Part 16

18 3 0
                                    

╭┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ

Menjatuhkan seseorang itu seperti membuang batu ke laut. Tapi, apakah kamu tahu, seberapa dalam ia jatuh?

•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉┉╯

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Melda berada sendirian di ruang rawatnya. Ia mengusap perutnya yang rata. Melda tampaknya merasa senang, karena sebentar lagi, ia akan menjadi seorang ibu. Ia tidak mengira akan secepat ini memiliki anak, setelah 5 bulan menikah dengan Yusar.

Terdengar suara pintu dibuka. Melda menoleh, ternyata Syera yang datang. Ia masih memakai seragam sekolahnya, menandakan kalau Syera baru pulang sekolah dan langsung datang ke rumah sakit.

Syera duduk di kursi samping ranjang Melda. "Jangan salah paham, saya datang ke mari, karena disuruh Papa."

Melda mengangguk. "Saya sudah menduganya."

Syera melihat ke meja. Ada semangkuk bubur di sana yang masih utuh.

"Bisa menyuap sendiri, kan?" tanya Syera sambil menunjuk mangkuk bubur tersebut.

Melda lagi-lagi mengangguk. "Iya, aku bisa makan sendiri. Tapi, aku sedang tidak ingin makan saja. Jadi, aku membiarkannya."

Hening.

Kedua perempuan itu tampaknya tidak memiliki topik pembicaraan lagi.

"Syera."

Syera menoleh pada Melda.

"Papa kamu bilang, kamu ingin menjadi pengacara. Apa kamu masih ingin mencapai cita-cita kamu?" tanya Melda.

Syera menggeleng.

"Saya akan mendaftarkan kamu di universitas terbaik kalau kamu berubah pikiran," kata Melda.

"Saya sudah tidak berminat lagi," sahut Syera.

Melda menyentuh perutnya. Ia ingin memberitahu Syera tentang kehamilannya. Tapi, mungkin saja Syera tidak akan senang dan semakin membencinya. Tapi, bagaimanapun juga, janin itu akan menjadi adiknya Syera.

Setelah menjenguk Melda, Syera pulang ke rumahnya. Ketika menaiki tangga, sekelebat bayangan hitam melintas di belakangnya.

Langkah Syera terhenti. Ia menoleh ke belakang. Tidak ada siapa pun di belakangnya. Ketika berbalik, Syera terkejut melihat sosok wanita berambut panjang dengan seluruh matanya yang putih tengah berdiri di depannya.

Sementara itu di rumah sakit.

Jam dinding menunjukkan pukul 10 malam.

Melda tengah tertidur di ranjangnya. Ia tersentak bangun ketika mendengar suara benda jatuh ke lantai.

Melda bangkit untuk duduk dan melihat ke sampingnya. Tidak ada benda apa pun yang jatuh.

Ketika ia kembali merebahkan tubuhnya, tiba-tiba ada sosok wanita bermata putih itu berdiri di samping ranjangnya. Melda berteriak ketakutan.

Sosok itu mendorong Melda hingga jatuh dari ranjangnya. Melda beringsut di lantai untuk menghindar.

Sosok itu merangkak ke bawah ranjang dan menghampiri Melda. Ia menyentuh perut Melda lalu mencengkeramnya dengan kuat.

Melda berteriak kesakitan.

Darah segar mengalir dari selangkangan Melda dan membasahi bajunya.

Sosok itu memasukkan tangannya ke dalam daerah intim Melda dan menarik sesuatu dari dalam sana.

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now