12. Dampak Bullying

1.2K 178 203
                                    

Makasih ya sudah vote komen, please no dark readers

HAPPY READING

12. DAMPAK BULLYING

Sebuah bola basket memantul keras ke arah ring basket, namun tidak sekali pun bola itu melewati ring. 

"Gue tau Kak Rangga pasti benci banget sama gue." Ceilo sedang melampiaskan emosinya dengan melempar bola basket dengan asal ke ring dan beberapa kali memantul papan ring. Seolah Ceilo sedang meruntuhkan tembok yang dibangun kokoh oleh Rangga di antara mereka. 

"Sampai kapan Kak Rangga?" 

Bola basket itu memantul ke arahnya. Lalu ia lempar kembali.

Kinaya tidak sengaja melihat Ceilo saat melewati tepi lapangan, namun bola yang dilempar Ceilo melesat ke arahnya karena pantulan pinggir papan ring. Tidak sempat menghindar, bola itu mendarat mulus mengenai kepala Kinaya. 

'Dug!'

'Bruk!' 

Ceilo terkejut telah menyelakai seseorang. Ia berlari mrnghampiri gadis yang ternyata adalah Kinaya.

"Kinaya?!" panggil Ceilo.

Baru saja jam istirahat dimulai dan Kinaya ingin ke kantin, tapi malah pingsan terkena bola basket.  

"Aduh, gimana ini?!" panik Ceilo, apalagi ketika siswa-siswi lain menyaksikan kejadian itu. Ceilo jadi seperti tersangka karena tatapan mereka. 

Tidak ada pilihan lain selain membawa Kinaya ke UKS seorang diri. 

Ceilo membaringkan Kinaya di ranjang UKS. Sebagai laki-laki yang bertanggung jawab, Ceilo harus menunggu Kinaya hingga sadar. 

"Moga lo gapapa, deh," gumam Ceilo. Ia menyesali telah memilih cara melampiaskan perasaannya seperti itu yang malah membuat orang lain celaka. 

Ceilo mencari sebotol minyak kayu putih di UKS dan tidak lama ia menemukan di kotak P3K  yang terletak di sudut ruangan. Kemudian ia mendekatkan minyak kayu putih ke hidung Kinaya berharap sadar setelah mencium aromanya. 

Beberapa saat kemudian, Kinaya mengerjap dan perlahan membuka matanya. Kinaya tampak kebingungan melihat sekitar. Di mana dirinya berada? Apa yang terjadi? 

"Syukur lah lo sadar, Kin. Sori banget gue nggak sengaja kenain kepala lo." 

Kinaya terkejut menyadari Ceilo di sebelah. Namun kemudian ia bisa mengingat kejadian sebelumnya, di mana ia pingsan terhantam bola basket. 

Kinaya beranjak untuk duduk. 

"Gapapa, kok." Kinaya tersenyum meski sebenarnya kepalanya terasa berdenyut hingga sekarang. 

"Beneran? Kepala lo masih sakit?"

"Gapapa, Ceilo. Tadi lo yang bawa gue ke sini?"

"Iya."

Jantung Kinaya berdegup cepat. Astaga, jadi tadi Ceilo menggendongnya? Sayang sekali tidak ada yang mengabadikan momen itu. Tapi membayangkannya membuat pipi Kinaya merona. Ia menunduk malu. 

"Kenapa? Pusing?" tanya Ceilo khawatir.

"Nggak, kok." Kinaya tersenyum. 

"Lo udah makan belum? Kalau belum gue beliin ya. Lo mau makan apa?" tanya Ceilo.

Kinaya menahan salah tingkah karena perhatian yang diberikan Ceilo.

"Apa aja yang lo beli, gue makan."

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Where stories live. Discover now