Part 28

18 1 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Sosok itu menyeringai menakutkan saat melihat Melda. "Melda, jalang sialan."

Melda mengerutkan keningnya. Ia melihat luka sayatan yang menganga di pergelangan tangan hantu itu. "Mbak Ranti?"

Hantu Ranti tiba-tiba berada di depan Melda.

Lisma berteriak kaget dengan teleportasi hantu itu. Dengan sekuat tenaga, Lisma mendobrak dan menendang pintu hingga terbuka. Lisma jatuh tersungkur ketika ia mendobraknya lagi, karena ia mengira pintunya belum terbuka.

"Melda!!!!" teriak Lisma yang melihat Melda malah diam membeku meski sosok itu sudah dekat di depan wajahnya.

"Melda! Cepat lari!!!!"

Ternyata tubuh Melda tidak bisa digerakkan, karena sekarang ia sepenuhnya berada dalam kendali hantu Ranti.

"Melda!" Lisma bangkit dan menarik lengan Melda yang membeku seperti patung.

Hantu Ranti menoleh ke arah Lisma.

Lisma mengalihkan pandangannya menghindari tatapan sosok menakutkan itu.

Hantu Ranti menggerakkan tangannya dan menebas leher Melda dengan kuku-kukunya yang tajam dan runcing. Darah segar terciprat ke wajah hantu Ranti.

Kedua mata Lisma terbelalak. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Tidak, tidak, Melda!!!"

Kepala Melda tidak benar-benar terputus, tapi lukanya cukup dalam, hingga membuat leher Melda mengaga.

Hantu Ranti tersenyum lebar. Ia mengangkat tangannya dan bersiap akan melukai Melda lagi.

Kuncoro bangkit dan membaca mantra untuk menyelamatkan Melda. Perhatian hantu Ranti teralihkan pada Kuncoro, sehingga kendalinya pada Melda terlepas.

Lisma tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia segera memapah Melda dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Hantu Ranti mengendalikan pasak kayu yang tadi menembus perut Kuncoro. Pasak itu melayang dan melesat menembus tengkorak Kuncoro. Dukun tua itu pun tewas seketika.

"Kita harus segera pergi ke rumah sakit." Lisma menyalakan mesin.

"Tidak, kita harus pulang ke rumahku. Saat ini Mas Yusar sedang berada dalam bahaya," kata Melda. Darah segar tidak berhenti mengalir dari luka di lehernya. Bahkan bajunya yang putih kini ternoda oleh darah tersebut.

Lisma mendengus kesal sambil melajukan mobilnya meninggalkan kediaman Kuncoro. "Kita yang berada dalam bahaya! Kamu juga sedang dalam keadaan terluka parah!"

"Aku mohon, aku ingin kembali ke rumah," mohon Melda, "Syera mungkin akan membunuh Mas Yusar.

"Apa? Syera?" Lisma mengernyit bingung.

Melda menangguk lemah.

❁ Flashback On ❁

Melda pergi ke gudang dan mengambil linggis. Ia kembali ke lantai dua dan mencopot satu per satu tiga belas paku di papan yang menempel di pintu kamar tersebut. Akhirnya papan itu pun terlepas. Melda membuka pintunya.

Ketika pintu terbuka, angin lembut berhembus menerpa wajah Melda.

Ternyata itu adalah kamar yang agak kotor, seperti sudah berbulan-bulan tidak dibersihkan. Aura mencekam menyelimuti seluruh ruangan kamar itu.

Melda memutuskan untuk masuk ke dalam kamar tersebut.

Di meja samping ranjang terdapat sebuah foto Ranti.

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now