56. Penyampaian

585 56 15
                                    

Halo, maaf baru sempet next hehe cung yang nungguin

Jangan lupa vote komen 🥹

Bantu 1K+ LIKE 500+ komen yuk

Senam jari dulu sebelum spam komen😍

HAPPY READING

56. PENYAMPAIAN

Rangga tampak tidak nafsu makan, ia hanya mengaduk makanannya tanpa minat menghabiskan, bahkan asap yang tadi masih mengepul kini sudah tidak terlihat.

"Rangga, kamu kenapa nggak makan daritadi?" tanya Erlangga. "Nggak suka, ya, makanannya?"

Rangga menggerakkan maniknya ke Erlangga. "Rangga cuma mau masakan Mama," ujarnya.

Erlangga saling bertatapan dengan Sania, selingkuhan yang kini sudah menjadi istrinya. Rangga tampak tidak menyukai masakan Sania.

"Sayang, dicoba masakan Mama ya, enak kok," bujuk Sania.

Rangga kecil memandang tidak suka. "Kamu bukan Mamaku." Ia langsung turun dari kursi, berlari menuju kamar. Menyisakan Erlangga dan Sania yang bergeming. Erlangga tampak mengelus dada.

"Sayang, maafin Rangga, ya, nanti akan aku bujuk," ujar Erlangga, mengusap kepala Sania dengan lembut.

"Gapapa." Sania berusaha untuk tersenyum, walau di dalam hati sebenarnya kesal.

Rangga menutup pintu kamar lalu menguncinya. Disusul Erlangga yang menyusul, ia mengetuk pintu kamar. Anak usia enam tahun itu berada di balik pintu dengan wajah datarnya. Semenjak beberapa hari berpisah dengan Mia, ia benar-benar menjadi sedikit pemberontak.

"Rangga, keluar, Nak, kita habiskan makanan kamu." Suara Erlangga hanya angin lalu.

"Rangga, kamu kemarin mau beli PS keluaran terbaru, ya? Habis makan, kita beli, yuk," bujuk Erlangga dengan berbagai cara.

"Kamu pengin apa lagi? Bilang sama Papa, Ngga, Papa akan kasih apapun."

Rangga mendelik. Erlangga benar-benar tidak mengerti perasaannya, ia hanya ingin bersama Mia. Ia tidak ingin mempunyai ibu baru. Ia tidak suka. Erlangga benar-benar jahat padanya, pikir Rangga.

"Rangga?" Erlangga kian gencar memanggil Rangga.

"Rangga nggak mau makan! Rangga nggak butuh apa-apa dari Papa! Rangga cuma mau sama Mama!" teriak Rangga.

Erlangga mengacak gusar rambutnya. "Rangga, udah, ya, kamu nggak usah pikiran Mamamu, sekarang udah ada Mama Sania yang sayang sama kamu." Ia membuka pintu, tapi sayang ternyata dikunci dari dalam. Beruntung ia menyimpan kunci cadangan untuk membuka pintu kamarnya.

"NGGAK! RANGGA NGGAK BUTUH MAMA BARU! PAPA JAHAT!" seru Rangga,

Pintu kamar Rangga terbuka, membuat anak itu sedikit terkejut sambil membalikkan badan. Dilihatnya Erlangga sudah masuk dan kini berlutut menyejajarkan tinggi badannya.

"Rangga, nurut ya sama Papa." Tangan Erlangga mengelus rambut Rangga. Berusaha meluluhkan hati anaknya.

"Papa sama Mama Sania, sayang sama kamu, Ngga. Sekarang, kamu perlu hormati Mama Sania sebagai mama kamu."

Seketika, air mata Rangga merembes membentuk sungai di pipi. Matanya berbinar memandang Erlangga, apa Erlangga masih punya hati? Apa Erlangga tidak mengerti perasaannya sedikitpun?

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Where stories live. Discover now