55. Penebusan

661 61 10
                                    

Halo, apa kabar kamu hehe

Absen dong dari kota mana aja?

Terima kasih yang sudah vote komen, jangan lupa ramein part ini lagi ya😍

Bantu 500+ likes 1K komen ya🥹

HAPPY READING

55. PENEBUSAN 

Dokumen-dokumen berserakan di meja kerja Erlangga yang berada di kamar. Ini baru salah satu cara yang bisa ia lakukan untuk menebus kesalahan pada mantan istri dan Rangga. Tujuan ini berkaitan dengan Akandra, juga untuk Akandra dan anak-anak yang membutuhkan. 

Erlangga baru saja selesai mengumpulkan dokumen penting untuk rencananya ke depan. Ia rapikan berkas-berkas tersebut ke sisi meja, tubuhnya terasa lemas karena memaksakan diri bekerja seharian. Ia butuh istirahat sekarang. 

Besok Erlangga akan bertemu dengan sahabat lama yang sudah lama tidak bertemu. Ia akan membicarakan tentang tujuannya. Ia harap semua berjalan dengan baik. 

***

Erlangga menyambut sohibnya dengan ramah, Gibran. Yang baru saja datang menemuinya di sebuah kafe di pusat kota. Gibran kini sudah pindah ke Bogor, maka mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Bahkan terakhir bertemu sudah bertahun-tahun yang lalu. 

"Apa kabar?" tanya Erlangga setelah mereka ber-highfive dan saling membenturkan pundak masing-masing seperti yang mereka lakukan sejak dulu. 

"Baik, baik, kamu gimana?" 

"Baik," ujar Erlangga, tersenyum tipis. Menyembunyikan dari Gibran bahwa sebenarnya ia sedang tidak baik-baik saja. 

Erlangga kemudian mempersilakan Gibran menempati kursi di depannya. Ia kemudian memanggil salah satu pelayan di kafe untuk memesan kopi panas untuknya dan Gibran.

"Gimana dengan keluargamu, istrimu dan anakmu?" tanya Gibran.

Erlangga menghela napas pelan. Gibran mengernyit begitu melihat senyuman kecut Erlangga. Ia rasa ada masalah dalam keluarga Erlangga.

"Ada apa? Cerita. Saya sudah lama tidak tau kabar kamu."

"Saya sudah cerai, dia selingkuh, bahkan merampas Lima puluh persen saham perusahaan saya. Dia tinggalkan saya dan Ceilo. Bahkan saya sempat mengalami bangkrut hingga jatuh sakit. Ceilo tampak terpukul, kini cuma bisa pasrah dengan semuanya."

Gibran turut prihatin dengan sahabatnya. Ia memasang raut wajah tidak tega. 

"Yang kuat, asal kamu tidak tinggalkan anakmu, kalian bisa lewati sama-sama."

"Tapi, kini perusahaan saya sudah kembali normal. Saya nggak janji untuk tetap bersama anak."

"Maksud kamu?"

"Saya kena gagal ginjal, saya butuh donor ginjal segera atau nyawa saya tidak tertolong." 

Gibran kian terkejut mendengar ungkapan Erlangga.

"Jangan bicara seperti itu. Kamu akan segera dapat pendonor. Saya bisa bantu kamu mencari pendonor yang cocok." 

"Tidak perlu, Bran. Saya sudah sering berhutang budi padamu."

Mereka diam beberapa saat, hingga Erlangga berujar kembali. "Karenanya, tujuan saya mengajak kamu ketemu adalah untuk membalas budi."

"Apa, Ngga? Kamu ingin balas budi apa? Saya nggak minta itu." 

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Where stories live. Discover now