Part 24

14 1 0
                                    

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Atas kejadian yang menimpanya, Wahyu harus dirawat di rumah sakit. Di depan ruang rawatnya, terlihat dua orang polisi yang berbicara dengan dokter. Tampaknya kedua polisi itu belum bisa menemui Wahyu, karena kondisi Wahyu yang masih lemah.

Wahyu menatap langit-langit kamar rawat. Ia mengingat kembali apa yang telah terjadi semalam di ruang BK.

❁ Flashback On ❁

Wahyu pergi ke ruang BK dan membuka lemari. Di setiap sekat lemari terdapat daftar nama murid per kelas, termasuk kelas 12-IPA-F.

Dalam kertas daftar nama murid kelas 12-IPA-F, Wahyu melihat jumlah siswa keseluruhan. Tertera angka 29.

"Muridku ada 30 orang, kenapa hanya 29? Guru BK yang magang itu suka sekali membuat kesalahan." Wahyu pun menelepon Melda.

Saat panggilan terhubung, Wahyu mengungkapkan keteledoran Melda, "Bu Melda bagaimana, sih? Murid kelas 12-IPA-F ada 30 orang. Kenapa di sini hanya tertulis 29 orang?"

"Ijazah yang bapak simpan hanya ada 29. Semuanya akan menjadi 30 kalau Bapak meminta sekolah mencetak punya Syera," gerutu Melda dari seberang sana.

Untuk sesaat Wahyu merenung dan mengingat kembali suara perempuan yang tadi meneleponnya. "Syera?"

Wahyu memeriksa riwayat panggilan. Ia terkejut saat melihat nama Syera yang ternyata adalah perempuan yang meneleponnya tadi. Tangannya gemetar. Ia mendengar suara dari belakangnya.

Ketika layar ponselnya mati, Wahyu melihat pantulan bayangannya di layar. Tidak hanya itu, ada sosok menakutkan yang berada di belakangnya dengan posisi terbalik.

Saat Wahyu membalikkan badannya, ia terkejut, karena gadis berseragam SMA tengah berdiri di depannya, dekat sekali.

Gadis itu adalah Syera. Dan ia terlihat normal. Tapi, Wahyu tetap saja merasa takut. Meski Syera terlihat normal, gadis itu sudah meninggal. Dan yang berdiri di depannya saat ini adalah hantu.

"Sye-Syera...." Wahyu mundur hingga punggungnya menyentuh pintu lemari.

Syera melangkah dan mendekat pada walikelasnya itu.

Perhatian Wahyu teralihkan pada sosok gadis berseragam SMA yang menggantung di langit-langit ruangan dengan rambutnya yang panjang menjuntai menutupi wajahnya. Dan sosok itu berada di belakang Syera.

Wahyu berteriak ketakutan.

Syera mengernyit. Ia menoleh ke belakang. Tapi, sosok itu melesat dengan cepat dan menyerang Wahyu.

Tubuh Wahyu terpelanting dan membentur apa pun yang ada dan ruangan itu. Bahkan meja di ruangan itu menjadi hancur ketika Wahyu mendarat di atasnya.

Wahyu berteriak meminta tolong. Ia berharap Amir mendengar suaranya dan membuka pintu lalu menolongnya.

❁ Flashback Off ❁

Wahyu menitikkan air mata. Ia kembali teringat dengan kejadian lama yang sebenarnya ingin ia lupakan.

❁ Flashback On ❁

Saat itu, Wahyu baru pertama kalinya menginjakkan kaki di SMA Cita Nusa. ia menjadi guru magang di sana.

Semua murid menyukai kepribadian Wahyu yang hangat dan dikenal sebagai guru yang baik.

Satu tahun kemudian, Wahyu dipercaya untuk menjadi walikelas 12-IPA-C. Ia melakukan tugasnya dengan baik.

Ada satu murid yang cantik dan menarik perhatiannya di kelas tersebut, gadis itu bernama Marsha. Wahyu menyukainya, bahkan ada juga guru lain yang tertarik pada Marsha dan saling curhat, yaitu Pak Aji.

Wahyu sering melihat siswa yang mengungkapkan perasaan mereka pada Marsha, tapi Marsha menolaknya.

Ternyata Marsha adalah murid yang cerdas, sehingga ia ingin fokus belajar dan tidak ingin berpacaran.

Namun dibalik itu, siswa yang pernah ditolak cintanya mengirimkan santet atau guna-guna untuk melukai Marsha dari dalam.

Marsha sering sakit-sakitan dan muntah darah.

Suatu hari, Wahyu merencanakan sesuatu. Ia sengaja memberikan nilai buruk pada Marsha. Bahkan nilainya menjadi turun dan di tahun ini, Marsha tidak menjadi juara umum seperti tahun sebelumnya.

Marsha mendatangi ruang guru untuk menemui Wahyu. Ia bertanya, "Saya tidak terlalu buruk dalam pelajaran Fisika, tapi Pak Wahyu selalu memberikan nilai rendah pada saya. Bahkan Reno yang peringkat 28 saja bisa memiliki nilai yang lebih tinggi dari saya."

"Kenapa kamu malah mempertanyakan sistem penilaian saya, Marsha? Seharusnya kamu introspeksi diri. Belakangan ini semangat belajar kamu menurun," kata Wahyu.

Marsha merasa jika Wahyu meng-anaktirikan dirinya. Ia tidak mengerti, apa alasan Wahyu bersikap seperti itu.

"Kalau kamu mau nilai kamu bagus, sore ini temui saya di lapang futsal," ucap Wahyu.

Sore harinya, Marsha ikut kegiatan ekstrakurikuler. Setelah itu, ia menemui Wahyu di lapang futsal.

Ternyata di sana, Wahyu menyatakan perasaannya pada Marsha. Ia mengancam akan menurunkan nilai Marsha, jika Marsha tidak menerima cintanya.

Namun, Marsha tidak peduli. Ia menolak Wahyu kemudian berlalu pergi.

Keesokan harinya, Marsha mengikuti kegiatan ekstrakurikuler lagi di sekolah bersama murid lain.

Sore harinya, Marsha berniat pulang. Ketika berjalan di koridor, tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dan menariknya ke dalam kamar mandi pria di dekat ruang BK yang dulunya adalah perpustakaan.

Ternyata Aji yang menyeretnya. Di kamar mandi tersebut, Aji memperkosa Marsha. Masuklah dua orang murid ke kamar mandi tersebut, yang salah satu dari kedua murid itu adalah Jamal ketika masih muda dan bersekolah di sana. Dan nama aslinya ternyata adalah Reno.

Melihat perbuatan keji Aji, tentu saja Reno dan temannya terkejut. Bukannya melapor pada polisi, mereka malah ikut memperkosa Marsha.

Secara tidak terduga, Wahyu masuk ke kamar mandi dan ia terkejut dengan apa yang dilihatnya.

"Apa yang kalian lakukan?!" Tampaknya Wahyu sedikit lebih waras dibandingkan Aji. Ia panik dan khawatir melihat keadaan Marsha.

Ketika Wahyu mengambil ponselnya untuk menelepon polisi, Reno segera merebutnya.

Aji memukul Wahyu hingga jatuh terjerembab ke lantai.

"Kalau kamu melapor pada polisi, kamu juga akan kena. Kamu ada di sini bersama kami. Kami akan mengatakan pada polisi, kalau kamu juga ikut memperkosa Marsha!" ancam Aji.

Wahyu menatap tajam pada Aji yang merupakan seniornya itu.

Tiba-tiba asma Marsha kambuh. Mereka berempat panik dan mencari inhaler atau obat-obatan di dalam tas Marsha, tapi mereka tidak menemukannya.

Temannya Reno membekap mulut Marsha dan mencekiknya.

"Dendi! Apa yang kamu lakukan!" bentak Aji sambil menarik tangan Dendi agar berhenti mencekik leher Marsha.

"Kalau kita membiarkannya hidup, dia akan melaporkan perbuatan kita pada polisi," kata Dendi.

Padahal saat itu Wahyu sudah menemukan inhaler dari dalam tas Marsha.

Aji terdiam. Pegangan tangannya pada lengan Dendi melemah. Ia merasa jika ucapan Dendi ada benarnya, sehingga Aji membiarkan Dendi mencekik Marsha hingga gadis itu tewas seketika.

Wahyu menangis dalam diam melihat itu. Ia merasa bersalah, meski ia tidak ikut andil dalam pemerkosaan dan pembunuhan tersebut.

Aji, Dendi, dan Reno merekayasa TKP seolah-olah Marsha bunuh diri.

Dendi menyayat pergelangan tangan Marsha dengan silet. Aji mengancam Wahyu untuk tutup mulut.

Aji berbisik pada Wahyu, "Gaji guru magang tak seberapa, kan? Saya akan mentransfer uang tutup mulut untuk Anda, Pak Wahyu."

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

09.14 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah

MALEVOLENCEWhere stories live. Discover now