Part 25

13 2 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Keesokan harinya, Wahyu melihat dua orang polisi datang ke sekolah dan mengevakuasi jenazah Marsha.

Sebagai saksi, Wahyu menutup mata dan telinga atas kejadian tersebut. Ponselnya berdering, ternyata ia mendapatkan notifikasi transfer uang yang masuk ke rekeningnya atas nama Aji.

Namun, rekayasa TKP tidak membuat Aji, Dendi, dan Reno aman. Justru mereka menjadi tidak tenang dan terus saja diteror oleh hantu Marsha.

Wahyu yang merupakan saksi mata juga tidak luput dari teror Marsha, meski tidak separah Aji, Dendi, dan Reno. Namun, tetap saja Wahyu yang penakut sampai syok dan trauma.

Kepribadian Wahyu yang sebelumya dikenal sebagai guru yang baik, sekarang menjadi dingin dan jarang bicara setelah kejadian itu. Bahkan ia cenderung tidak peduli pada sekitarnya.

Sebuah mimpi buruk terjadi. Satu per satu dari mereka bertiga pun mati dengan mengenaskan. Dimulai dari Aji kemudian Dendi. Reno yang tidak ingin mati pun memilih untuk pergi ke kantor polisi dengan leher yang tersayat dan mengeluarkan darah setelah diteror oleh Marsha. Di kantor polisi, Reno mengakui semua perbuatannya.

Akhirnya Reno masuk penjara. Namun, itu tidak membuat Reno atau pun Wahyu berhenti diteror oleh Marsha.

Di penjara, Reno tetap saja mendapatkan teror.

Hingga beberapa tahun kemudian, Reno bebas dari penjara, setelah melewati masa tahanannya. Ia tidak memiliki pekerjaan dan diasingkan oleh masyarakat karena perbuatannya di masa lalu. Bahkan keluarganya sendiri tidak menerima kehadirannya.

Tidak tahan dengan sanksi soal yang didapatkan olehnya, Reno mendatangi Wahyu yang merupakan mantan walikelasnya. Ia meminta pekerjaan pada Wahyu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.

"Saya tidak memiliki pekerjaan, bisakah Pak Wahyu mencarikan saya pekerjaan?" kata Reno dengan nada bicara seperti berandalan.

Wahyu menatap kesal pada Reno yang bersikap dan berbicara tidak sopan padanya. "Kenapa kamu mendatangi saya? Kenapa tidak mencari pekerjaan sendiri?"

"Tidak ada yang mau menerima saya, bahkan keluarga saya sendiri. Jadi, saya ingin Pak Wahyu yang mencarikan saya pekerjaan. Apa pun pekerjaannya, saya bersedia," sahut Reno dengan percaya dirinya.

Wahyu membuang napas kasar. "Kalau begitu, pergi ke luar kota. Cari pekerjaan di luar kota. Tidak akan ada orang yang mengenal kamu."

"Saya tidak punya uang untuk pergi ke luar kota. Saya ingin bekerja di SMA Cita Nusa saja. Saya bisa berkebun dan membersihkan bangunan sekolah," kata Reno.

"Setelah apa yang terjadi dan apa yang kamu lakukan, kamu pikir sekolah akan menerima kamu?" gerutu Wahyu.

"Kalau Pak Wahyu yang merekomendasikan saya, sekolah pasti akan menerima saya. Lagipula, kejadiannya sudah lama berlalu. Tidak akan ada orang yang ingat pada saya. Guru dan siswa sudah berganti generasi," ucap Reno.

Wahyu memijit pelipisnya.

"Ingat, Pak, Bapak juga ada di TKP saat itu. Saya bisa melaporkan Bapak ke polisi, karena tidak memberikan kesaksian atas kejadian itu dan polisi akan menganggap Bapak menutup-nutupi kejadian itu. Bapak bisa masuk penjara juga, ya walau tidak lama," ancam Reno.

"Memangnya kamu berani?" Wahyu terlihat kesal, karena Reno mengancamnya.

"Saya bahkan berani melaporkan diri saya sendiri ke kantor polisi, apalagi melaporkan Bapak. Itu bukan hal yang sulit," sahut Reno.

Jika Wahyu sampai masuk penjara, nama baiknya sebagai seorang guru akan tercoreng. Dan mungkin yang lebih parahnya lagi, jabatannya akan dicopot secara tidak hormat.

MALEVOLENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang