41. Masa Lalu Rangga

630 106 22
                                    

Halo, akoh up lagi nih, awas ya kalau nggak ramein😭

Gimana reaksi kamu baca judul part ini hehe

Bantu ramein dong please🥹

500+ votes 200+ komen

kalau sampai target sabtu aku up😍

HAPPY READING

41. MASA LALU RANGGA

Akan berlari mengejar sosok pria paruh baya yang berjalan entah ke mana. Namun, Akan memutuskan untuk mengikutinya. 

"Papa!" Akan berteriak dengan pengejaan yang sedikit kurang jelas. 

Akan yakin ia tidak salah lihat. Pria itu adalah sosok yang persis dengan foto Papa dan Mamanya beberapa waktu yang lalu. Walau ia tidak lama menyimpan foto itu. Tapi memori Akan cukup kuat untuk mengingat bagaimana wajah Papanya. 

"Pa...pa!" Akan terbata, tidak mudah baginya untuk menyebut Papa sambil berteriak. 

Akan masih terus mengejar hingga pria itu melangkah keluar dari mal. Awalnya Akan sedikit ragu untuk keluar dari sana. Namun, ia ingin sekali memeluk Papa. Namun, sayang, langkah kecil Akan belum sempat menuntunnya untuk mendekap Papa. 

Pria yang dikejar Akan kini sudah masuk ke mobil yang baru saja menjemputnya di depan mal. Akan masih berusaha mengejar hingga ke mobil itu mulai bergabung ke jalan raya. Orang-orang di sekitar hanya memandang Akan penuh tanya. 

Mata Akan mulai berkaca-kaca. "Papa!" Air mata Akan menetes begitu saja. Ia masih berharap Papa menyadari bahwa ada sesosok anak kecil yang mengejarnya. 

Bagaimana pun Akan hanya seorang anak kecil yang ingin bertemu Papanya, ia tidak menyadari bahaya di sekitarnya. Hingga sebuah motor melesat cepat dan menyerempet Akan yang baru tiba di tepi jalan. Si pengendara langsung kabur begitu melihat tubuh anak itu terpental beberapa meter dan tidak sadarkan diri.

Orang di sekitar tempat kejadian pun heboh seketika, beberapa berusaha mengejar si pelaku. Namun, ketinggalan jauh. Beberapa langsung menghampiri Akan yang terbaring tidak sadarkan diri dengan kepala yang mengeluarkan darah segar karena terbentur sisi jalan. 

Salah satu pengunjung mal yang masih mengingat ciri-ciri anak hilang yang dicari tadi persis seperti anak korban tabrak lari. Ia langsung bergegas memberitahu pusat informasi. 

Tidak lama kemudian Kinaya datang, menyaksikan keramaian dan berusaha menerobos ke dalam. Hingga ia menutup mulutnya sendiri melihat Akan bersimbah darah. Harapan Kinaya bahwa ini bukan Akan pupus. 

"Akan!" jerit Kinaya.

Kejadian tabrak lari itu membuat suasana jalan raya jadi macet karena beberapa pengendara yang lewat penasaran kemudian berhenti untuk melihat apa yang terjadi. Bahkan ada juga yang sibuk merekam kejadian di sana dengan kamera ponsel yang mungkin akan diunggah di social media. 

Maka, tidak jarang beberapa pengendara lain menglakson kendaraannya. Hal ini me3mbuat Kinaya refleks menutup telinga karena ia tidak menyiapkan earpodsnya. Rasa kesal, marah, panik bercampur menjadi satu. Tangisan Kinaya pecah, antara menangisi Akan dan menangis karena gejala misophoninya.

"Tolong telepon ambulans!" pinta Kinaya, pada siapa saja. Sementara ia menghubungi Rangga.

Rangga yang masih berada di dalam mal, merongoh saku untuk mengambil ponselnya karena berdering. Langsung saja ia mengangkat panggilan dari Kinaya.

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Where stories live. Discover now