Ayah dan Papi

3K 325 46
                                    

Special chapter tentang Ayah dan Papi Hasmi 💜

—————

Malam hari mereka sampai di rumah setelah menempuh perjalanan 2 jam dari kota di mana tempat anak mereka kuliah.

Hasbi segera mandi karena badannya terasa sangat lengket. Sementara Amri sedang berada di ruangan kerjanya, dia terlihat sedang merenung sembari menatap pigura yang berisikan Hasmi kecilnya.

Amri menghela napasnya dengan perlahan karena dadanya tiba-tiba terasa sesak. Sepanjang jalan pulang Amri berusaha terlihat baik-baik saja di depan Hasbi, yang sebenarnya ia rasakan adalah gelisah dan juga diliputi rasa bersalah.

"Aku tau anakku udah gede. Umurnya udah legal, dia juga udah dewasa walau dia manja ke kita. Tapi kenapa rasanya berat banget ngasih kepercayaan ke orang lain buat jaga dia? Kenapa aku ga punya rasa percaya sama orang lain selain aku sama Hasbi?" Lirih Amri berusaha menyelami hatinya.

Jujur saja, Amri terpaksa memperbolehkan Nuga tinggal bersama anaknya. Dia harus berpura-pura setuju dengan keputusan akhir mempercayakan Hasmi kepada Nuga.

Dia tahu, Nuga menyukai dan menyayangi Hasmi dari kecil. Namun itu semua terasa hambar dan tak berarti bagi Amri. Sejak Hasmi tinggal di luar kota sendirian, Amri tak berhenti mempunyai rasa takut jika terjadi sesuatu yang buruk kepada anaknya.

Amri sangat takut jika anaknya terluka karena orang lain. Dia takut jika anaknya melewati hal yang sulit tanpa diketahui olehnya.

"Haahh.. ternyata gini ya rasanya jadi orang tua." Lirih Amri sembari menumpukan kepalanya di atas telapak tangannya.

Dada Amri terasa begitu sesak kala mengingat bagaimana dia bertemu dengan Hasmi pertama kali. Bagaimana dia menerima anak itu karena ditinggalkan oleh kedua orang tuanya.

Awal-awal dia merawat Hasmi sendirian adalah hal yang paling berat baginya. Amri masih ingat bagaimana dia menggendong Hasmi pertama kalinya. Pada detik itu dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk menciptakan keluarga yang hangat dan indah untuk Hasminya.

Pada saat itu keadaan ekonomi Amri belum stabil, dia di tahap merintis karirnya dengan menjadi budak perusahaan.

Dia tak pernah menceritakan kesulitannya saat awal-awal merawat Hasmi sendiri kepada siapa pun bahkan Hasbi. Di mana dia merasa khawatir, cemas, takut jikalau dia salah dalam merawat bayi sekecil itu.

Dia takut jika dia tidak dapat menjadi ayah yang baik untuk Hasminya. Pada saat itu dia berpikir akan menjadi orang tua tunggal untuk Hasminya, dia akan berjuang sendirian untuk nama bayi menyedihkan itu.

Walau Hasbi selalu menjenguk mereka, namun awal-awal Amri lebih banyak menghabiskan waktu berdua dengan si kecil Hasmi. Dia menangis dengan begitu pilu setiap kali menatap wajah tak berdosa Hasminya.

Bagaimana bisa bayi yang tak berdosa itu harus berhadapan dengan kenyataan pahit. Amri berjuang dengan sekuat tenaga, dengan segala rasa takutnya untuk menjaga dan melindungi Hasminya.

Namun semuanya terasa begitu ringan kala Hasbi datang dan memberikan nya kesempatan kedua. Hasbi memintanya untuk mengenalkan apa arti keluarga yang sesungguhnya kepada Hasmi, melakukan bersama-sama.

Perjuangan Amri tak berhenti di sana, dia harus berjuang untuk memberikan kehidupan yang layak untuk keluarga kecilnya. Amri tak pernah lupa bagaimana perjuangannya saat mulai merintis karir, merelakan waktu kebersamaan dengan keluarga kecilnya.

NUGA-HASMI 21+ BL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang