PROLOGUE

114 10 0
                                    

╭┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ

I always thought you'd come back.

•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉┉╯

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Di sebuah rumah besar, terlihat seorang wanita muda tengah menyantap hidangan makan malam yang tersaji di meja makan. Meski makanan lezat yang tersedia di meja makan, wanita muda itu tampaknya tidak terlalu berselera. Ia hanya menyuap sedikit dan mengunyahnya pelan-pelan.

Wanita muda itu meneguk segelas air putih lalu ia pergi menaiki tangga menuju ke kamar. Wanita itu masuk ke dalam kamar mandi yang merangkap dengan kamarnya tersebut. Ia membuka seluruh pakaiannya lalu memakai gaun tidur. Wanita itu mencuci wajahnya dan memakai krim malam. Sesaat wanita muda itu menatap pantulan wajah cantiknya di cermin.

Tiba-tiba sekelebat bayangan melintas di pintu di belakangnya. Wanita muda itu bisa melihat bayangan itu lewat cermin. Ia menoleh ke pintu yang sedikit terbuka itu.

"Syera?" panggilnya. Namun, tidak ada jawaban.

Wanita itu pun kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Perlahan kedua matanya tertutup. Ia pun tertidur.

Telepon rumah di meja di samping ranjangnya berdering membuat wanita itu terhenyak kaget dan bangun. Ia mengangkat telepon tersebut.

"Halo?"

Tidak ada jawaban dari seberang sana. Yang terdengar hanya krasak krusuk seperti jaringan yang eror.

"Syera, kamu pikir ini lucu. Ini pasti kamu, kan? Iya, kan?" gerutu wanita itu yang terlihat kesal.

Masih tidak ada respon.

"Syera?"

Tiba-tiba terdengar gedoran dari pintu kamar mandi. Wanita itu tersentak kaget. Ia menutup teleponnya lalu menutup sekujur tubuhnya dengan selimut, karena ketakutan.

Gedoran itu terdengar semakin kencang.

Wanita itu bangkit dan mengunci pintu kamar mandi yang terus digedor dari dalam. Ia bahkan meletakkan kursi di depan pintu. Padahal 'kan pintunya terbuka ke dalam.

Wanita itu kembali ke ranjangnya. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, tapi tiba-tiba lampu berkedip-kedip. Ia tetap membungkus seluruh tubuhnya dengan selimut.

Lampu mati total. Ruangan kamar menjadi gelap.

Wanita itu gemetar ketakutan di dalam selimut. Pintu kamar mandi terbuka dan kursi yang diletakkan di depan sana terbanting membentur kaca jendela hingga pecah.

Wanita itu tidak berani bergerak sama sekali. Bahkan untuk bernapas pun, ia tidak berani.

Sosok wanita berbaju putih keluar dari kamar mandi. Rambutnya sangat panjang hingga menyentuh lantai dan terseret-seret ketika ia berjalan.

Telapak kakinya yang basah menimbulkan suara ketika menginjak lantai. Jejak kakinya yang basah itu berbekas di lantai. Itu bukan air, tapi darah.

Wanita yang terbungkus selimut semakin panik dan ketakutan kala mendengar suara langkah yang mendekat ke ranjangnya. Ia berdo'a dalam hati.

Terdengar suara ranjang berderit, menandakan ada 'seseorang' yang duduk atau menaiki ranjang. Wanita itu merasakan ada bobot tubuh di sampingnya. Keringat dingin kini sudah membasahi seluruh tubuhnya.

Bahkan sekarang wanita itu bisa mencium aroma busuk dan anyir yang menusuk hidung.

Hening.

Bruak!

Wanita itu terlonjak kaget kala mendengar suara pintu kamar mandi yang terbanting tiba-tiba.

Beberapa menit kemudian.

Wanita itu merasa keadaan sudah kembali normal. Meski lampu masih mati, wanita itu perlahan mengeluarkan tangannya dari dalam selimut. Ia meraba-raba ranjang di dekatnya untuk memastikan jika si 'sesuatu' sudah tidak ada.

Setelah yakin sosok itu menghilang, wanita itu pun membuka selimutnya. Ia mengambil ponselnya di meja dan menyalakan senter. Ketika berbalik, wajah mengerikan dengan mata berwarna putih yang berjarak begitu dekat dengan wajahnya.

"Hhh!" Wanita itu terlonjak bangun, ternyata itu hanya mimpi. Napasnya terengah-engah seolah ia baru saja ikut lomba marathon, keringat dingin membasahi tubuhnya, bahkan gaun tidur yang ia pakai juga basah oleh keringat.

Wanita itu melihat ke sekeliling. Semuanya baik-baik saja, meski masih lampu kamarnya mati. Ia mengambil ponselnya. Jam di ponselnya itu menunjukkan pukul 1 dini hari. Ia pun menyalakan senter di ponsel tersebut.

Sambaran petir di langit terdengar begitu keras. Hujan pun turun dengan derasnya mengguyur bumi.

Wanita itu masih duduk di ranjangnya sambil mengotak-atik ponselnya. Ternyata ia mengirimkan pesan pada seorang pria bernama Yusar.

MAS YUSAR

Mas, kapan kamu pulang?
Aku takut sendirian
di rumah.

Lusa aku pulang, kok.
Kamu nggak perlu
takut, Sayang.

Suara tetesan air di wastafel kamar mandi terdengar sangat mengganggu. Wanita itu kembali mengirimkan pesan pada pria yang tak lain adalah suaminya itu.

Mas, aku takut.
Aku mimpi buruk terus.

Kamu jangan lupa minum
obat dan berdo'a sebelum
tidur, Sayang. Kamu udah solat? 

Clak! Clak!

Wanita itu merasakan ada tetesan air yang menetes ke bahunya. Ia tidak terlalu menghiraukannya dan kembalikan melihat ke layar ponselnya. Ada pesan yang masuk dari akun suaminya.

KAMU HARUS MATI!!!!

Wanita itu terkejut dan seketika melemparkan ponselnya hingga jatuh ke lantai. Ia panik dan ketakutan.

Tetesan air semakin banyak menetes ke bahu dan rambutnya. Bau anyir darah tercium begitu kuat. Wanita itu menyentuh cairan yang menetes ke bahunya. Ia tidak bisa melihat cairan tersebut, sehingga wanita itu mencium aromanya. Ternyata itu memang darah.

Wanita itu pun mendongkak menatap ke atas dan melihat sosok wanita berambut panjang dengan warna mata putih melayang di langit-langit kamar.

Tubuh si wanita gemetar ketakutan.

Sosok itu jatuh ke atas tubuh wanita itu dan mencekiknya. Wanita itu berteriak meminta tolong, tapi suaranya tercekat. Tidak ada suara apa pun yang keluar dari mulutnya. Semuanya mendadak hening. Tidak ada yang bisa didengar dan dirasakan. Telinganya berdenging.

Tiba-tiba suara alarm berbunyi. Wanita itu terhenyak dan bangun sambil memegangi lehernya yang terlilit selimut. Ia terbatuk-batuk seraya melepaskan selimut dari lehernya.

Ternyata yang barusan adalah mimpi di dalam mimpi.

Wanita itu mematikan alarm di meja yang menunjukkan pukul 6.30 pagi. Ia melihat sesuatu yang bergerak di balik gorden jendela. Ia mengambil tongkat golf dari bawah ranjang lalu menyingkap gorden tersebut. Cahaya matahari masuk lewat jendela dan menyilaukan mata. Tidak ada apa-apa di sana.

Wanita itu mencari ponselnya di meja, tapi tidak ada. Ternyata ponselnya di lantai. Ia mengernyit bingung dan mengambilnya. Ketika diperiksa, tidak ada notifikasi atau riwayat percakapan di ponselnya. Tidak ada pesan dari suaminya.

Wanita itu pun pergi ke kamar mandi. Ia tidak menyadari ada percikan darah yang masih segar di sprei dan selimut.

Terdengar suara seseorang bersenandung yang menggema di rumah besar itu.

Lalala lala lala lala lala.

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

M A L E V O L E N C E

BY

U C U   I R N A    M A R H A M A H

MALEVOLENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang