20. Apa Bisa Pulih Total?

959 130 147
                                    

Yang vote komen aku doain masa depannya kaya Rangga🥹

Hayu spam komen sampai 1K😆

HAPPY READING

20. APA BISA PULIH TOTAL?

Kinaya menyaksikan permainan catur antara Rano dan Rangga dengan wajah sedikit tegang. Bagaimana jika Rano menang lalu menetapkan kapan waktu nikah Rangga dan Kinaya. Ah, Kinaya tidak bisa membayangkan itu. Ia berharap Rangga lah yang menang. Rangga mungkin akan menantukan waktu yang masih lama untuk pernikahan pernikahan mereka.

Kinaya memang tidak mengerti bermain catur, ia jadi tidak tau apa yang Rangga mainkan sudah benar?

"Skakmat!" seru Rano, riang.

Kinaya melotot, Rano menang? Dilihatnya Rangga hanya memasang wajah seperti tidak akan menjadi masalah besar untuknya.

"Aduh saya kalah Om," kekeh Rangga.

"Baik. Jadi Papa akan tentukan kapan kalian nikah." Rano menunjuk Rangga dan Kinaya bergantian.

"Pa apaan sih?" desis Kinaya.

"Besok kalian nikah," ujar Rano dengan lantang.

"HAH?!" pekik Kinaya, terkejut bukan main. Bahkan jauh dari perkiraannya.

Rano tertawa renyah. "Nggak, nggak. Papa bercanda, sayang. Kok serius banget kamu?" kekehnya.

Kinaya bernapas lega. Tidak akan bisa ia bayangkan bila besok harus menikah dengan Rangga.

Diam-diam Rangga hanya menahan senyum. Sebenarnya Rangga bisa saja menang, tetapi ia sengaja mengalah. Selain menghormati yang lebih tua, Rangga juga tidak ingin membuat Kinaya merasa tertekan karena perjodohan mereka.

Rano beranjak mendekati Rangga, membungkuk lalu membisikkan sesuatu. Rangga mengangguk sambil tersenyum hingga matanya menyipit.

Kinaya berusaha menguping namun nihil, tidak ada informasi apa pun yang didapatkan. Apa yang dibisikkan Rano hingga ekspresi Rangga seperti itu?

"Ya udah, Om tinggal, ya, kalian ngobrol aja sambil pdkt."

"Iya, Om," jawab Rangga.

"Kak Rangga, Papa bisikin apa tadi?" tanya Kinaya, penasaran.

Rangga tersenyum sambil menggeleng. "Bukan apa-apa, Kinaya."

"Tapi kenapa Kak Rangga sampai senyum gitu?" Kinaya memicingkan matanya.

"Nggak, nggak ada apa-apa," balas Rangga.

Kinaya mengerucutkan bibirnya lucu. "Aku ngambek kalau Kak Rangga nggak mau kasih tau!"

"Kok ngambek sih? Gapapa, kamu kelihatan makin lucu kalau ngambek. Saya jadi tambah suka."

"Kak Rangga!" melas Kinaya.

"Kak Rangga, aku pengin ngomong sesuatu. Tapi di depan aja." Kinaya merubah ekspresi bete menjadi serius. Ia beranjak mengajak Rangga ke teras rumah.

"Ada apa?"

"Aku udah siap mau bilang sama Mama dan Papa soal mental illness aku."

"Bagus," ujar Rangga tersenyum. "Mereka juga perlu tau, Kinaya."

"Tapi, aku takut, Kak."

"Takut apa?"

"Takut mereka nggak bisa terima."

Rangga mengangguk. Tangannya bergerak mengusap kepala Kinaya. "Percaya sama saya, mereka sayang sama kamu. Semua kekurangan kamu dan kelebihan kamu, mereka akan terima." Ia sendiri tau bahwa ada orang tua yang tidak menerima kekurangan anaknya, seperti Papa Akan yang berpisah hanya karena Akan seorang tunarungu. Tapi Rangga yakin tidak semua orang tua seperti itu, termasuk Rano dan Laras.

Tarangga Untuk Kikanaya (Completed)Where stories live. Discover now