Bagian 14

3.8K 440 122
                                    

Jika menyukai cerita ini maka dukung penulis melalui vote dan komen 💜

—————

"Ga diangkat Yang." Ujar Amri dengan wajah frustrasi.

Berkali-kali dia mencoba untuk menghubungi nomor Hida namun tak diangkat. Hasbi yang sedari tadi mencoba menghubungi anaknya pun tak berhenti menangis karena tidak tersambung.

"Ayo kita ke tempat dia kerja." Amri segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Hida praktek.

Saat sampai di sana mereka memang tak berharap akan menemukan Hida di sana karena sudah jelas wanita itu bersama Hasmi. Hari itu Hida libur jadwal praktek, Amri meminta alamat pribadi Hida kepada resepsionis namun tak mendapatkannya karena SOP rumah sakit.

"Ini gimana Yang? Kita lapor ke polisi aja ayo." Hasbi mengguncang lengan kekar suaminya.

Amri hanya diam, dia sedang memutar otak bagaimana agar dia bisa menghubungi Hida atau mendapatkan informasi alamat rumah wanita sialan itu.

"Bentar. Kasih Abang waktu ya." Amri segera menghubungi seseorang.

Hasbi menatap penuh harap ke arah sang suami, dia tak tahu siapa yang dihubungi oleh suaminya itu namun dia berharap dapat membuahkan hasil.

"Halo selamat siang Pak Burhan. Saya Amri Pak, apa saya dapat mengganggu waktu Anda sebentar?" Amri terlihat begitu segan.

Amri pun keluar dari mobil dan memberi tanda kepada Hasbi agar tetap di dalam. Hasbi menghembuskan napasnya panjang sembari menatap sang suami dengan tatapan gusar.

Dia melihat sang suami berbicara cukup lama dan terlihat sangat serius. Hingga terlihat senyuman lebar dari bibir Amri yang mana membuat Hasbi menegakkan punggungnya karena dia berharap itu sesuatu yang baik.

Amri pun terlihat mengakhiri panggilannya lalu kembali masuk kedalam mobil.

"Gimana Yang?! Dia siapa?! Dapet info apa?!" Tanya Hasbi dengan cepat.

"Dia mantan klien Abang, direktur yayasan yang naungi rumah sakit tempat Hida praktek. Abang minta bantuan ke dia buat minta informasi pribadi Hida dan Alhamdulillah dia mau bantu Yang. Abang juga udah jelasin ke dia alasannya. Kita tunggu kabar dari dia ya Sayang, kamu yang tenang." Jawab Amri dengan senyuman lebarnya.

Hasbi pun mengucap hamdalah dan memeluk erat suaminya. Dia merasa sangat bersyukur dan bahagia mendengar hal itu, dia pun hanya berpelukan dengan sang suami sembari menunggu kabar. Mereka pun tak berhenti mencoba menghubungi Hasmi dan Hida.

Mereka pun terlihat begitu putus asa, mereka saling menguatkan satu sama lain. Hasbi menggigit bibir bawahnya yang mulai bergetar, kedua matanya pun memanas karena air matanya.

"Gue gamau liat Hasmi kecil kita sedih gegara tau yang sebenernya Yang. Gue takut banget, gamau liat Hasmi kesayangan kita sakit sama kenyataan." Parau Hasbi sembari meremas kuat kemeja sang suami.

Hanya dengan membayangkannya saja hati Hasbi berdenyut sakit. Sejak kecil dia atau suaminya tak pernah dan selalu berusaha tak menyakiti hati Hasmi. Mereka rela menyimpan semua rasa sakit masa lalu Hasmi demi kebaikan anak mereka.

"Gue sayang banget sama Hasmi Yang. Hiks——gue gamau anak gue terluka. Gue gamau kasih sayang kebahagiaan yang udah kita kasih ke dia ancur gitu aja kalo dia tau masa lalunya." Ujar Hasbi di sela-sela isak tangisnya.

Amri tak kuasa menahan air matanya, ia menyembunyikan wajahnya di atas puncak kepala Hasbi. Bahunya bergetar hebat, dia pun mengeratkan pelukannya di tubuh Hasbi.

Amri menangis dalam diam, dia berusaha mati-matian menahan isak tangisnya. Ingatannya kembali ke masa dimana dia bertemu pertama kali dengan Hasmi kecilnya.

"Dia anakku Yang.. aku ayahnya——bakal jadi pelindung dia yang paling utama. Kebahagiaan anakku adalah tanggung jawabku sebagai orang tua." Ujar Amri dengan suara tercekat karena menahan isak tangis.

Hasbi pun semakin terisak mendengar penuturan sang suami. Dia sangat tahu seberapa besar cinta dan kasih sayang Amri kepada Hasmi, walau Hasmi bukanlah darah dagingnya sendiri——namun Amri benar-benar menjadi sosok ayah untuk Hasmi yang begitu hebat.

Amri lah yang mengenalkannya arti dari keluarga sebenarnya melalui Hasmi. Karena keberadaan Hasmi——mereka pun bersatu, karena keberadaan Hasmi——cinta dan kasih sayang mereka semakin tulus dan murni tanpa syarat apapun.

Hasmi adalah belahan jiwa mereka, bukti cinta tulus mereka. Semua bentuk cinta dan ketulusan mereka ada pada diri Hasmi. Hasmi adalah segalanya bagi mereka, Hasmi adalah pilar dalam hubungan cinta mereka.

"Hasmiku.." lirih Amri dengan napas yang terdengar kasar.

Bulu kuduk Hasbi merinding, terakhir kali dia melihat dan merasakan tangisan sang suami yang penuh rasa sakit adalah saat belasan tahun lalu Amri meminta maaf kepadanya karena kesalahan meninggalkan dirinya. Lalu saat ini dia kembali melihat tangisan penuh kehancuran karena Hasmi.

Drrrt!! Drrrt!!

Ponsel Amri bergetar, dengan cepat Amri mengangkat panggilan tersebut tanpa melihat siapa yang memanggil. Namun ia seketika membulatkan kedua matanya saat menyadari nama kontak 'anakku tersayang' tertera di layar ponselnya.

"Sayang?! Hasmi?! Nak?! Kamu dimana Nak?!" Tanya Amri dengan cepat.

Hasbi menegakkan tubuhnya terkejut saat sang suami memanggil nama anak mereka.

"Hasmi di rumah." Suara Hasmi terdengar bergetar.

Jantung Amri berhenti berdetak sesaat, dia meremas ponselnya dengan kuat karena ketakutan menyelimutinya.

"Hasmi Sayang——"

"Hasmi cape. Ngomong di rumah aja."

Tut!

Amri terdiam dengan tatapan kosongnya, saat ini di kepalanya terdapat banyak pemikiran yang sangat buruk.

"Yang! Dia dimana?! Apa katanya Yang?!" Hasbi mengguncang tubuh suaminya yang hanya diam.

Amri pun menoleh ke arah Hasbi, dia tersenyum lembut seakan tak ada yang terjadi.

"Hasmi di rumah. Ayo pulang yuk." Ujar Amri sembari menghapus air mata Hasbi.

Hasbi membulatkan matanya, dia pun mengangguk dengan cepat dan segera menyuruh sang suami untuk segera pulang.

"Dia baik-baik aja kan Yang?!" Tanya Hasbi tidak sabar.

"InsyaaAllah baik-baik aja. Dia nyuruh kita pulang." Ujar Amri sembari mengelus tangan Hasbi.

Dan beberapa saat kemudian mereka sampai di rumah, Hasbi segera turun dari mobil dan berlari masuk kedalam rumah. Dia tak menemukan anaknya di ruang tengah, dia pun segera berlari ke kamar Hasmi.

Cekleek

"Hasmi——" suara Hasbi tertahan saat melihat Hasmi sedang berada di pelukan seorang wanita yang sangat ia benci.

"JANGAN SENTUH ANAK GUE!!!!!" Hasbi menjerit murka.

Hasbi menghampiri mereka, dia hendak mendorong tubuh Hida dari tubuh anaknya namun Hasmi justru berdiri di depan tubuh Hida. Bocah itu merentangkan tangannya melindungi Hida.

"PAPI YANG JANGAN SENTUH MAMAKU!" Hasmi menjerit histeris hingga wajahnya sangat merah.

Bersambung

100+ komen sebelum jam 12 bakal triple up

Saya nangis nulis bagian ini 🥺 ada yang sama? Kasih sayang Amri dan Hasbi terinspirasi dari kasih sayang kedua orang tua saya.

NUGA-HASMI 21+ BL (END)Where stories live. Discover now