." Laras terkekeh.

"Kinaya juga?" Kinaya menunjuk dirinya sendiri. Ia sudah selesai memakai sepatu kemudian berdiri menghadap Laras.

"Iya, dong. Masa kamu sendirian di rumah?" balas Laras.

Kinaya ternganga. "Ya, gapapa."

"Nggak, ah. Mama khawatir. Pokoknya kamu ikut ya nanti. Mama siapin barang-barang kamu." 

Kinaya menyalim Laras dengan bibir mengerucut. Laras mengelus rambut Kinaya lembut. 

"Hati-hati, ya."

"Iya, Ma."

***

Kinaya berjalan keluar dari kelas menuju kantin. Sejak hari itu, teman-teman Kinaya sudah tidak ada yang melakukan bully padanya. Karena memang sejak awal, Cheryl dan teman-temannya yang melakukannya dan kemudian diikuti yang lain. Semenjak mereka tidak menganggunya, teman-teman yang lain juga demikian. 

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang