Part 40 (FLASHBACK)

8 2 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Di pemakaman.

Syera berjongkok di samping gundukan tanah merah yang ditaburi kelopak bunga. Ada papan bertuliskan Ranti Utami binti Ahdan Roesli.

Para pelayat sudah pergi, tapi Syera masih tetap di sana. Ia tidak bergeming sama sekali.

"Syera, ayo pulang," bujuk Yusar.

Syera tidak merespon.

Yusar berlalu pergi.

Melda mengusap bahu Syera kemudian ia menyusul Yusar.

Syera menangis tanpa suara. Ia tidak mengira ibunya akan meninggalkannya dan mengakhiri hidupnya dengan memotong urat nadi di pergelangan tangan kirinya.

"Mama bilang, aku harus bertahan. Tapi, kenapa Mama meninggalkanku? Bagaimana caraku bertahan tanpa Mama?" Syera mengelap air matanya yang tidak berhenti mengalir membasahi pipinya.

Malam harinya.

Syera sedang mengotak-atik ponselnya sambil tiduran menyamping membelakangi pintu.

Ternyata ia mendapatkan banyak pesan dorongan semangat dari teman-temannya. Faktanya, meskipun Syera dikenal sebagai preman sekolah, banyak murid yang peduli padanya. Mereka adalah murid-murid yang berteman baik dengan Syera. Karena Syera hanya bertengkar atau berurusan dengan murid-murid nakal.

Sementara itu di ruang makan, Yusar dan Melda tengah makan malam bersama.

"Mas, Melda belum makan. Tadi pagi dia cuma makan roti sama mentega," kata Melda.

"Syera tidak akan pernah bisa dibujuk. Dia hanya akan melakukan apa pun atas keinginannya sendiri," sahut Yusar.

"Aku akan mencoba membujuknya." Melda beranjak dari kursinya.

Melda menaiki tangga menuju ke lantai dua. Ia mengetuk pintu kamar Syera. "Syera, ayo kita makan malam. Kamu belum makan dari tadi siang."

Tidak ada jawaban.

Melda menarik knop pintu dan mendorongnya, tapi pintunya terkunci.

"Syera?"

Di dalam kamar, Syera tidak peduli. Ia tetap fokus ke layar ponselnya.

Melda membuang napas kasar. Ketika ia berbalik untuk kembali ke lantai bawah, Melda tersentak kaget, karena ada pelayan yang sudah berdiri di depannya.

"Kamu mau ke mana? Bikin orang kaget saja," kata Melda sambil menyentuh dadanya sendiri menetralisir keterkejutannya.

"Maaf, Bu, saya mau membereskan kamar Bu Ranti," ucap pelayan. Ia pun mengangguk santun kemudian berlalu ke kamar Ranti.

Melda melanjutkan langkahnya. Namun, baru beberapa langkah, ia berhenti. "Para pelayan, kan, sedang pulang kampung."

Melda berbalik dan melihat pelayan itu memasuki kamar Ranti. Terlihat jelas ada luka sayatan yang mengaga di pergelangan tangan kirinya.

Kedua mata Melda terbelalak lebar. Ia segera menuruni tangga menuju ke ruang makan.

"Mas, Mas Yusar."

Yusar menoleh pada istrinya. "Kenapa?"

"Para pelayan di rumah pulang kampung, kan? Tapi, tadi aku melihat ada pelayan yang...." Melda tidak melanjutkan kata-katanya.

"Tidak semuanya pulang kampung, ada dua pelayan yang bekerja," kata Yusar.

"Oh." Melda menghela napas lega. Tapi, ia masih kepikiran dengan luka sayatan di tangan pelayan yang tadi masuk ke kamar Ranti.

MALEVOLENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang