57. Memaafkan Dan Berdamai

581 50 12
                                    

Halo, cung yang nungguin dong

Spam emot di sini 🌷

Yang udah baca cerita REVAZKAR siapa? Udah tau belum REVAZKAR segera terbit? Hehe, untuk info lebih lanjut follow ig meliyana.j ya😍 

Jangan lupa bantu 1K+ likes 500+ komen🥹

HAPPY READING

57. MEMAAFKAN DAN BERDAMAI

"Saya Gibran, saya cuma ditugaskan untuk mengantar ini, dari Pak Erlangga." ujar pria paruh baya itu menyodorkan sebuah amplop cokelat yang entah apa isinya. 

Mia memandang benda itu, sedikit ragu untuk mengambilnya apalagi mendengar nama pemberi dari seseorang yang tidak ingin ia dengar namanya, tapi karena rasa penasaran berkecamuk di pikiran, ia memutuskan menyambutnya.

"Ini apa?" tanya Mia pada Gibran.

"Saya tidak tau apa isinya, tapi Pak Erlangga ingin kamu membacanya." Dari penjelasan Gibran, Mia dapat menyimpulkan jika kemungkinan isinya adalah surat. 

"Ada lagi?" tanya Mia, tampak tidak ingin berlama-lama dengan sesuatu yang berhubungan dengan Erlangga. 

"Baik, itu saja, Bu Mia. Saya permisi, terima kasih." Gibran sedikit menunduk sopan berpamitan lalu mundur selangkah sebelum akhirnya membalikkan badan dan beranjak dari rumah itu.

***

Hampir setengah jam Mia berdiam diri di tepi ranjang sambil menatap kosong amplop yang dititipkan Erlangga pada Gibran di sebelahnya. Penasaran tapi ragu untuk membukanya. Ia juga sibuk menerka-nerka isi surat tersebut yang kemungkinan ia ketahui maksud dan tujuan Erlangga, seperti beberapa waktu lalu. 

Setelah hati Mia kalah bergelut dengan pikirannya, akhirnya ia mengambil amplop itu kemudian membukanya dan menarik secarik kertas di dalam. Ia menyimpan amplop ke sebelah dan lanjut membuka lipatan kertas yang menjadi empat bagian.

Mia menarik napas sambil menyiapkan batin untuk menerima pesan yang disampaikan Erlangga. Tampak tulisan tangan Erlangga pun kurang jelas, tapi masih bisa dibaca oleh Mia.

Dear Mia,

Terima kasih sudah mau membaca surat ini. Beribu maaf terus aku ucapkan padamu. Mia, ada yang mau aku sampaikan. Tapi, aku tau kamu nggak akan mau bertemu langsung. Maka itu, aku sampaikan lewat surat. Saat ini aku di rumah sakit Gelora, kondisiku drop , aku pengin kamu ada di sini, tapi mustahil. Aku nggak bisa nulis lebih lama, aku cuma pengin bilang, aku sedang berencana mendirikan sekolah inklusi gratis. Sekolah ini aku persembahkan untuk Akan dan teman seperjuangannya yang membutuhkan. Ini cuma salah satu cara yang bisa aku lakukan untuk menebus kesalahanku padamu dan Rangga, aku lihat kalian sayang sekali dengan Akan, begitu juga aku.  Aku harap kamu dan Rangga mau terima penebusanku, dan Akan bisa bersekolah gratis di sana. Semua akan diurus oleh Gibran, pria yang mengantar surat ini. Cuma itu aja, Mia. Aku benar-benar minta maaf. Terima kasih, Mia. Satu keinginanku hanya kalian bahagia.

Erlangga

Mia meremas surat itu dengan kepala tangan hingga tak terbentuk. Linangan air mata turun begitu saja, perasaannya campur aduk. Ia sulit membedakan masa lalu dan masa sekarang karena trauma tersebut. Rasanya masih mustahil apabila Erlangga begitu tulus meminta maaf dan menebus kesalahan. Tapi, dalam hati Mia ia percaya Erlangga benar-benar tulus melakukannya. 

Mia ingin menerima maaf Erlangga. Namun, di sisi lain pikirannya memberontak. Jelas yang dilakukan Erlangga tidak bisa dimaafkan. Beda jika dilihat menggunakan hati, dengan pengorbanan Erlangga saat ini. Mia benar-benar frustasi memutuskan hal ini.

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Where stories live. Discover now