Part 06

25 2 0
                                    

╭┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ

Jangan keliru membedakan kepribadianku dengan sikapku. Kepribadianku adalah jati diriku, sedangkan sikapku tergantung dengan sikapmu terhadapku.

•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉┉╯

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Melda mengalami demam tinggi setelah pingsan di sekolah. Akhirnya ia diberikan waktu cuti untuk beristirahat di rumah.

Kini wanita itu terbaring lemah di atas ranjang.

Terdengar suara langkah kaki menuju ke kamarnya dan berhenti di depan pintu. Melda mengernyit. Ia menatap pintu kamarnya itu.

Tak lama kemudian, pintu dibuka. Masuklah Syera dengan nampan berisi satu mangkuk bubur dan satu gelas air. Ia sudah rapi dengan seragam sekolahnya.

Syera meletakkan nampan tersebut di atas meja, di samping ranjang Melda kemudian berlalu begitu saja tanpa mengatakan apa pun. Bahkan menoleh sedikit pun tidak.

Melda memanggil gadis itu, "Syera."

Langkah Syera terhenti di ambang pintu.

"Terima kasih," ucap Melda sembari tersenyum kecil. Ia merasa senang dan terharu, karena Syera peduli padanya.

Syera menolehkan kepalanya sedikit. "Jangan salah paham dulu, saya disuruh Papa untuk melakukan ini. Jadi, ini bukan keinginan saya."

Setelah berkata demikian Syera pun berlalu pergi dan menutup pintu.

Melda merenung.

❁ Flashback On ❁

"Syera." Melda menghampiri Syera.

Syera menatap tajam pada Melda. "Jangan memanggil nama saya dengan mulut kotor Anda."

Melda terluka dengan ucapan Syera. "Mama selalu berusaha menjadi ibu tiri yang baik buat kamu, Syera. Kenapa kamu tidak pernah menghargai Mama?"

Syera mendecih lalu tersenyum sinis.

❁ Flashback Off ❁

Ya, Melda adalah ibu tiri dari Syera. Jadi, Syera adalah anaknya Yusar dengan istri sebelumnya. Tampaknya Syera belum bisa menerima kehadiran orang asing dalam hidupnya. Atau mungkin ia tidak ingin memiliki ibu tiri.

Melda berusaha bangkit untuk duduk lalu ia pun menyantap bubur buatan Syera. Ternyata rasanya lumayan lezat.

Setelah selesai makan, Melda minum obat kemudian ia kembali merebahkan tubuhnya untuk tidur. Ia merasa lebih baik setelah makan. Rasa sakit di kepalanya sudah berkurang.

Namun, Melda tidak benar-benar tidur. Ia menatap langit-langit kamar yang terlihat bergerak-gerak seperti hidup. Melda menggelengkan kepalanya sambil memijit pelipisnya.

Aku hanya berhalusinasi. Itu wajar, karena aku sedang demam tinggi, batin Melda.

Ponsel Melda di meja bergetar, menandakan ada notifikasi yang masuk. Ia mengambil ponselnya. Ternyata ada pesan dari seseorang bernama Lisma Aulia.

LISMA AULIA

Melda, bagaimana keadaan kamu?

Melda akan mengetik balasan, tapi karena kepalanya terlalu pusing, ia tidak bisa mengetik dengan benar. Sehingga Melda memilih untuk menelepon nomor Lisma agar bisa berbicara secara langsung.

"Lisma."

"Melda? Bagaimana kabar kamu? Bulan ini kamu tidak datang menemuiku. Apa kamu baik-baik saja?" suara wanita dari seberang sana.

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now