Part 07

22 3 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Malam telah tiba.

Sebuah mobil biru gelap berhenti di pelataran rumah. Seorang pria berjas keluar dari mobil tersebut dan memasuki rumah. Ia adalah Yusar.

Pria itu menaiki tangga menuju kamar Melda. "Sayang?"

Yusar membuka pintu kamar. Ia melihat Melda tengah tertidur pulas di ranjang.

Yusar menghampiri istrinya itu lalu mengecup keningnya dengan lembut.

Melda terbangun dan menoleh pada suaminya. "Mas Yusar."

Yusar tersenyum sendu. "Maaf, aku tidak segera pulang."

Melda memeluk suaminya dengan erat sambil menangis. "Mas, aku takut. Jangan pergi terlalu lama lagi."

Yusar mengusap lembut rambut istrinya. "Kamu sudah makan? Minum obat?"

Melda melepaskan pelukannya kemudian mengangguk.

"Kalau begitu, tidurlah. Kamu butuh istirahat," ucap Yusar sambil membantu Melda merebahkan tubuhnya ke ranjang.

Tanpa mereka sadari, Syera berdiri di depan pintu yang sedikit terbuka. Ia berada di sana dan memperhatikan mereka berdua.

Keesokan paginya.

Melda merasa lebih baik. Ia memasak makanan untuk sarapan. Wanita itu membuat tiga porsi dan menyajikannya ke meja.

Syera masuk ke dapur. Ia mengambil roti tawar dan mengolesinya dengan mentega.

Melda menatap Syera. "Papa kamu sudah pulang semalam. Kita sarapan bersama, ya."

"Tidak usah. Saya sudah terlambat," sahut Syera.

"Saya sudah membuat tiga porsi, satu buat kamu," ucap Melda.

Syera tidak merespon.

"Ngomong-ngomong, kemarin saya tidak melihat map formulir pendaftaran kamu ke universitas. Apa kamu tidak berniat melanjutkan pendidikan kamu?" tanya Melda.

Syera sejenak menghentikan aktivitasnya mengolesi roti. Beberapa saat kemudian, ia kembali melanjutkannya tanpa memberikan jawaban.

Melda kembali bersuara, "Papa kamu pasti sedih kalau kamu tidak melanjutkan pendidikan...."

"Saya tidak ingin melanjutkan pendidikan. Apakah itu masalah untuk Anda, Bu Melda?" potong Syera. Setelah mengatakan itu, ia pun pergi sambil membawa roti tawarnya yang sudah diolesi mentega.

Melda menghela napas berat. Ia mematikan kompor dan menuangkan tumis jamur ke piring lalu menyajikannya ke meja.

Melda mengernyit melihat satu porsi makanan menghilang di meja. Kini tinggal dua porsi. Melda berpikir, mungkin saja Syera berubah pikiran dan membawa makanannya untuk dimakan di tempat lain.

Tak lama kemudian, Yusar masuk ke dapur dan duduk di kursi meja makan sambil memakai dasi.

"Aromanya menggugah selera. Kamu masak apa pagi ini, Sayang?" tanya Yusar.

"Aku masak tumis jamur kesukaan kamu. Ada orek tempe dan tahu goreng juga," jawab Melda.

"Waahhh."

Pasangan suami istri itu pun sarapan bersama.

"Mas, apakah Syera pernah menceritakan apa hobinya atau cita-citanya?" tanya Melda.

Yusar menoleh pada istrinya. "Syera? Hmm, dia sering bilang, kalau dia bercita-cita ingin menjadi seorang pengacara. Hobinya apa lagi selain marah-marah dan membuat onar."

MALEVOLENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang