Part 29 (FLASHBACK ON)

14 3 0
                                    

╭┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ

Bajingan terjahat adalah
seorang pelaku yang berpura-pura
menjadi korban.

•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉┉╯

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Enam bulan yang lalu.

Melda terlihat tengah duduk di mejanya di ruang BK.

Monika memasuki ruang BK. Ia menghempaskan bokongnya ke kursi. "Bagaimana hari pertamanya kemarin, Bu Melda?"

"Hari pertama menyenangkan, Bu. Saya masih tidak menyangka bisa diterima bekerja di sini. Semoga hari kedua ini juga sama menyenangkannya," ucap Melda sembari tersenyum kecil.

Seorang anggota PKS mengetuk pintu.

"Masuk," sahut Monika.

Anggota PKS masuk bersama dua orang siswi yang kesiangan, salah satunya adalah Gabby. "Ini murid yang kesiangan, Bu."

Monika menghela napas berat.

Melda melihat cara kerja Monika selaku guru BK yang harus dicontoh oleh Melda. Monika menegur baik-baik kedua murid yang kesiangan itu.

"Gabby, Putri, lain kali di hari Senin kalian harus datang tepat waktu, ya," ucap Monika.

"Maafkan kami, Bu." Gabby dan Putri menunduk. Kedua siswi itu menunduk penuh penyesalan.

Anggota PKS yang lain mengetuk pintu. Ia membawa Syera. "Bu Monika, ini siswi yang merokok di halaman belakang sekolah."

Monika, Gabby, dan Putri menoleh ke arah Syera. Melda juga menoleh.

"Kamu bicara sama Bu Melda," kata Monika pada Syera.

Syera pun duduk berhadapan dengan Melda. Tampaknya Syera tidak menunjukkan rasa takut atau rasa bersalah sama sekali.

"Nama kamu?" tanya Melda.

"Assyeira Maharani P. D.," sahut Syera.

"Kelas?"

"Kelas 12-IPA-F."

Melda mengangguk. Ia menatap murid di depqnnya. "Apa kamu tahu bahayanya merokok?"

Syera mengangguk. "Iya."

"Kamu masih terlalu muda untuk mengenal rokok," ucap Melda.

Lagi-lagi Syera hanya mengiyakan ucapan Melda. Tampaknya ia tidak ingin bicara panjang lebar dan ingin segera selesai.

"Apa kamu punya masalah di rumah?" tanya Melda lembut.

Syera terdiam. Ia mendongkak menatap Melda.

"Kalau kamu mau bercerita, Ibu siap mendengarkan. Kamu tidak perlu malu atau sungkan," ucap Melda.

"Tidak ada yang perlu saya ceritakan," sahut Syera.

"Ingat, rokok itu bukan obat penghilang stres, tapi rokok itu sama saja seperti racun yang bisa membunuh kamu secara perlahan," kata Melda.

Keesokan harinya, Syera lagi-lagi dipanggil ke ruang BK. Kali ini gara-gara kesiangan. Dan Gabby juga kesiangan lagi. Kedua gadis itu duduk berhadapan dengan Monika.

"Apakah kalian bekerja paruh waktu, sampai-sampai kalian kesiangan datang ke sekolah setiap hari?" tanya Monika.

Baik Syera, maupun Gabby tidak memberikan jawaban. Sementara Melda duduk di mejanya seperti biasa sambil membaca buku dan diam-diam mendengarkan.

MALEVOLENCEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora