Part 42 ( FLASHBACK)

6 1 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Sakit hati dengan ucapan Syera, Melda mendatangi rumah Kuncoro, yaitu dukun santet yang terkenal si daerahnya.

Dengan membawa tangga lahir, rambut, dan kuku Syera, Melda memberikannya pada Kuncoro.

Bahkan Melda punya tanggal lahir milik Yusar dan juga Ranti. Tapi, ia tidak menggunakannya. Itu hanya disimpan untuk berjaga-jaga.

Kuncoro pun memulai ritual penyantetan. Ia memberikan boneka santet pada Melda.

Melda menusukkan tiga jarum pentul ke dada boneka santet itu dengan penuh kemarahan lalu ia meletakkannya ke atas baki di dekat mangkuk kemenyan yang dibakar.

Syera yang sedang berada di sekolah tiba-tiba merasakan sakit di dadanya seperti ditusuk dan dicakar. Ia izin pada guru yang sedang mengajar untuk ke toilet.

Di kamar mandi, Syera terbatuk-batuk dan memuntahkan darah di wastafel sebagian menodai seragamnya. Ia memegangi dadanya yang terasa sangat sakit.

Sementara itu di rumah Kuncoro.

Kuncoro memasukkan pasak yang sudah dililit kertas mantra bertuliskan nama dan tanggal lahir Syera ke dalam toples yang isinya air keruh. Di dalamnya ada paku, patahan silet, pecahan kaca, dan gumpalan daging sebesar bola pingpong.

Toples kaca itu ditutup menggunakan kantong plastik tebal dan diikat menggunakan tali rotan.

Syera memuntahkan lebih banyak darah dengan beberapa helai rambut. Syera terkulai lemas dan jatuh terduduk di lantai kamar mandi.

Samar-samar Syera melihat sosok gadis berseragam SMA berdiri di depannya. Pandangan Syera mengabur dan ia pun tak sadarkan diri.

Dalam penglihatannya ketika pingsan, Syera melihat sosok gadis berseragam SMA sedang berdiri berhadapan dengan seorang laki-laki.

Syera melihat nama Marsha di tanda pengenal seragam gadis itu.

"Maaf, aku tidak bisa menerima cinta kamu. Aku harus belajar dengan giat agar mendapatkan nilai tertinggi saat lulus nanti," ucap Marsha kemudian berlalu.

Syera menoleh ke arah laki-laki itu yang dari tanda pengenal di seragamnya, laki-laki itu bernama Dendi.

Tiba-tiba tempat berpindah ke sebuah gubuk tua. Terlihat ada dukun yang sedang melakukan ritual santet. Dendi berada di sana. Sepertinya ia sengaja mendatangi dukun satet itu dan merencanakan sesuatu.

"Saya ingin dia menderita, Mbah," ucap Dendi dengan tatapan tertuju ke foto Marsha di tangan Mbah dukun.

Lalu tempat berpindah ke kamar mandi. Terlihat Marsha yang memuntahkan darah dan benda-benda tajam di wastafel kamar mandi.

Perlahan kedua mata Syera terbuka. Wajah hantu Marsha begitu dekat di sampingnya. Ia membisikkan sesuatu ke telinga Syera.

"Cari pasak kamu dan hancurkan. Kamu akan bebas dari santet yang menyerang kamu," bisik Marsha. Setelah berkata demikian, sosoknya menghilang.

Kuncoro memberikan toples itu pada Melda. "Simpan ditempat tersembunyi. Akan lebih bagus kalau disimpan di dalam air yang tidak bisa dijangkau oleh orang."

Melda mengangguk.

Tiba-tiba terdengar suara benda besar yang jatuh menimpa atap rumah. Disusul suara geraman keras dan cakaran-cakaran di dinding.

"Sepertinya hantu Ranti tahu, kita telah mengirimkan santet pada anaknya," ucap Kuncoro.

Melda tampak khawatir dan ketakutan. "Lalu, kita harus bagaimana, Mbah?"

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now