Part 15

16 3 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Melda memasuki kamar Syera. Ia meletakkan nampan di meja. Isinya ada bubur dan susu hangat.

Syera melihat darah di pinggang Melda. "Saya tidak menyuruh Anda melakukan ini, jadi itu kesalahan Anda sendiri."

Pandangan Melda tertuju ke pinggangnya sendiri. "Ini hanya kecelakaan biasa."

"Makanlah." Melda menyendok bubur dan menyodorkannya pada Syera.

Syera tidak kunjung membuka mulutnya.

"Kamu tidak menghargai perjuangan saya ketika memasak untuk kamu?" tanya Melda. Luka di pinggangnya masih mengeluarkan darah segar meski tidak sebanyak tadi.

"Bagaimana kalau Bu Melda memasukkan racun ke dalam makanan atau susu itu?" Syera menatap Melda. Ia ingin tahu bagaimana ekspresi ibu tirinya itu ketika dituduh seperti yang dilakukan Melda pada dirinya.

Tanpa ragu, Melda memakan bubur di sendok tersebut dan meminum susunya sedikit. "Mari, kita mati bersama."

Syera masih terlihat ragu.

"Kamu masih belum percaya sama saya?" tanya Melda.

Perut Syera berbunyi. Itulah jawabannya.

"Makanlah," suruh Melda sambil kembali menyendok bubur dan menyodorkannya pada Syera.

"Saya bisa melakukannya sendiri." Syera bangkit dengan susah payah. Ia pun duduk dan mengambil mangkuk bubur dari Melda.

Melda memperhatikan Syera yang sedang makan bubur dengan lahap. Wanita itu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Maafkan saya, saya sudah menuduh kamu yang bukan-bukan," ucap Melda.

Syera mendelik ke arah Melda, tanpa memberikan tanggapan dan tetap sibuk memakan buburnya.

"Saya yang salah dan saya menyadari itu. Maaf juga sudah menamparmu sewaktu di sekolah," sambung Melda.

"Permintaan maaf ditolak," sahut Syera.

Melda menatap Syera. "Itu hak kamu, terserah kamu mau memaafkan saya atau tidak. Yang penting, saya sudah meminta maaf dengan tulus."

"Ada banyak kesalahan yang Anda perbuat dan membutuhkan banyak permintaan maaf, bahkan lebih dari itu," ucap Syera.

Melda tidak merespon.

"Jadi, permintaan maaf saja tidak cukup," kata Syera kemudian ia meletakkan mangkuk ke meja. Gadis itu bangkit dan pergi ke kamar mandi dengan langkah terhuyung. Ternyata Syera kembali muntah. Ia memuntahkan bubur yang baru saja ia telan. Ada darah dan juga benda tajam di muntahannya.

Melda yang khawatir menghampiri Syera di kamar mandi.

Syera memukuli dadanya sendiri sambil berusaha memuntahkan isi perutnya, tapi tidak keluar apa-apa.

Melda menepuk-nepuk punggung Syera.

Syera berteriak dan mengejan. Akhirnya ia memuntahkan gumpalan daging sebesar bola pingpong. Melda menjerit kaget melihat itu.

Gumpalan daging itu terlihat berdenyut-denyut seperti hidup.

Syera mengambil tongkat pel dan menusuk gumpalan daging itu hingga pecah dan darahnya terciprat ke mana-mana.

Melda bergidik jijik dan ngeri.

Syera terkulai lemas. Melda menahan tubuh Syera. Ia pun memapahnya ke ranjang.

Melda menatap Syera yang begitu tenang ketika tertidur. Ia pun kembali ke kamarnya. Ketika menutup pintu kamar Syera, sebuah benda jatuh ke lantai. Melda menjerit kaget, ternyata itu sebuah kuku yang besar dan panjang. Kuku terselip di bajunya dan jatuh ke lantai. Jadi, sedari tadi kuku itu masih menancap di pinggangnya. Bahkan ada percikan darah segar di ujung kuku tersebut.

MALEVOLENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang