Part 39 (FLASHBACK)

7 2 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Keesokan paginya.

Syera melihat Melda memasak untuk sarapan dan dibantu oleh para pelayan.

Terlihat beberapa hidangan yang sudah matang di meja. Syera mengambil roti tawar lalu mengolesinya dengan mentega.

"Syera, mari sarapan bersama. Mama memasak makanan kesukaan kamu," kata Melda.

Syera tidak peduli. Ia berlalu sambil membawa roti yang sudah diolesi mentega itu. Ia berpapasan dengan Yusar di ambang pintu.

"Syera, kita sarapan bersama, ya," bujuk Yusar.

Tanpa memberikan respon, Syera berlalu melewati ayahnya.

Di halaman belakang sekolah.

Syera menyalakan rokok lalu menyesapnya, tapi ia malah terbatuk-batuk, karena tersedak asap rokok.

"Sebenarnya bagaimana cara merokok yang benar," gumam Syera.

Ketika Syera akan kembali menyesapnya, tiba-tiba seseorang merebut rokok itu kemudian membuangnya.

Syera menoleh, ternyata Bastian. "Aku pikir kamu PKS atau guru, bikin kaget saja."

"Kenapa kamu sok-sokan merokok, padahal kamu tidak bisa merokok?" tanya Bastian setengah membentak.

Syera menghela napas berat, tapi ia malah tersedak tembakau rokok yang tersangkut di lidahnya.

"Kamu ada masalah?" tanya Bastian.

Syera menggeleng. Ia tidak pernah menceritakan masalah pribadinya pada siapa pun. Ia sangat menutupi aib keluarganya. Bahkan ia tidak terang-terangan menyebut Melda pelakor di sekolah. Kenapa? Karena sebenarnya Syera masih menghormati Melda sebagai guru BK di sekolah.

Lalu, kenapa waktu itu Syera menyerang Melda, bahkan di depan ibunya langsung? Karena saat itu, Melda sedang berada di luar sekolah. Itulah sebabnya Syera langsung melabraknya.

"Kamu sudah mendapatkan peringatan dari sekolah. Kalau kamu sekali lagi berbuat onar, kamu bisa dikeluarkan," kata Bastian.

"Biarlah, tidak ada yang peduli, kok." Syera mengalihkan pandangannya.

"Jangan sok kuat, aku melihat kesedihan di mata kamu," kata Bastian sambil memegang kedua lengan Syera agar menatap padanya.

Syera tidak ingin menatap Bastian.

Namun, Bastian menangkup wajah Syera agar menatapnya. Kini mereka berdua saling menatap.

Jelas sekali kesedihan yang tersirat di manik cokelat milik Syera. Butiran bening itu mulai menetes. Akhirnya Syera menangis. Ia menangis sejadi-jadinya. Tangisan terdalam yang ia pendam dan yang paling menyakitkan yang pernah ia rasakan seumur hidupnya.

Bastian memeluknya dengan erat. "Menangislah, jangan memendamnya. Menangislah padaku."

"Jangan memegang bokongku," tangis Syera dalam pelukan Bastian.

"Aku tidak memegang bokongmu!" gerutu Bastian.

❁❁❁

Di ruang BK, beberapa guru tengah menggoda Melda.

"Bagaimana malam pertamanya? Lancar, kan?"

"Enak, enggak?"

Melda terlihat malu-malu. Ia tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol itu.

"Beruntungnya Syera, dia punya dua orang ibu yang baik."

"Iya, tapi Pak Yusar lebih beruntung lagi, punya dua istri cantik."

MALEVOLENCETahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon