Part 17

20 2 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Di rumah.

Melda menuruni tangga menuju ke ruang makan.

"Bu Melda."

Langkah Melda terhenti. Ia mendongkak menatap Syera di belakangnya.

Syera menuruni tangga dan berdiri di samping Melda. Ia mengalihkan pandangannya sambil berkata, "Saya sudah mendengarnya dari Papa. Saya turut berduka."

Setelah berkata demikian, Syera berlalu pergi ke dapur.

Melda tampak berpikir. "Ada apa dengannya? Kenapa dia tiba-tiba peduli? Bukankah dia ingin menyingkirkanku?"

Tidak ingin ambil pusing, Melda pun berlalu ke dapur. Ia melihat Syera sudah duduk di kursi meja makan, sementara Yusar sibuk memasak.

"Mas Yusar memasak sendiri? Kenapa tidak memintaku saja untuk memasak?" Melda merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa, aku bisa masak, kok," sahut Yusar, "kamu duduk saja."

Melda duduk di kursi. Ia melihat Syera yang melamun. Semakin hari, wajah Syera semakin pucat saja.

"Kamu tidak bilang sama papa kamu, kalau kamu sakit?" tanya Melda pada Syera.

Yusar yang sedang memasak menoleh sebentar. "Sakit?"

Syera menoleh pada ibu tirinya. "Aku baik-baik saja."

Yusar menyajikan makanan ke meja. Masakannya ada yang gosong dan ada juga yang belum matang sempurna.

"Ew," gumam Syera sambil bergidik jijik.

Melda menoleh pada suaminya. "Mas, kenapa Mas tidak membawa Syera ke rumah sakit? Temannya bilang, dia mengalami gejala usus buntu."

"Apa?" Yusar tampak terkejut.

"Sudah, jangan dibahas," gerutu Syera. Ia bangkit dari tempat duduknya kemudian berlalu, karena tidak berselera makan.

Melda menatap punggung Syera yang menghilang di balik pintu.

Yusar duduk di kursi samping Melda. "Syera tidak pernah bilang padaku, kalau dia terkena usus buntu."

Melda menunduk. "Maafkan aku, Mas. Gara-gara aku, hubungan kamu sama anak kamu menjadi semakin renggang. Karena kehadiranku di rumah ini, dia tidak nyaman berada di rumah."

"Sudahlah, kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri," hibur Yusar.

"Belakangan ini, Syera curhat pada temannya, kalau dia merindukan Mbak Ranti. Aku pernah mendatangi makam Mbak Ranti dan menemukan Syera sedang berada di sana. Mungkin dia tidur semalaman di pemakaman. Aku gagal menjadi sosok pengganti ibu bagi Syera," ucap Melda penuh penyesalan.

Yusar memeluk Melda dan mengusap rambut istrinya itu.

"Aku gagal menjadi ibu tiri, aku juga gagal menjadi seorang ibu." Melda mengusap perutnya yang rata.

Yusar mengecup kening istrinya. "Tuhan sayang pada anak kita, jadi Tuhan mengambilnya lebih awal agar dia tidak merasakan penderitaan di dunia ini."

Keesokan harinya seperti biasa, Melda pergi ke sekolah untuk melakukan pekerjaannya sebagai guru BK.

Ketika berjalan di koridor, Melda melihat plang nama di atas pintu bertuliskan XII-IPA-F. Melda menghentikan langkahnya. Ia melihat ke dalam lewat jendela. Melda melihat keberadaan Syera di dalam kelas.

Syera tengah duduk di bangkunya. Ia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.

Melda melanjutkan langkahnya ke ruang BK.

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now