52. Asal Usul Pangeran Kodok

582 68 10
                                    

Halo, maaf ya baru next, ada yang nungguin ga hehe🥹

Makasi banget udah yang kemarin vote dan spam komen, huhu senang sekali medergeng

Boleh ga minta vote dan spam komennya lagi hihi🫶🏻

Bantu 500 votes 1K+ komen yuk

HAPPY READING

52. ASAL USUL PANGERAN KODOK

"Kamu nemu boneka itu darimana?" balas Rangga, balik bertanya dengan sedikit tergagap.

"Kok Kak Rangga balik nanya?" Mereka saling melempar pertanyaan, alih-alih membalas dengan jawaban.

"Hm, maaf, Kak Rangga, kalau aku lancang," ujar Kinaya. Ia menyadari tindakannya sedikit lancang. Tapi bagaimanapun juga ia perlu mengetahui jawaban Rangga.

"Aku nemu di lemari Kak Rangga, waktu aku ambil handuk tadi."

Rangga mengaduh dalam hati. Bisa-bisanya ia lupa menyimpan boneka kodok itu dalam lemari dan malah meminta tolong Kinaya mengambilkan handuk di lemari yang sama. Sekarang, ia harus jawab apa?

Kinaya menatap dalam kedua netra Rangga. Ia menemukan kegugupan Rangga, yang kini menggaruk tengkuk yang tak gatal.

Rangga berdeham. Ia takut Kinaya kecewa, karena ia telah menutupinya. Padahal ia tidak bermaksud begitu, hanya belum siap jika begitu tau Kinaya menolaknya.

***

Sebuah bola ditendang-tendang kecil oleh seorang lelaki berusia sebelas tahun di halaman rumahnya yang berumput. Hati anak itu hancur oleh ulah ayahnya sendiri. Ia berniat melampiaskan emosinya melalui bola itu hingga ia tidak sadar menendang bola dengan kuat hingga jatuh mengenai kepala adik tirinya yang berusia lima tahun, yang sedang bermain di teras halaman belakang rumah.

Refleks anak itu langsung menangis, sambil memegang kepalanya yang baru saja dihantam sesuatu.

"Ceilo!" Rangga tidak sengaja mengenai Ceilo, ia berlari menghampiri adiknya itu.

Bertepatan dengan Erlangga yang langsung menghampiri sumber suara. Ia melihat sebuah bola tidak jauh dari Ceilo yang sedang menangis dan Rangga yang berlari ke arah anaknya.

Erlangga langsung memukul wajah Rangga hingga anak itu terjerembab. Kaget, sakit, campur aduk. Ini bukan perlakuan pertama kali.

"KAMU UDAH BIKIN CEILO NANGIS? KAMU TENDANG PAKAI BOLA?" sarkas Erlangga.

"Rangga nggak sengaja Pa."

"Anak nggak guna kamu!" maki Erlangga lalu membawa Ceilo masuk ke dalam rumah sambil mengelus kepalanya yang sakit itu.

Tangan Rangga mengepal, hidupnya baik-baik saja jauh sebelum ini. Hingga perceraian Mia dan Erlangga membuat Rangga berpisah dengan Mia karena hak asuhnya jatuh ke tangan Erlangga. Hingga saat itu Rangga tidak pernah lagi bertemu dengan Mia semenjak usia enam tahun, bahkan berkomunikasi sekali pun. Namun, setelah itu hidup Rangga masih bisa dibilang baik, ia mendapat kasih sayang Erlangga dan ibu tirinya. Hingga Ceilo lahir ke bumi. Semua cinta Erlangga dan ibu tirinya hanya untuk Ceilo. Rangga yang selalu disisihkan, Rangga yang selalu disalahkan walau terkadang bujan ulah Rangga.

Makian Erlangga selalu terngiang-ngiang di kepalanya.

"ANAK NGGAK BERGUNA KAMU!"

Kalimat tersebut selalu dilontarkan Erlangga tanpa memikirkan perasaan dan Rangga. Bahkan prestasi Rangga tidak membuat mereka bangga sedikit pun. Ceilo benar-benar merebut dunia Rangga.

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang