Part 30 (FLASHBACK)

11 2 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Syera pulang ke rumah dengan ekspresi lelah.

Terlihat berapa pelayan yang bekerja di rumah itu. Mereka menyapa Syera. "Sudah pulang, Non?"

Syera tersenyum. "Iya, Bi."

"Mau saya buatin jus?" tanya salah satu pelayan.

"Tidak usah, Bi. Sebentar lagi makan malam," tolak Syera.

Gadis itu menaiki tangga menuju kamarnya, tapi langkahnya terhenti kala mendengar suara pertengkaran kedua orang tuanya. Pandangannya tertuju ke kamar orang tuanya.

Yusar dan Ranti tengah bertengkar hebat. Bahkan mereka melemparkan barang hingga pecah di lantai.

Syera melihat pertengkaran itu di depan pintu yang setengah terbuka.

"Kalau begitu, kamu pulang saja ke rumah orang tua kamu!" bentak Yusar.

"Kamu mengusirku dari rumah kita? Ini rumah kita, bukan hanya rumah kamu, Mas! Kita membangunnya bersama!" teriak Ranti.

"Aku akan mengganti uang yang kamu gunakan untuk membantuku membangun rumah ini," sahut Yusar.

Ranti mendecih. "Kamu ingin membuangku, Mas? Ingat, aku yang menemani kamu dari nol sampai sukses seperti sekarang. Tapi, kamu ingin aku pergi seolah aku ini tidak berharga bagimu?"

Yusar membuang muka. "Tidak perlu membahas masa lalu, aku sudah bilang, aku akan mengganti semua yang sudah kamu lakukan selama ini. Setelah itu, kamu pergi."

"Kenapa kamu sangat ingin bercerai denganku? Kamu bosan karena hidup bersamaku? Atau kamu punya wanita lain?!" bentak Ranti.

"Kenapa kamu menuduhku berselingkuh?" Yusar tampak kesal.

"Lalu kenapa? Kenapa kamu ingin mengakhiri hubungan yang sudah kita bangun dari awal ini?" Ranti menatap Yusar dengan tatapan penuh luka.

"Aku sudah lelah denganmu, Ranti. Kamu membuatku stres," kata Yusar.

Ranti mengusap air matanya yang tidak berhenti mengalir. "Karena penyakitku?"

Yusar tidak merespon.

Pruaaang!

Yusar dan Ranti berhenti bertengkar ketika mendengar suara benda yang pecah di luar ruangan.

Ranti keluar dari kamar dan melihat vas bunga yang pecah dan berserakan di lantai. Tatapan Ranti tertuju ke pintu kamar Syera yang tertutup rapat.

Di dalam kamar, Syera tampak duduk di tepi ranjang sambil melamun. Butiran bening menetes dari matanya. Ia menangis.

Suatu hari, Syera membuat geger seisi sekolah saat ia dipanggil ke ruang BK karena telah berkelahi dengan enam orang siswa.

Keenam siswa itu berbaris dengan kepala menunduk. Wajah mereka tampak babak belur. Sementara Syera berdiri di samping mereka dengan ekspresi acuh tak acuh. Tidak ada luka sama sekali di tubuhnya.

Melda tampak khawatir melihat itu. Ia melihat ke arah Monika.

"Kamu mau jadi preman sekolah, Syera?" tanya Monika yang sudah kehabisan kata-kata.

"Bisakah Ibu mengganti pertanyaannya? Seharusnya Ibu bertanya, kenapa saya melakukan ini?" gerutu Syera.

Monika memijit pelipisnya. "Baiklah, kenapa kamu melakukan ini, Syera?"

"Mereka suka memegang tubuh siswi yang melewati kelas mereka, mereka juga suka melontarkan kata-kata vulgar, sikap dan mulut mereka membuat para siswi tidak tenang," jelas Syera.

Monika bersuara, "Tapi, kenapa kamu memukul mereka. Ini semua bisa dibicarakan dengan baik-baik, Syera...."

"Tidak," potong Syera, "itu termasuk pelecehan seksual."

"Apa mereka juga begitu padamu?" tanya Melda.

Syera beralih pada Melda lalu mengangguk. "Iya, salah satu dari mereka menyentuh pantat saya dan berkata... maaf, saya tidak bisa mengatakannya pada Ibu. Itu sangat tidak sopan."

"Tapi, tetap saja kamu juga salah, karena main hakim sendiri dengan memukul mereka," gerutu Monika.

"Mau sampai kapan mereka diberi keringanan hukuman, Bu? Mau sampai mereka menjadi maniak seks?" Syera meletakkan beberapa kamera kecil ke meja.

"Lihatlah kelakuan mereka. Mereka meletakkan kamera tersembunyi ini di kamar mandi siswi," ucap Syera.

"Kami tidak melakukannya, Bu," sanggah salah satu dari keenam siswa itu.

"Iya, kami tidak pernah menyimpan kamera tersembunyi itu di kamar mandi," sahut yang lain.

"Mereka bohong, Bu. Jelas-jelas saya melihat mereka masuk ke kamar mandi perempuan dan mengintip," kata Syera.

Karena hal tersebut, keenam siswa itu pun harus mendapatkan teguran dari kepala sekolah dan juga Monika selaku guru BK senior. Sementara Syera sendiri, orang tuanya dipanggil ke rung BK, karena telah melakukan kekerasan secara terang-terangan di sekolah.

Yusar pun datang ke sekolah dan menemui guru BK yang kebetulan saat itu hanya ada Melda, karena Monika sedang mengurus masalah keenam siswa tadi bersama kepala sekolah.

"Selamat sore, Pak, silakan duduk," kata Melda.

Yusar duduk berhadapan dengan Melda. "Apakah anak saya berbuat onar lagi?"

Melda menjelaskan apa yang terjadi. Sementara Yusar mendengarkan dengan serius pula.

Setelah mendengarkan penjelasan dari Melda, Yusar membuang napas kasar. "Saya minta maaf atas apa yang dilakukan oleh Syera. Saya akan mengganti rugi atas apa yang dia lakukan pada siswa yang dipukul olehnya."

"Saya rasa, Syera tidak sepenuhnya salah. Dia hanya sedikit galak, tapi sebenarnya dia peduli pada orang di sekitarnya. Saya hanya ingin tahu, apakah di rumah, Syera juga suka marah-marah? Maaf jika pertanyaan saya membuat Bapak tersinggung, kalau tidak ingin menjawabnya, tidak apa-apa," kata Melda.

Yusar pun menceritakan masalahnya. Dimulai dari masalah pertengkaran antara ia dengan istrinya yang berada diambang perceraian, lalu masalah yang dihadapi perusahaannya, dan semua masalah internal keluarga yang mempengaruhi kepribadian dan mental Syera, bahkan sejak kecil.

Melda turut prihatin mendengarnya.

Namun, karena Syera terus membuat masalah di sekolah, Yusar jadi sering dipanggil ke sekolah. Dan karena itulah, Yusar menjadi sering bertemu dengan Melda. Tumbuhlah perasaan di antara keduanya. Awalnya mereka tidak menunjukkannya satu sama lain. Tapi, karena mereka sering bertemu dan Yusar sering curhat, perasaan itu semakin hari semakin besar.

Akhirnya mereka berdua mengakui perasaan masing-masing, meski usia mereka berjarak 17 tahun, tapi itu bukan sebuah halangan bagi keduanya.

Sikap buruk Syera di sekolah membuat Yusar mendapatkan peringatan dari kepala sekolah secara langsung. "Kami tidak punya pilihan lain, Pak Yusar. Jika Syera membuat masalah lagi, maka dia akan dikeluarkan dari sekolah. Murid yang dikeluarkan dari sekolah tidak akan diterima di sekolah mana pun. Saya sarankan Pak Yusar mencari sekolah swasta dari sekarang untuk berjaga-jaga kalau-kalau Syera dikeluarkan."

"Saya mohon, berikan Syera kesempatan lagi, Pak Edwin. Saya janji akan memarahinya dan menegurnya," kata Yusar.

"Yusar, kamu teman lama saya. Saya sudah sejauh ini mempertahankan Syera. Mohon dimengerti." Edwin menepuk-nepuk bahu Yusar.

Sejak saat itu, Yusar mengawasi Syera dengan ketat agar tidak membuat kesalahan yang bisa membuat Syera dikeluarkan dari sekolah.

Namun, karena Syera tidak berbuat onar lagi, tidak ada alasan Melda untuk memanggil Yusar ke sekolah. Alhasil, Yusar dan Melda jadi tidak bisa bertemu secara langsung. Mereka hanya bisa berkomunikasi lewat telepon atau sosial media yang bersifat pribadi.

Akhirnya mereka bedua pun sepakat untuk bertemu di luar sekolah. Mereka sering datang ke restoran atau bahkan ke hotel.

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

09.10 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now