Part 22

14 1 0
                                    

╭┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ

Orang-orang mendadak menyayangimu dan peduli padamu ketika kamu sudah mati.

•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉┉╯

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Jam menunjukkan pukul 6 sore. Wahyu sedang berada di ruang guru sendirian. Tampaknya malam ini ia kerja lembur di sekolah.

Ponsel di meja berdering. Wahyu mengambil ponsel tersebut dan mengangkat panggilannya.

"Halo?"

Tidak suara dari seberang sana.

"Halo?" Wahyu menutup panggilannya, karena si penelepon tidak kunjung bersuara.

Beberapa saat kemudian, panggilan kembali masuk. Wahyu mengangkatnya.

"Halo?"

"Pak Wahyu," suara perempuan dari seberang sana.

"Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanya Wahyu.

"Apakah ijazah saya sudah dicetak?" tanya perempuan itu.

"Semua ijazah baik kelas IPA mau pun IPS sudah dicetak semuanya, tapi siswa belum bisa mengambilnya sampai hari kelulusan," jelas Wahyu.

Perempuan di seberang sana kembali bersuara, "Tapi, saya membutuhkan ijazah asli untuk...."

Wahyu memotong ucapan perempuan itu, "Siswa hanya boleh membawa fotocopy ijazah yang sudah dilegalisir untuk pendaftaran ke universitas atau pun melamar pekerjaan, paham?"

Tidak ada jawaban.

"Apakah kamu tidak mengerti dengan apa yang saya ucapkan?" gerutu Wahyu.

Perempuan itu masih tidak menjawab.

"Kalau kamu ingin melanjutkan pendidikan ke universitas, hubungi saja guru BK. Kalau mau melamar pekerjaan, hubungi saya. Saya akan memberikan fotocopy ijazah yang sudah dilegalisir." Wahyu mengakhiri panggilannya secara sepihak.

"Mengganggu saja," gerutu Wahyu.

Sekelebat bayangan hitam melintas di jendela. Wahyu menoleh ke jendela. Ia keluar dan melihat ke koridor, tapi tidak ada siapa pun di sana.

"Pak Amir?" Wahyu celingukan.

Tidak ambil pusing, Wahyu pun kembali masuk ke dalam dan melanjutkan pekerjaannya.

Ketika Wahyu akan menginjak injakan kaki di meja, ia merasa ada yang mengganjal. Ketika menunduk, Wahyu berteriak kaget sampai-sampai ia terjungkal jatuh dari kursinya.

Ternyata ada sosok wanita berseragam SMA dengan rambut berantakan di bawah mejanya.

Sosok itu merangkak keluar dari bawah meja dan mendekati Wahyu.

Karena ketakutan, Wahyu segera bangkit dan berlari pergi keluar dari ruang guru.

Sambil berlari, ia bersungut-sungut, "Apa yang aku lihat barusan? Apakah itu hantu?"

Ketika berbelok di koridor, Wahyu bertabrakan dengan seseorang.

"Pak Wahyu ada apa? Kenapa lari-lari seperti itu?" tanya seorang pria paruh baya yang barusan bertabrakan dengan Wahyu.

"Pak Amir, ada seseorang... ah, maksud saya, ada sesuatu yang merangkak di ruang guru," ucap Wahyu.

Amir mengernyit sambil menyorotkan senternya ke koridor. "Sesuatu yang merangkak? Kadal?"

"Pak Amir, saya serius, Pak. Dia berambut panjang dan wajahnya menakutkan," kata Wahyu.

Kedua orang itu pun memeriksanya ke ruang guru. Tapi, tidak ada apa pun di sana.

MALEVOLENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang