Extra Part I

13 1 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Lisma tampak fokus menyetir. Ekspresinya tampak serius. Mobilnya memasuki pelataran rumah Yusar.

Lisma melihat Yusar dan Melda di depan rumah. Untuk menghargai tuan rumah, Lisma keluar dari mobilnya.

"Mas, aku berangkat, ya," kata Melda.

Yusar menoleh ke arah Lisma sambil mengernyitkan dahinya. Sesaat Lisma juga melihat ke arah Yusar.

Kenapa dia melihatku seperti itu? Apakah dia sudah tahu? Batin Lisma.

"Dia psikiater kamu?" tanya Yusar.

Lisma dan Melda saling pandang. 

Dia menyelidiki latar belakangku? Semoga dia tidak mengetahui kalau aku adiknya Mbak Ranti, batin Lisma.

"Ini pertama kalinya kita bertemu, kan, Pak Yusar." Lisma mengulurkan tangannya.

Yusar menerima uluran tangan Lisma. Mereka bersalaman.

"Saya teman lamanya Melda. Iya, saya juga seorang psikiater yang sering bertemu dengan Melda belakangan ini," ucap Lisma.

Yusar mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai tanggapan.

"Kok, Mas Yusar bisa tahu, kalau Lisma psikiater? Padahal kalian baru pertama bertemu?" tanya Melda.

"Aku hanya menebak," sahut Yusar.

"Oh."

❁❁❁

Di dalam perjalanan, Lisma tampak fokus menyetir, sementara Melda tengah mengotak-atik ponselnya.

Melda melirik ke arah Lisma dengan tatapan curiga.

Lisma menoleh sesaat pada Melda. Ia tahu, Melda sedang mencurigainya untuk suatu alasan.

"Jadi, di mana rumah dukun yang akan kamu datangi?" tanya Lisma mencoba memecahkan keheningan.

Sesampainya di rumah dukun yang dimaksud, mereka keluar dari dalam mobil.

Lisma menatap rumah sederhana di depannya itu. Apakah ini dukun yang sama yang telah mengirimkan santet pada Syera? Bisa jadi Melda mendatangi orang yang berbeda.

"Ini rumahnya?" tanya Lisma.

Melda mengangguk. Ketika akan mengetuk pintu, tiba-tiba Melda memegangi kepalanya dan terhuyung.

Lisma segera menangkap tubuh Melda dan memapahnya agar duduk di bangku teras. "Kamu kenapa?"

Pintu rumah dibuka. Seorang pria tua yang membukanya.

"Mbah Kuncoro."

"Imelda Andini?" Tampaknya pria tua bernama Kuncoro itu mengenal Melda.

Melda menganggukkan kepalanya.

Karena mereka berdua saling mengenal, Lisma yakin kalau dukun itu sering bertemu dengan Melda dan sudah pasti ia adalah orang yang telah mengirimkan santet untuk keponakannya.

Kuncoro mempersilakan mereka masuk. Lisma diam-diam mengoleskan sesuatu ke pintu.

Di dalam rumah.

Lisma merasakan aura yang berbeda saat memasuki rumah tersebut. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia melihat ada banyak benda-benda aneh di rumah itu. Di dinding terdapat boneka-boneka santet yang dipaku. Sementara rak di belakang Kuncoro berisi banyak sekali toples berukuran sedang berisi air penuh berwarna gelap dan ada benda yang tenggelam di dalamnya.

Apakah pasak punya Syera ada di sini? Batin Lisma.

Di meja terdapat sesajen dan kemenyan yang dibakar. Bau asap kemenyan menyeruak memenuhi ruangan tersebut.

MALEVOLENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang