Part 13

20 2 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

"Kita hanya kurang berkomunikasi. Kalau kita saling mengerti, kita bisa akrab. Marilah kita berdamai," kata Melda dengan tatapan kembali fokus ke depan.

Syera menggeleng. "Tidak."

Melda membuang napas kasar.

"Saya dan Anda tidak akan pernah bisa berdamai. Jadi, jangan paksa saya. Mari kita hidup masing-masing. Anda dengan jalan Anda, dan saya dengan jalan saya sendiri," kata Syera.

Melda mengerem mobilnya secara tiba-tiba. Syera agak terlonjak ke depan, karena ia tidak memakai sabuk pengaman. Begitu juga dengan Melda yang juga tidak memakai sabuk pengaman.

Syera menatap kesal pada ibu tirinya.

Melda menyibakkan rambut ke belakang lalu ia menatap Syera. "Kamu tidak bisa berdamai dengan saya. Apakah itu membuat kamu ingin saya menyingkir dari rumah itu?"

"Iya," sahut Syera tanpa ragu.

"Kamu ingin membunuh saya secara perlahan dengan menukarkan obat saya?" tanya Melda lagi.

Syera mengerutkan keningnya.

"Jangan memasang ekspresi seperti gadis polos yang tidak tahu apa-apa. Saya tahu, kamu pasti diam-diam masuk ke kamar saya dan menukarkan obat yang saya konsumsi agar saya menderita dan terus berhalusinasi," tuduh Melda.

"Saya pernah bilang, kan, kalau saya lebih suka melukai Anda secara langsung, bukan dengan cara licik seperti pengecut yang Anda tuduhkan." Syera membuka pintu mobil kemudian ia keluar dari mobil tersebut dan berlalu pergi.

"Syera! Syera!!!" Melda memukul setir.

Hari berganti malam.

Melda akan memasuki kamarnya. Tapi, ia melihat pintu kamar Syera terbuka. Melda mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar. Ia melihat Syera keluar dari kamar tersebut sambil memegangi perutnya.

Wajah Syera terlihat pucat. Ia terbatuk-batuk sambil berjalan sempoyongan.

Melda menelan saliva. Ia ketakutan melihat Syera yang menujukkan gejala-gejala aneh seperti itu.

Tiba-tiba Syera muntah. Gadis itu memuntahkan darah yang berwarna merah pekat.

Melda terlalu takut untuk menghampirinya.

Syera muntah lagi, kali ini lebih banyak. Ada benda-benda tajam yang dimuntahkan oleh gadis itu.

"Syera." Melda memberanikan diri menghampiri gadis itu.

❁❁❁

Melda melihat Syera yang terbaring lemas di ranjang kamar. Kemudian ia keluar dari kamar dan mengambil alat kebersihan untuk membersihkan darah yang dimuntahkan Syera tadi.

Melda meringis melihat benda-benda tajam yang tercampur dengan muntahan darah. Ia pernah memuntahkan yang serupa, jadi ia tahu betul seperti apa rasanya.

Melda mengepel lantai dengan alat pel. Ia tidak menyadari sosok bermata putih dan berambut panjang yang berdiri di belakangnya. Sosok itu memperhatikan apa yang dilakukan oleh Melda.

Setelah selesai membersihkan lantai, Melda meletakkan kembali alat kebersihan ke kamar mandi.

Sepertinya Syera memang tidak pernah berpikir untuk melukaiku. Bahkan sepertinya dia sendiri yang kena santet dari orang lain. Selama ini, dia hanya menggertak dan ingin membuatku tidak nyaman saja. Jika bukan dia, siapa yang menukar obatku? Pikir Melda.

Melda masuk ke kamarnya. Ia mengotak-atik ponselnya. Melda mengernyit melihat foto yang diposting Monika. Itu adalah foto Monika dengan suaminya.

Melda membaca caption di bawah foto tersebut.

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now