40. Hilang

626 96 27
                                    

Halo, absen dulu dong, komen emot 🌷 di sini

Apa yang hilang ya? Judulnya bikin ovt deh 🙂

Boleh minta support lewat vote komennya nggak, lemes banget liat komennya dikit, ayo komen dong biar aku mangat hehe makasih 🥺

500+ likes 200+ komen yuk 🥹

HAPPY READING

40. HILANG

Alyona sedang menunggu Kinaya yang sedang kontrol bersama Gavin di ruang prakteknya seperti beberapa hari yang lalu. Di saat-saat tertentu, seperti ketika Alyona tidak melakukan apa pun, terkadang rasa cemas itu terbesit dalam perasaannya. Hingga ia dikejutkan dengan seseorang yang berdiri di sebelahnya.

"Alyona?" panggil Rangga.

Alyona mendongak."Eh, iya, Kak Rangga?" Ia bahkan tidak tau sejak kapan Rangga berdiri di sebelahnya.

"Hm, boleh kita bicara sebentar di ruangan saya?" Kebetulan Rangga sedang tidak ada pasien, jadi ia bisa menggunakannya untuk berbicara secara privasi dengan Alyona.

"Boleh, Kak. Ada apa?"

Rangga bergerak mempersilakan Alyona masuk. Hingga mereka kini duduk berseberangan.

"Maaf, kalau saya lancang bertanya ini. Apa kamu keberatan sebelumnya?"

Alyona bingung. "Gapapa, Kak. Kenapa?"

"Apa ada yang menganggu pikiran kamu? Maaf kalau saya lancang memperhatikan kamu sejak kemarin. Kamu terlihat gelisah sepertinya." Rangga menaikkan alisnya.

Alyona tersenyum kecut. "Oh, Kak Rangga udah tau, ya?

"Ada apa, Alyona? Mungkin kamu bisa cerita sama saya."

"Aku emang punya anxiety dari dulu, Kak."

Rangga tertegun kemudian lanjut mendengarkan Alyona.

"Aku udah pernah ke psikiater. Sampai akhirnya aku capek karena semua terasa sama saja. Jadi sampai sekarang aku kaya udah terbiasa seperti itu. Obat juga nggak bikin aku jadi lebih baik, Kak."

"Kenapa ngomong gitu?"

"Selama ini aku ke psikiater juga pakai uang tabungan sendiri, Kak. Ayah dan Bunda nggak pernah peduli soal aku. Aku selalu salah di mata mereka. Daripada cuma habiskan uang untuk kepentingan lain, lebih baik aku berhenti, Kak."

"Saya turut prihatin, Al. Tapi, apa kamu nggak ada rencana untuk kembali ke psikiater?"

Alyona menggeleng. "Buat apa, Kak?"

"Setidaknya ada sedikit perbaikan, Al. Kamu nggak boleh pesimis."

"Tapi untuk sekarang aku nggak punya biaya yang cukup, Kak."

"Kamu nggak perlu pikirkan soal itu."

"Maksudnya, Kak?" tanya Alyona.

"Biar saya yang urus bagian biaya, kamu nggak perlu pikirkan."

"Jangan, Kak!" sela Alyona.

"Aku nggak enak hati," lanjutnya.

"Saya cuma pengin kamu kontrol lagi. Saya nggak keberatan soal itu. Karena, saya pengin setiap orang punya kondisi mental yang baik. Setidaknya, kamu punya tempat untuk didengarkan tanpa di-judge. Saya bisa bantu kamu. Saya peduli bukan karena kamu sahabat Kinaya. Ini tidak ada hubungannya. Saya benar-benar tulus menawarkan bantuan. Jika kamu tidak keberatan, Al."

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Where stories live. Discover now