Bagian 31

4.3K 505 149
                                    

Jika menyukai cerita ini maka beri dukungan penulis melalui vote dan komen 💜

—————

"IIIIHHH NUGAAAA!!! JEMBUT KAMU LEBAT BANGET!" Hasmi berteriak kencang sembari menutupi kedua matanya.

Nuga panik bukan main aset berharganya dilihat oleh sang pujaan hati. Dia pun mengambil sarung yang jatuh di lantai lalu dia menutup pintu kamar mandi dengan kasar.

Hasmi menurunkan tangannya dan melipat bibirnya kedalam sembari mengerjap pelan.

"Ih kayak hutan rimba." Hasmi bergidik mengingat banyaknya bulu kemaluan Nuga.

Hasmi menggelengkan kepalanya brutal saat bayangan ukuran penis Nuga memenuhi kepalanya. Dia pun berlari ke kamar karena merasa malu tanpa sebab.

Dia bermain ponsel sesaat hingga Nuga mengetuk pintu kamarnya. Hasmi pun menyuruh Nuga masuk dan menepuk kasur sebelahnya.

"Tidur di sini aja Nuga. Kamar sebelah jadi studio musik aku." Ujar Hasmi sembari menggeser tubuhnya.

Hasmi mengambil jurusan arsitektur namun dia juga menekuni hobinya sejak kecil dalam bidang musik. Dia sangat mencintai segala sesuatu yang ia kerjakan, karena Hasmi mendapat dukungan sepenuhnya dari kedua orang tuanya jadilah dia harus memanfaatkannya dengan baik.

Dia tak mau membuat kedua orang tuanya kecewa, dia harus menghargai kerja keras dan ketulusan kedua orang tuanya dalam mendukung mimpinya dengan berusaha yang terbaik dan mencintai apa yang telah ia mulai.

"Iya makasih Ayang. Huuh dingin banget." Nuga segera masuk kedalam selimut.

Mereka sibuk dengan ponsel masing-masing, namun tanpa Nuga sadari Hasmi sangat gugup hingga dia hanya keluar masuk dari aplikasi di ponselnya.

Klik!

"Eh?! Listri mati lagi." Nuga  menghembuskan napasnya kasar.

Dan suasana pun menjadi lebih hening, Nuga melirik ke arah Hasmi yang terlihat serius dengan ponselnya, dia pun meletakkan ponselnya karena hawa sangat dingin membuatnya mengantuk.

"Dede Nuga tidur duluan ya Ayang. Jangan tidur malem-malem, tadi kan udah kecapean." Ujar Nuga sembari menguap.

Hasmi pun memilih meletakkan ponselnya juga dan ikut tidur. Namun mereka berdua tak kunjung tidur karena detak jantung mereka berdegup sangat kencang.

Hasmi membalik tubuhnya menghadap ke arah Nuga dan tanpa sadar tangan mereka bersentuhan. Hasmi tak menjauhkan tangannya dan membiarkan tangan mereka seperti itu.

"Nuga. Kamu kenapa sampe rela hafalan dalam waktu singkat kayak gitu? Apa kamu ga cape? Kata om Lele kamu sempet sakit juga." Tanya Hasmi membuat Nuga membuka kedua matanya.

Nuga mencoba memberanikan diri untuk menggerakkan jarinya mengelus jari kelingking Hasmi, dia sangat gugup sekaligus takut dimarahi oleh Hasmi. Namun dia tak melihat Hasmi menolak sentuhan jarinya.

"Dede Nuga ga bisa jauh-jauh dari Ayang. Rasanya sakit di dada, ya kalian pasti nganggeonya Dede Nuga lebay tapi emang gitu yang Dede Nuga rasain. Ga semangat sekolah ga napsu makan soalnya kepikiran Ayang Hasmi terus. Sampe Dede Nuga sering loh beli cirambay kesukaan Ayang Hasmi gegara kangen." Jawab Nuga dengan nada sedih.

Hasmi menelan ludahnya gugup, dia merasa jawaban Nuga membuat hatinya bergetar. Hasmi sadar, respon nya  terhadap Nuga sudah mulai berubah tak seperti dulu lagi.

Semua berawal saat dia mulai tinggal di kota ini dan jauh dari Nuga. Hasmi merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya, yaitu gangguan dari Nuga. Tanpa Hasmi sadari, dia sudah terbiasa dengan keberadaan Nuga.

NUGA-HASMI 21+ BL (END)Where stories live. Discover now