Bagian 20

4.3K 505 139
                                    

Jika menyukai cerita ini maka beri dukungan penulis dengan vote dan komen 💜

—————

"Emang bener. Selama ini kita bohong tentang orang tua kandung Hasmi." Ujar Amri yang seketika membuat senyuman Hasmi pudar.

Dengan cepat Hasbi menggenggam erat kedua telapak tangan Hasmi, dia menatap khawatir ke arah anaknya yang terlihat sangat terkejut.

Hasmi menggigit bibir bawahnya yang bergetar dengan kuat, dia menatap berani ke arah mata sang ayah lalu ia mengangguk pelan agar meneruskan ucapannya.

Amri menunduk, dia memejamkan matanya lalu menekan matanya dengan kuat menghalangi air mata yang mendesak keluar. Dadanya terasa sangat sakit bak ditusuk ribuan jarum panas, hatinya sakit melihat tatapan polos Hasmi. Dia tak sanggup melihat bocah itu mendengarkan cerita menyakitkan ini.

"Ayah.. Hasmi gapapa." Cicit Hasmi dengan pelan.

Namun air mata Hasmi tak dapat ditahan, Hasbi menyembunyikan wajahnya di bahu sang suami. Meremas kuat punggung sang suami dan dia mulai terisak dengan pelan.

"Jangan Bang.. hiks gue ga tega. Gue ga sanggup. Ga ada yang boleh nyakitin anak gue hiks hiks.." Hasbi memohon kepada sang suami agar berhenti.

Hasbi menggelengkan kepalanya pelan, dia tak tahan melihat wajah polos anaknya yang sedang bersiap menerima fakta yang menyakitkan.

"Ssh.. kita udah sepakat Sayang. Ada kita yang selalu di samping anak kita." Bisik Amri sembari mengelus lembut punggung bergetar Hasbi.

Hasbi pun semakin terisak, dia sangat takut melihat anaknya tersakiti setelah mendengar hal ini. Hasbi tahu, dia tahu betapa sakitnya ketika tak diinginkan oleh kedua orang tuanya

Hasbi sangat tahu, dan rasa sakit itu seakan membunuh Hasbi. Butuh waktu yang lama Hasbi menerima semuanya dan melawan rasa sakit hatinya. Dan ia tak mau anaknya merasakan hal yang sama.

"Enggak.. hiks jangan. Gue mohon Yang, jangan.. udah jangan diterusin. Sakit Bang.. hiks rasanya sakit banget. Gue tau rasanya Bang! Gue tau!! Gue gamau anak gue ngerasain hal yang sama!! Gamau!!" Hasbi berteriak histeris sembari mengguncang tubuh sang suami.

Dia memohon kepada Amri agar tak menceritakan hal tersebut, Hasmi menatap nanar ke arah sang papi. Pria itu terlihat begitu kesakitan, memukuli dada bidang sang ayah dengan lemah. Tatapannya begitu putus asa dan itu semakin membuat Hasmi takut menerima kenyataan yang akan ia dengar.

Ia takut akan rasa sakit yang akan ia rasakan seperti yang dikatakan oleh sang papi. Namun Hasmi butuh penjelasan, dia tak mau mempunyai prasangka buruk dan berbagai pertanyaan di dalam kepalanya.

"Yang.. gue tau rasanya. Lu juga tau kan——hiks hiks gimana menderitanya gue. Jadi gue mohon, jangan bilang. Cukup dengan kita ada buat dia aja, cukup dengan kasih sayang kita aja buat dia. Gue gamau anak gue ngerasain sakit ini Yang.. sakit banget hiks! Hiks!" Hasbi menatap sang suami dengan deraian air mata.

Hasbi mencengkeram kuat kerah kaos yang dipakai suaminya, menariknya berulang kali agar sang suami mendengarkan permintaannya.

"Abang tau. Abang tau Sayang.. Abang ga pernah lupa sama rasa sakit yang kamu lakuin." Bisik Amri sembari menghapus air mata Hasbi yang semakin deras.

Amri memejamkan matanya dengan erat, dia berusaha mengatur napasnya karena dia merasa begitu hancur melihat tatapan memohon yang penuh rasa sakit di kedua mata seseorang yang sangat ia cintai.

Mereka telah melalui banyak waktu dan keadaan bersama, tentu saja Amri tak pernah melupakan satu kenangan inda atau menyakitkan bersama Hasbi. Dia mengingatnya dengan jelas.

NUGA-HASMI 21+ BL (END)Where stories live. Discover now