Part 45 (FLASHBACK)

8 1 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Perlahan Syera membuka matanya. Ia melihat ke sekeliling. Semuanya gelap. Syera merasa tangan dan kakinya yang terikat rantai.

Tiba-tiba api menyala di atas obor yang mengelilingi Syera. Karena silau, Syera menutup matanya. Beberapa saat kemudian, ia membuka matanya dan mendapati dirinya terikat rantai pada sebuah pasak kayu raksasa dengan tiga batang besi yang menancap di dadanya.

Tiba-tiba Syera memuntahkan darah dan daging sebesar bola pingpong. Syera meronta dan ingin melepaskan diri. Ia menarik kedua tangan dan kakinya agar terlepas dari rantai yang mengikatnya.

Warna mata Syera berubah menjadi putih semua. Tenaganya menjadi lebih besar dan ia pun terlepas dari ikatan rantai tersebut.

Syera jatuh terduduk di atas air yang keruh. Syera mencabut ketiga tongkat besi di dadanya. Darah segar mengalir dari luka di dadanya yang menganga.

Warna mata Syera kembali normal.

Samar-samar Syera mendengar suara orang-orang yang sedang membaca surah Yasin dan orang-orang yang menangis.

Tiba-tiba Syera berpindah tempat. Ia berada di halaman belakang rumahnya. Syera melihat ke sekeliling. Ia melihat tirai putih di dekat kolam ikan. Tampaknya ada orang di dalam sana.

"Permisi?" Syera menghampiri mereka dan membuka tirai. Ia terkejut melihat mereka sedang memandikan jenazah yang terbaring di atas ranjang pemandian.

Syera berjinjit untuk melihat jenazah siapakah itu?

Kedua mata Syera terbelalak lebar saat menyadari kalau dirinya sudah meninggal dan jenazahnya sedang dimandikan oleh orang-orang.

Syera berjalan ke dalam rumah. Ia melihat orang-orang yang sedang duduk berkumpul dan membaca surah Yasin. Ada Zahra juga yang sedang membaca Yasin di antara orang-orang itu.

"Zahra, Zahra? Kamu melihatku?" Syera menghampiri Zahra, tapi Zahra tidak bisa melihatnya.

Syera keluar dari ruang tamu. Ia melihat beberapa orang di teras rumah yang terlihat duduk di kursi. Mereka tampak bersedih. Salah satunya adalah Maria dan Bastian.

"Maria, Bastian." Syera menghampiri kedua temannya itu. Mereka tidak mendengar dan melihat Syera. Mereka terlarut dalam kesedihan.

Terdengar suara gedoran keras dari dalam rumah. Syera mencari asal suara itu. Ternyata sumber suaranya berasal dari kamar ibunya yang dipaku dengan 13 paku.

Terdengar suara tangisan Ranti dari dalam ruangan tersebut. Ranti menggedor-gedor pintu sambil menangis. 

"Mama." Syera menyentuh pintu itu, tapi ia terpental. Seolah ada kekuatan yang menghalangi Syera untuk menyentuhnya.

"Syera?" terdengar suara Ranti memanggil dari dalam, "jangan sentuh pintunya, kamu bisa terluka. Melda sengaja menjebak Mama di dalam sini."

Syera mengernyit. "Bu Melda?"

Di dalam ruangan, terlihat Ranti yang duduk di depan pintu. Rambut panjangnya menjuntai menyelimuti lantai di dekatnya. Warna matanya hitam semua.

"Dia juga yang mengirimkan santet untuk melukai kamu hingga kamu tewas," kata Ranti sambil menangis. Ia pun menjelaskan apa yang terjadi dan alasan dirinya meneror Melda.

Ranti bunuh diri, karena ia sudah merelakan Yusar untuk Melda, meski ia masih sangat mencintai Yusar. Ranti juga senang setelah mengetahui kalau Melda menyayangi Syera seperti anaknya sendiri. Ia berharap Melda bisa menjadi penggantinya, tapi saat Melda melukai Syera, kemarahan Ranti pun memuncak.

"Tapi, kenapa Mama meninggalkanku sendirian?" tangis Syera.

"Mama tidak ingin kamu kerepotan ngurusin Mama yang punya OCD dan juga suasana hati yang suka berubah-ubah. Papa kamu saja sudah lelah gara-gara penyakit Mama. Jadi, Mama tidak mau merepotkan kamu."

"Kenapa Mama bicara seperti itu? Aku tidak pernah kerepotan."

Semua orang mengantarkan jenazah Syera untuk dimakamkan di pemakaman samping makam Ranti.

Syera juga berada di sana. Ia melihat tubuhnya yang sudah dibalut kain kafan dimasukkan ke dalam liang kubur sampai ditimbun dengan tanah.

Saat semua orang sudah pergi, Bastian masih berdiri di samping makam Syera.

Syera menatap Bastian yang terlihat begitu sedih.

Bastian menyentuh papan yang bertuliskan Assyeira Maharani Putri Dharmawan binti Yusar Jaya Dharmawan, 19 September 2004 - 28 April 2021.

"Syera, semoga kamu tenang di alam sana. Sekarang rasa sakitmu sudah berkurang," kata Bastian kemudian pun berlalu pergi.

❁❁❁

Yusar duduk di kursi meja makan. Ia terlihat sedih. Melda menghampiri suaminya. Ia memeluknya agar suaminya bisa lebih tenang.

Syera berdiri di ambang pintu dan menatap tajam ke arah Melda dengan matanya yang berwarna putih semua.

Syera memasuki kamarnya dan ia berdiri di depan cermin. Cermin tersebut tidak memantulkan bayangannya. Namun, beberapa saat kemudian, muncul sosok menakutkan di cermin yang mirip dengan Ranti, hanya saja warna matanya putih semua.

Syera terkejut dan ia pun mundur ketakutan. Ternyata itu adalah dirinya sendiri. Syera pun segera menghindar dari cermin. Ia masih belum bisa menerima kalau dirinya sudah meninggal dunia.

Dengan sosok barunya, Syera meneror Melda. Bahkan hantu Syera lebih menakutkan dari hantu Ranti.

Karena tidak ingin diganggu oleh hantu Syera, Melda meminta Kuncoro untuk datang ke rumah dan mengusir hantu Syera.

Kuncoro memasang papan di pintu kamar Syera kemudian ia memakunya dengan tiga belas paku seperti yang dilakukan pada pintu kamar Ranti.

Namun, Kuncoro terpental dan punggungnya terbentur pagar tangga.

Melda terkejut melihat itu. "Mbah Kuncoro!"

Ternyata hantu Syera lebih kuat dari hantu Ranti. Dengan semua dendam dan rasa sakitnya, hantu Syera bisa membuat Kuncoro kewalahan.

Bayangan hitam melesat dan menabrak tubuh Kuncoro hingga pria tua itu terjatuh di anak tangga.

Tidak sampai di sana, bayangan hitam itu membuat tubuh Kuncoro melayang dan terpental ke sudut ruangan.

Kuncoro tidak sanggup melawan hantu Syera sendirian. Ia pun meminta Melda untuk meminta pertolongan pada dukun lain. Namun, tidak ada yang sanggup.

Teror hantu Syera semakin menjadi-jadi. Piano sering berbunyi sendiri di tengah malam, suara gedoran di dinding, pintu, jendela, dan juga di atap, lalu suara wanita bersenandung, dan masih banyak lagi gangguan lainnya.

Melda tidak pernah bisa hidup tenang. Apalagi ia hanya sendirian di rumah, karena Yusar lebih sering pergi ke luar kota.

Yusar sudah lelah dengan Melda yang dianggapnya terus saja berhalusinasi.

Suatu hari, Melda berangkat ke sekolah. Ia fokus menyetir mobilnya. Melda melirik ke spion tengah. Ia melihat Syera duduk di kursi belakang.

Tiba-tiba setirnya tidak bisa digerakkan dan malah berbelok ke kanan. Beruntung Melda segera menginjak rem. Mobilnya berhenti di tengah jalan.

Melda keluar dari mobilnya, tiba-tiba sebuah mobil yang melaju kencang tidak sengaja menabraknya.

Karena kejadian itu, Syera mengalami amnesia ringan dan amnesia sementara. Itulah salah satu alasan, kenapa Melda tidak ingat dengan kematian Syera. Ia mengira Syera masih hidup. Ditambah lagi Melda mengkonsumsi obat yang salah dan justru membuatnya berhalusinasi parah. Obat itu juga yang membuat ingatan Melda semakin terganggu.

Ketika dalam kondisi hilang ingatan sementara, Melda seolah berputar-putar dalam kejadian flashback yang di mana dirinya seolah menjadi korban. Sebenarnya, dialah yang pelaku utama yang menyebabkan rasa sakit, penderitaan, dan juga kematian.

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

20.13 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now