EPILOGUE

17 2 0
                                    

╭┉┉┅┄┄┈•◦ೋ•◦❥•◦ೋ

Your neck is not a shirt,
So, don't hang it.

Your wrist is not a paper,
So, don't cut it.

Your heart is not a lock,
So, don't lock it.

Your life is not a novel,
So, don't end it.

•◦ೋ•◦❥•◦ೋ•┈┄┄┅┉┉╯

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

Bastian meletakkan buket bunga di atas makam Ranti dan juga Syera. Ia menautkan jemari tangannya dan berdo'a. Setelah itu, ia pun pergi.

Tak lama kemudian, seseorang datang dan meletakkan bunga sedap malam ke atas makam Ranti dan juga Syera.

Wanita itu terlihat sedih. Ia adalah Lisma Aulia. "Aku tidak bisa melakukan apa-apa untuk menyelamatkan kalian. Maafkan aku."

❁ Flashback On ❁

Lisma Aulia memiliki nama asli Clismara Julia Evangeline. Lisma Aulia memang namanya juga, tapi ia memakai nama itu agar lebih mudah diucapkan. Ia juga bekerja sebagai psikiater sungguhan. Dan selama ini, Lisma pula yang memberikan obat untuk Ranti yang menderita OCD.

Lisma adalah adik dari Ranti, tapi beda ibu. Ahdan Roesli yang merupakan ayah dari Ranti adalah orang Indonesia yang memiliki perusahaan cabang dan juga rumah di Belanda. Ia menikah dengan wanita Belanda dan memiliki anak, yaitu Ranti. Ibunya Ranti meninggal dunia saat Ranti masih kecil.

Ahdan Roesli kembali ke Indonesia untuk fokus mengurus perusahaan pusat. Ia menikah lagi dengan seorang wanita. Meski pun mereka berbeda keyakinan, tapi keduanya saling mencintai. Apalagi wanita itu sangat menyayangi Ranti seperti anaknya sendiri. Tak lama kemudian, wanita itu melahirkan Lisma.

Namun, tampaknya hubungan Ahdan dengan ibunya Lisma tidak berjalan baik. Mereka memutuskan untuk bercerai. Lisma ikut bersama ibunya.

Meskipun demikian, hubungan Ranti dengan dengan ibu tirinya dan juga Lisma terjalin sangat baik. Mereka selalu berkomunikasi.

Saat ibunya Lisma meninggal, Ranti datang untuk berbelasungkawa. Ia benar-benar sedih dengan kematian ibu tirinya yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri.

Ahdan Roesli tidak mengundang Lisma ke pernikahan Ranti dan Yusar. Yusar tidak mengetahui kalau Ranti punya adik. Yang Yusar tahu, Ranti adalah anak tunggal. Jadi, itulah sebabnya Yusar tidak mengenal Lisma, karena tidak pernah bertemu sebelumnya.

Hingga suatu hari, Ranti menemui Lisma di kantor tempat Lisma buka praktek. Ia menceritakan masalah yang sedang dihadapinya.

"Wanita itu memberitahuku kalau dia berhubungan dengan Mas Yusar. Dia mencintai Mas Yusar dan meminta padaku untuk merestui hubungan mereka," kata Ranti.

Lisma mendengarkan.

"Aku sakit saat mengetahuinya, tapi aku mencoba tegar untuk Syera. Aku tidak ingin dia mengetahuinya." Ranti mengusap air matanya.

Lisma memberikan tisu. Ia merangkul Ranti.

"Syera akan terkejut dan lebih terluka lagi saat mengetahui kalau ayahnya berselingkuh dengan guru di sekolahnya," ucap Ranti.

"Syera tidak mengetahuinya?" tanya Lisma.

Ranti menggeleng. "Belum, sampai sejauh ini dia belum mengetahuinya."

Ranti menunjukkan foto Melda pada Lisma.

"Melda? Dia juniorku sewaktu di sekolah," kata Lisma.

"Apa?" Ranti tampak terkejut.

Lisma menghubungi Melda dan mengajaknya bertemu di restoran untuk sekedar berbasa-basi.

"Aku akan menikah. Datang, ya." Melda memberikan surat undangan pada Lisma.

Tentu saja Lisma terkejut saat melihat surat undangan pernikahan tersebut. Dia nekat menikahi Yusar, meski sudah tahu kalau Yusar punya istri dan anak?

Ketika datang ke rumah Melda, Lisma melihat keluarga Melda yang bahagia atas pernikahan anak mereka dengan pria yang sudah berkeluarga. Padahal mereka sudah tahu hal tersebut, bahkan mereka menjadi perbincangan tetangga.

Satu keluarga yang sakit, batin Lisma.

Namun, apalagi kalau bukan uang yang menjadi alasan keluarga Melda merestui dan membiarkan Melda merebut suami orang.

Sebelum bunuh diri, Ranti menelepon Lisma dan memintanya untuk menjaga Syera.

Faktanya, selama ini Syera tidak hanya menginap di rumah Zahra dan Maria, tapi ia menginap di rumah Lisma. Bahkan Syera lebih lama menginap di rumah Lisma. Ya, Lisma yang menjaganya. Lisma menemani Syera saat berada di rumah sakit ketika sakit typhus dan usus buntu.

Lisma juga yang membayar tagihan rumah sakit.

Uang 18 juta yang ditarik Syera tidak digunakan untuk dirinya sendiri, tapi didonasikan kepada orang yang membutuhkan.

"Aku lebih rela uang Papa diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan daripada digunakan untuk pelacur itu," itu yang dikatakan oleh Syera.

Lisma berjanji akan melindungi Syera, tapi Syera jatuh sakit dan itu membuat Lisma hilang harapan. Ia mengesampingkan logikanya dan mencari dukun yang bisa menyembuhkan Syera, tapi tidak ada yang sanggup.

"Ini adalah jenis santet yang sangat kuat. Saya tidak akan sanggup menariknya dari tubuh gadis ini. Kamu harus menemukan pasaknya untuk menyelamatkan nyawanya," ucap salah satu dukun yang ditemui Lisma.

Lisma menggeleng pelan. Ia tidak tahu harus mencari ke mana pasak yang disembunyikan Melda. Lagi-lagi ia harus melihat orang terdekatnya meninggal.

Tak lama setelah kematian Syera, Melda datang menemuinya dan meminta obat yang bisa mencegah halusinasi. Sebenarnya Melda tidak berhalusinasi, ia memang diteror oleh hantu Syera.

Lisma tahu kalau baru-baru ini Melda mengalami kecelakaan yang menyebabkannya amnesia ringan.

Lisma pun memilih untuk menyeleweng dari tugasnya sebagai seorang psikiater yang bertanggung jawab. Ia memberikan obat yang salah pada Melda, yaitu jenis obat yang justru memperparah halusinasi Melda.

Karena Melda mengkonsumsi obat tersebut dalam jumlah besar, maka halusinasinya juga semakin parah. Ingatannya tidak kunjung kembali.

Lisma melakukan itu sebagai bentuk balas dendam atas kematian kedua orang yang berharga dalam hidupnya.

Sepertinya Yusar mulai curiga dan melapor pada polisi. Dua polisi datang ke kantor Lisma dan memeriksa catatan digital obat-obatan di kantor Lisma.

Lisma sudah mempersiapkan segalanya agar tidak dicurigai. Ia tahu kalau suatu hari nanti, polisi pasti akan datang.

Obat-obatan yang Lisma berikan pada Melda adalah racikannya sendiri. Ketika Melda datang untuk meminta obat, Lisma memberikan obat yang ia buat lalu membuang obat yang seharusnya ia berikan pada Melda. Jadi, jumlahnya di catatan digital tidak akan berpengaruh alias sama.

Keesokan harinya, Melda datang dan meminta obat lagi.

Sebagai psikiater, Lisma mengerti betul dengan gelagat dan cara bicara Melda yang menunjukkan kalau ia sedang mencurigai Lisma dan berniat mencari pembuktian di atas kebenaran.

Khusus kali ini, Lisma memberikan obat yang benar. Ia tahu, Melda akan mengambil sampel obat tersebut untuk diperiksa.

Dan di satu waktu, Melda mengajaknya pergi ke rumah dukun, yaitu Kuncoro.

Lisma sangat ingin mengetahui wajah orang yang telah mengirimkan santet pada keponakannya.

Ketika di rumah Kuncoro, ingatan Melda sepenuhnya kembali. Ia mengingat semuanya.

Lisma mengetahui itu, tapi ia pura-pura tidak tahu apa-apa dan seolah tidak mengerti apa pun.

Sebelum pergi, Lisma sudah membawa seluruh persiapan untuk segala kemungkinan yang terjadi.

•───────◐◑❁❁❁◐◑───────•

23.06 | 1 Januari 2022
By Ucu Irna Marhamah

MALEVOLENCEحيث تعيش القصص. اكتشف الآن