54. Meresahkan

667 68 37
                                    

Halo, akoh up lagi hihi

Part ini baca pelan pelan aja, panjang soal nya hehe 🥹

Bole dong minta vote dan spam komennya 😍

Spam emot 🌷 di sini, dapat cowo kaya Rangga

Jangan lupa bantu 500+ votes 1K+ komen 

Makasi💗

HAPPY READING

54. MERESAHKAN

Selesai sarapan, Kinaya mengajukan diri untuk mencuci piring-piring bekas seorang diri di dapur, Rangga hendak membantu, tapi Kinaya tolak. Sementara Rangga sedang bersiap untuk mengajak Kinaya ke danau seperti beberapa waktu lalu. 

Kinaya menutup keran setelah selesai mencuci piring, ia berbalik badan, baru saja melangkah ia merasa ditahan sesuatu yang menganjal di pikiran. Kinaya menoleh ke belakang, menatap keran air itu. Pikiran Kinaya mulai memintanya mengulang hal yang tadi ia lakukan, yaitu membuka tutup keran kembali dalam jumlah ganjil. 

Kinaya mengepal. "Hm, tahan, Kin," ujar Kinaya, karena ia sadar sepenuhnya jika gejala OCD-nya sedang kambuh. 

Semakin Kinaya melawan, semakin gencar pula pikirannya itu menyerang. Ia menguatkan kepalan tangan. "Lo harus tahan ...."

Bahkan ancaman itu kembali di pikiran Kinaya, jika ia tidak melakukannya, ia akan celaka. 

Kinaya semakin merasakan cemas ekstrem. Hingga ia tidak mampu menahannya lagi, ia berbalik badan lalu membuka tutup keran itu lima kali. Setelah itu, Kinaya menopang lengan di sisi wastafel. Ia mengatur detak jantungnya yang berdetak lebih cepat. Ia berusaha mengatur napas, berusaha mengalihkan pikirannya agar tidak kambuh lagi. 

Kinaya berbalik badan, wajahnya menubruk dada bidang Rangga, refleks ia memegang hidungnnya. Ia dikejutkan oleh Rangga yang saat ini berdiri di depannya dengan tatapan khawatir.

"Kamu kenapa, Kin? Ada yang ganggu pikiran kamu?" terka Rangga tepat sasaran.

"Gejala OCD aku kambuh, Kak."

"Ada apa? Kamu lagi punya banyak pikiran?" khawatir Rangga.

"Hm, nggak juga, Kak."

Rangga mendekap tubuh Kinaya sambil mengelus kepala gadis itu lembut. 

"Gapapa, namanya gangguan akan kambuh, tapi kamu bisa lawan, Kin. Kamu masih ingat sama yang saya ajarin dulu? Sama seperti yang Dokter Gavin ajarin, kan, Kinaya?" 

Kinaya membalas pelukan Rangga erat. Ia memejamkan mata merasakan kenyamanan. Ia merasa lebih baik.

Rangga merasakan Kinaya mengangguk pelan dalam pelukannya. 

"Kita ke danau yuk. Kita mindfulness, kita refreshing di sana."

Kinaya mendongak, senyumnya terukir di wajah. 

Rangga merangkul Kinaya bergegas ke danau. Ia sendiri juga butuh tempat untuk merilekskan pikiran yang seminggu ini benar-benar menganggu. 

***

Setelah merasa cukup melakukan mindfulness seperti biasa, mereka berlarian ke tepi danau. Kedua tangan mereka saling terkait dengan jarak dua lengan, mereka berputar sambil berpegangan tangan layaknya anak kecil yang tertawa bahagia. Guna melepaskan stres. Seberat apa pun masalahnya, tertawa dapat mengurangi kadar hormon stres, seperti kortisol, epinefrin, dan dopamin, sekaligus meningkatkan hormon endorfin yang dikenal sebagai hormon kebahagiaan. Rangga selalu menerapkan ini ke sehari-seharinya, begitu juga ia menyarankan orang lain, seperti keluarga, sahabat dan pasiennya. 

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon