Bagian 43

2.7K 372 126
                                    

Jika menyukai cerita ini berikan dukungan penulis melalui voment dan follow 💜

—————

"Mau apa enggak? Kalo gamau ya gapapa sih. Baba bakal masukin kamu ke rumah tahfidz temen Baba, ada tuh di deket sekolah kamu. Ntar sekolahnya tetep di sana cuma tinggal di rumah tahfidz." Abi menyeringai puas melihat anaknya yang sedang tantrum.

Nuga berhenti berguling-guling, dia menatap babanya dengan tatapan paling terluka dengan air mata yang berlinang. Nuga menoleh ke arah sang bapak yang merotasi bola matanya malas melihat tingkahnya.

"K-kok gitu sih?! Tapi ini syaratnya berat banget Baba~ huwaaa!!" Nuga kembali menangis dengan keras.

Ale menghela napasnya kasar merasa tidak sanggup melihat keributan yang dilakukan anaknya. Dia pun mengambil surat perjanjian tersebut lalu dia berdiri mengangkangi tubuh bingsong anaknya.

"MAU APA ENGGAK?! KALO KAGAK BAPAK ROBEK INI! GA BAKAL ADA NEGOISASI LAGI!" Ale berteriak murka tepat di atas wajah Nuga.

Nuga mengerjap dengan cepat karena air liur bapaknya berjatuhan di wajahnya, dengan cepat Nuga menahan tangan sang bapak agar tidak merobek surat perjanjian itu.

Ia pun duduk sembari menghentakkan tubuhnya berkali-kali karena kesal, bibirnya mencebik sedih dengan air mata yang masih berjatuhan membasahi wajahnya.

"CEPET! TANDA TANGAN DI ATAS MATERAI!" Ale memaksa Nuga menggenggam pulpen.

Dengan tangan gemetar Nuga menggoreskan tinta pulpen tersebut di atas materai, dia pun mulai bertanda tangan di sana sembari menutupi mulutnya tidak percaya dia akan melakukan hal sejauh ini.

Kedua orang tuanya saling tatap dengan tatapan geli, menggelengkan kepalanya heran melihat ajaibnya tingkah anak semata wayang mereka.

"Hiks udah nih! Terus kapan Nuga bisa pindah ke rumah ayang Hasmi?" Nuga melempar pulpennya dengan kesal ke sembarang arah.

Abi memasang wajah terkejut tiba-tiba membuat Nuga ikut terlihat panik.

"A-apa?! Kenapa Ba?!" Nuga mengguncang kaki babanya dengan brutal.

Tubuh Abi bergetar hebat karena guncangan hebat anaknya hingga dia merasa sedikit mual. Dia pun menarik kakinya dari genggaman Nuga dan menggeser duduknya menjauh dari bocah itu.

"Baba lupa loh, gimana ya caranya minta ijin ke orang tua Hasmi biar kamu bisa tinggal bareng sama Hasmi?" Beo Abi dengan wajah polosnya.

Nuga membuka mulutnya lebar dengan mata melotot, dada bidangnya naik turun dengan cepat karena dia merasa terkejut sekaligus marah.

"BABA!!!! HUWAAA!!!! NUGA KIRA TINGGAL PINDAH AJA HUWAAA!!! HAAAAAAH!!!!!" Nuga kembali berguling-guling di lantai seperti cacing kepanasan.

Abi dan Ale hanya menatap datar anaknya, mereka mengerjap pelan merasa begitu lelah melihat Nuga. Mereka menghela napas berat secara bersamaan, lalu Abi menggandeng tangan Ale dan memilih untuk memesan kamar hotel lagi.

"Kita nenangin diri dulu deh Yang. Mas puyeng denger tangisan dia." Gumam Abi sembari memeluk manja tubuh Ale.

Ale terkekeh geli mendengar keluhan suaminya, dia mengelus sayang kepala Abi karena merasa takjub karena selama ini pria itu telah sabar menghadapi anaknya. Jika dia tentu saja tak mungkin mempunyai kesabaran setebal suaminya, dia akan mengeluarkan semua jurus jitu untuk melawan anak ajaibnya itu.

NUGA-HASMI 21+ BL (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang