Part 01

63 7 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Wanita itu keluar dari kamar mandi. Ia memakai seragam PNS berwarna cokelat pudar. Pin nama dadanya bertuliskan Imelda Andini. Itu adalah namanya. Melda memakai riasan tipis di wajahnya. Itu membuatnya terlihat begitu cantik dan natural.

Dengan mobilnya, Melda pergi ke sekolah, yaitu SMA Cita Nusa. Ternyata ia berprofesi sebagai seorang guru, lebih tepatnya guru BK. Di usia mudanya itu, Melda belum menjadi guru resmi, ia baru lulus kuliah dua tahun yang lalu. Jadi, sebenarnya ia masih magang di SMA tersebut.

"Bu Melda," sapa murid-murid yang berpapasan dengannya.

Melda tersenyum hangat sebagai jawaban dari sapaan mereka. Ia pergi ke ruangannya. Di dalam ruangan tersebut, terlihat ada guru wanita bernama Monika. Ia juga seorang guru BK yang lebih senior dari Melda.

"Selamat pagi, Bu Monika," sapa Melda seraya tersenyum.

Monika menoleh pada Melda. "Oh? Selamat pagi, Bu Melda."

Melda duduk pun duduk. Dia melihat tumpukan map di mejanya. "Ini apa, Bu Monika?"

"Itu adalah surat-surat persyaratan pendaftaran masuk ke universitas yang dikumpulkan para murid yang akan meneruskan pendidikan mereka. Malam ini kita harus lembur untuk memeriksa dan memberikan tanda legalisir ke setiap ijazah yang sudah di-fotocopy," jelas Monika.

Melda mengangguk mengerti. "Begitu, ya."

Terdengar suara pintu diketuk.

Perhatian Monika dan Melda teralihkan ke pintu. Seorang anggota PKS (Polisi Keamanan Siswa) yang datang bersama tiga orang murid lainnya.

"Ini murid yang kesiangan, Bu," kata anggota PKS.

Monika menyuruh ketiga murid itu duduk. Dua di antaranya laki-laki dan satu orang perempuan.

"Kalian kesiangan lagi? Setiap hari kalian ini bangun jam berapa, sih?" gerutu Monika.

"Semalam saya tidur jam 11, jadi bangun kesiangan. Tapi, saya enggak sering kesiangan, kok, Bu. Baru dua kali," jawab salah satu siswa.

"Saya bangun kesiangan, karena ibu saya juga kesiangan bikin sarapannya, jadi saya juga ikut kesiangan. Biasanya saya enggak kesiangan, Bu. Ini pertama kalinya," ucap siswa satunya.

Monika menatap siswa itu sambil menyipitkan matanya. Ia melihat daftar murid yang kesiangan di bukunya. Monika melihat tanda nama di seragam siswa itu. Ternyata namanya memang tidak pernah terdaftar.

"Jadi, kamu bukan siswa yang kemarin kesiangan? Tapi, wajah kamu sama dia 11-12," ucap Monika.

Melda hanya memperhatikan Monika yang sedang menegur murid-murid yang kesiangan itu.

"Ya, karena dia memang kembaran saya, Bu."

"Kembaran kamu? Terus, kenapa dia bisa kesiangan? Sementara kamu biasanya datang tepat waktu, kecuali hari ini?" tanya Monika keheranan.

Siswa itu menjawab dengan pelan, "Dia tinggal di rumah lain bersama ayah dan ibu tiri. Saya tidak tahu, kenapa dia bisa kesiangan terus. Sebelum ada ibu tiri, dia tidak pernah kesiangan."

Monika mencerna ucapan murid di depannya itu.

Melda mengalihkan perhatiannya ke buku di tangannya. Mungkin ia merasa prihatin dengan keretakan rumah tangga dari orang tua siswa itu.

Monika beralih pada satu-satunya siswi yang kesiangan. "Gabby, apa kamu tidak bosan dipanggil terus ke ruang BK gara-gara kesiangan?"

Siswi bernama Gabby itu menghela napas berat. "Maaf, Bu."

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now