Part 18

16 1 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Terdengar suara berlari di atap langit-langit kamar disusul dengan gedoran di pintu lemari.

Melda dan Syera menoleh ke pintu lemari lalu keduanya saling pandang.

Syera berjalan mendekati lemari besar itu. Melda memerhatikan apa yang dilakukan oleh Syera.

Tangan Syera terangkat dan hampir menyentuh gagang pintu lemari, tapi Melda mencegahnya dengan menarik tangan Syera.

"Tidak, jangan dibuka," ucap Melda dengan suara bergetar. Tampaknya ia takut dan khawatir.

Melda melanjutkan, "Bagaimana jika di dalam lemari itu ada sesuatu yang berbahaya?"

Syera tidak mendengarkan. Ia membuka pintu lemari tersebut dengan tangan yang satunya.

Di dalam lemari tersebut hanya berisi pakaian yang menggantung. Syera bersuara, "Lihat? Isinya hanya pakaian."

Tiba-tiba sesuatu keluar dari balik pakaian di dalam lemari tersebut. Melda dan Syera menjerit kaget. Ternyata itu hanya seekor tikus yang berlari keluar lewat lubang kecil di dekat jendela.

Akhirnya Melda dan Syera keluar dari kamar itu.

"Apakah ini kamar Mbak Ranti?" tanya Melda sambil menutup pintu kamar tersebut.

"Iya, memangnya Bu Melda tidak ingat?" tanya Syera datar.

"Sepertinya aku memang melupakan beberapa hal. Aku tidak ingat apa pun." Melda memegangi kepalanya sendiri.

Syera menatap Melda dengan tatapan tak terbaca kemudian ia berlalu pergi.

"Tunggu, Syera."

Langkah Syera terhenti.

"Apakah kamu sedang sakit?" tanya Melda pelan.

Syera tidak merespon.

"Tangan kamu dingin sekali," ucap Melda.

Kedua mata Syera tampak putih semua. Ia melanjutkan langkahnya dan pergi meninggalkan Melda.

Sementara itu pada malam harinya.

Yusar dan Melda tampak menyantap hidangan makan malam dengan lahap.

"Mas, kenapa Mas memaku kamar Mbak Ranti?" tanya Melda.

"Bukankah kamu sendiri yang memintanya?" Yusar balik bertanya.

"Apa?" Tampaknya Melda tidak ingat sama sekali.

Yusar melirik ke arah istrinya. "Kamu ini bagaimana, sih?"

Melda terdiam. Ia mencoba mengingat kembali, tapi ingatan itu tidak muncul dalam kepalanya. Seolah itu tidak pernah terjadi, seakan-akan ia tidak pernah mengatakan itu.

"Tapi, kenapa aku meminta Mas untuk memakunya?" tanya Melda lagi.

Yusar mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu, seharusnya kamu sendiri yang tahu."

"Aku tidak ingat apa pun," gumam Melda.

Jam dinding menunjukkan pukul 11 malam.

Di kamar, Yusar dan Melda tampak tertidur pulas.

Samar-samar terdengar suara bayi menangis. Melda terbangun karenanya. Ia melihat ke arah suaminya yang masih tertidur lelap.

Suara bayi itu berasal dari luar kamar. Melda tidak mempedulikannya. Ia kembali tidur. Namun, suara bayi itu semakin keras dan mengganggu tidurnya.

Melda kembali bangun. Ia mengguncangkan lengan suaminya. "Mas Yusar, aku mendengar suara bayi, Mas. Suaranya dekat sekali."

Yusar bergulir sambil membelakangi istrinya. Ia bergumam pelan, "Palingan bayi tetangga."

MALEVOLENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang