53. Akan Pengin Pinjamkan Ginjal

610 73 10
                                    

Halo, ada yang nungguin ga?

Mohon dukungan berupa vote komen ya 🥺

Jangan lupa ramein 500+ votes 1K+ komen 😍

Senam jari dulu sebelum spam komen

HAPPY READING

53. AKAN PENGIN PINJAMKAN GINJAL

"Kak Rangga, masuk yuk, nanti masuk angin loh," ujar Kinaya, mengalihkan topik,. Sejujurnya ia tidak kuasa digombali Rangga seperti itu, takut terkena serangan jantung.

Kinaya beranjak dengan boneka kodok di pelukan, Rangga masih setia dalam posisi tadi sambil terkikik dan menggelengkan kepala.

"Kamu duluan Kin, bentar lagi saya nyusul," sahut Rangga, membuat Kinaya membalikkan badan dan mengangguk sambil melambaikan tangan yang kemudian dibalas oleh Rangga.

Rangga menoleh ke depan lagi. Ia menghela napas, rasanya seperti mimpi Kinaya tidak marah. Mungkin ia saja yang terlalu takut, jika cintanya akan ditolak Kinaya hanya karena perjanjian waktu itu. Ia sadar sudah overthigking.

Walaupun Rangga seorang psikiater, tapi ia juga manusia, yang bisa mengalami overthingking seperti pada umumnya. Tidak dipungkiri jika Rangga punya trauma. Namun, ia selalu berusaha untuk mengatasi semuanya.

Kinaya bersandar di punggung sofa sambil menunggu Rangga turun dari rooftop. Tangannya memainkan boneka kodok yang sudah lama tidak berada dalam pelukannya, ia begitu rindu boneka ini.

Tidak lama kemudian Rangga turun dari tangga yang menghubungkan rooftop sambil menyisir rambutnya untuk merapikan rambutnya yang berantakan karena tiupan angin malam.

Kinaya kini salah fokus dengan Rangga. Ia terpukau melihat pesona Rangga walau hanya dengan kaos dan celana selutut. Ditambah Rangga sedang merapikan rambutnya yang bergerak naik turun seiring langkahnya menuruni tangga. Bahkan ia sampai tidak berkedip.

Rangga membalas tatapan Kinaya, hingga gadis itu tertegun, lalu salah tingkah sendiri. Menggemaskan, pikir Rangga.

Kinaya sampai tidak sadar bergerak menduduki kepala sofa kala Rangga mendekat, hingga Kinaya terjengkang ke belakang.

Rangga refleks terkejut dan menarik kedua kaki Kinaya. "Hati-hati, Kinaya."

Kinaya kembali pada posisi semula. Tanpa pikir panjang Rangga menyelipkan tangannya ke belakang leher dan belakang lutut Kinaya lalu mengangkat tubuh gadis itu dengan enteng.

"Eh, Kak?" Kinaya tergagap.

"Kamu ngapain, tidur sayang, udah malam." Rangga membawa Kinaya menuju kamarnya.

Kinaya refleks mengantungkan tangannya di leher Rangga. Jantung Kinaya berdetak cepat dan ia sendiri juga mampu mendengar detak jantung Rangga yang seirama dengannya. Lagi-lagi Kinaya merona. Perutnya terasa geli, seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di sana. Ia menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Rangga, menghirup aroma tubuh Rangga dalam-dalam, cukup memabukkan.

Hingga Kinaya merasa bokongnya menyentuh empuknya ranjang terlebih dahulu. Ia dibaringkan Rangga di ranjang lalu menyelimutinya hingga sebatas dada.

Rangga membenarkan posisi tidur Kinaya, tampak seperti seorang ayah yang membenarkan posisi tidur anaknya agar lebih nyaman.

Rangga mengelus kepala Kinaya lembut. "Good night, dweet dream Putri Tulip," bisik Rangga lembut.

"Good night, sweet dream too Pangeran Kodok," balas Kinaya, menyengir.

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Where stories live. Discover now