Extra Part II

12 2 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Melda melanjutkan, "Tapi, saya tidak pernah membunuh Mbak Ranti. Mbak Ranti meninggal bukan karena saya, kenapa dia mengganggu saya, Mbah?"

Lisma berpura-pura ketakutan, panik, dan khawatir. Padahal ia sudah tahu semuanya dari awal.

"Apakah kamu yakin, Ranti yang mengganggu kamu? Bukankah kamarnya sudah dipaku dengan tiga belas paku?" tanya Kuncoro.

Tidak salah lagi, dia orangnya. Lisma menatap Kuncoro untuk sesaat.

Melda terlihat khawatir. "Sebenarnya dua hari yang lalu... saya membuka pintunya. Karena saat itu saya memang belum ingat apa pun."

Benar, dia memang bodoh, batin Lisma.

"Baiklah, aku akan mengusirnya agar tidak mengganggu kamu lagi." Kuncoro beranjak dari duduknya ia berlalu ke dalam ruangan lain.

"Kamu pernah ke sini sebelumnya?" tanya Lisma sambil menyentuh meja. Padahal ia mengoleskan krim yang sudah tercampur dengan darahnya.

Melda mengangguk.

Lisma mengernyit. "Ngapain?"

Melda menjawab, "Mbah Kuncoro adalah pegangan keluargaku. Jadi, kalau ada apa-apa, aku atau keluargaku datang ke mari."

Pantas saja, keluarganya juga tidak punya malu, batin Lisma.

Kuncoro kembali sambil membawa nampan berisi sesajen dan vas berukuran sedang yang terbuat dari tanah liat.

Sebelum memulai ritual pengusiran roh, Kuncoro menyuruh Melda dan Lisma memakan buah yang mirip sawo.

Lisma membenci buah pahit itu. Tapi, ia dipaksa menghabiskannya. Dengan terpaksa, Lisma menghabiskannya.

Kuncoro membuka sebuah gulungan kertas kecil yang ternyata isinya adalah tanggal lahir seseorang.

Lisma mengernyit melihat itu. Ia melirik ke arah Melda. Lisma tahu kalau yang ditulis di kertas itu adalah nama dan tanggal lahir Ranti.

Kuncoro memasukkan gulungan kertas itu ke dalam vas yang dipegang oleh Melda. Ritual dimulai. 

Tiba-tiba asap kemenyan itu membentuk wajah menyeramkan.
Terdengar suara geraman.

Lisma beringsut mundur dan setengah menjerit, karena terkejut dan takut ketika melihat asap tersebut. Dan saat itu Lisma memang benar-benar terkejut, bukan pura-pura terkejut.

Ritual selesai. Roh Ranti sudah terjebak di dalam vas. Lisma melihat vasnya berguncang-guncang.

Kuncoro menuliskan mantra di kertas lalu ia menempelkannya ke vas tersebut. Guncangannya mulai berkurang.

"Dia sudah terjebak di dalam vas tanah liat ini," kata Kuncoro.

Melda menghela napas lega. "Syukurlah."

Akhrinya vas tanah liat itu berhenti berguncang.

Saat itu Lisma merasa putus asa, karena roh kakaknya sudah dikurung di dalam vas.

Tiba-tiba terdengar suara gedoran keras di pintu. Melda dan Lisma tersentak kaget.

Kuncoro menautkan alisnya. "Roh Ranti sangat kuat. Dia memiliki kekuatan yang besar. Sepertinya setelah dia mati, dia dendam dan kebenciannya terhadapmu semakin besar."

Melda tampak panik dan ketakutan.

"Meski sudah dimasukkan ke dalam vas, dia masih bisa menjangkau dan mengendalikan benda di sekeliling kita," sambung Kuncoro.

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now