#85 Dream School

6.5K 409 52
                                    

Ada seorang anak lelaki Jepang bernama K yang mengalami sebuah mimpi aneh. Dalam mimpinya, ia menemukan dirinya berkeliaran di sebuah sekolah. Itu bukan sekolahnya. Itu adalah sekolah yang tidak ia kenali.

Saat itu malam hari dan sekolah tersebut tertutup dalam kegelapan. Suara langkah kaki terdengar di lorong yang kosong. Itu sangat menakutkan. Ia mencoba membuka pintu-pintu dan jendela-jendela, tapi semuanya terkunci. Ia mencoba memukul pintu dan jendela itu sekeras yang ia bisa, tapi kacanya tetap tidak mau pecah.

Sekolah itu besar dan rumit seperti sebuah labirin. Benar-benar tak masuk akal. Berjalan menyusuri koridor akan membawanya kembali ke tempat sebelumnya. Hal itu sangat aneh, seolah-olah dimensi waktu dan tempat tidak berlaku.

K mulai ketakutan. Ia mulai berlari sepanjang lorong. Koridor terentang terus dan terus tanpa akhir dan tidak ada jalan keluar. Setelah berlari dan kembali ke ruang kelas yang sama selama beberapa kali, K memperhatikan sesuatu yang aneh. Koridor tidak memiliki jalan kekuar. Bagaimana pun ia berlari menyusurinya, ia pasti menemukan dirinya kembali lagi ke posisinya semula.

K memutuskan untuk mencoba rute yang baru. Ia berlari menyusuri lorong kanan, kemudian berbelok ke kiri dan ke kiri lagi. Ia memasuki ruang kelas ekonomi dan saat ia keluar dari pintu di sisi lain, ia menemukan dirinya sendiri di lorong yang lain. Ia memasuki ruang kesenian dan keluar dari pintu di sisi lain. Kadang, ia membawa dirinya ke lantai tiga, bersebelahan dengan toilet wanita.

Ia masuk melalui ruang musik dan berlari menyusuri lorong, melewati beberapa kelas. Ia mendatangi anak tangga dan mendudukinya. Ia terus menerus berkeluyuran. Malam seperti tak akan berakhir dan fajar seperti tak akan pernah datang.

Ding... Ding... Ding... Ding...

K mendengar bunyi lonceng jam. Saat ia menoleh, ia melihat sebuah jam. Jarumnya bergerak bolak-balik seperti sebuah pendulum.

Tap... Tap... Tap... Tap...

K mendengar gema suara langkah kaki yang berat memburunya. Ia terlalu takut untuk menoleh ke belakang. Dengan perasaan putus asa, ia melarikan diri. Ia berlari ke sekumpulan tangga yang seharusnya membawanya ke lantai empat, malahan ia menemukan dirinya sendiri di lantai pertama di luar ruang audio visual.

Tap... Tap... Tap... Tap... Tap... Tap...

Langkah kaki mulai semakin cepat dan cepat. Ia berlari menyusuri koridor dan berbelok ke kiri, kiri lagi, kanan, dan kiri lagi. Ia keluar dari sekumpulan ruang kelas. Di ujung lorong, ada sebuah pintu keluar darurat. Ada kotak kaca rusak yang menyimpan kunci dan kuncinya hilang. Ada sebuah catatan di dalamnya yang berisi bahwa kunci ada di kelas 108.

Tap... Tap... Tap... Tap... Tap... Tap...

Langkah kaki semakin mendekat. K berlari menuruni tangga. Ia berbelok ke kiri, berlari sepanjang lorong, kemudian berbelok ke kanan dan kanan lagi. Ia menemukan dirinya sendiri di luar sebuah ruang kelas. Di pintunya terdapat tanda yang bisa dibaca, "108". K mencoba membuka pintu itu. Ia melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya.

Ruang kelas itu gelap dan ia tidak bisa melihat dengan jelas. K menekan tombol saklar, tapi benda itu tidak bekerja. Ruang kelas itu diisi dengan meja-meja dan ada tas punggung tergantung di belakang setiap kursi. K mulai mencari di setiap tas, mencari di setiap laci.

Sejenak, ia bisa mendengar langkah kaki datang dari lorong.

Tap... Tap... Tap... Tap... Tap... Tap... Tap...

Tak lama, ia mendengar sesuatu menabrak pintu ruang kelas dengan keras.

Brak! Brak! Brak! Brak! Brak!

K masih belum menemukan kunci yang ia cari. Ia menarik laci-laci keluar dari meja dan menjatuhkannya ke lantai. Ia membuka tas-tas dan mulai mengeluarkan isinya ke lantai.

Brak! Brak! Brak! Brak! Brak! Brak!

Suara sesuatu yang menabrak pintu semakin lama semakin keras. Pintu terlihat seperti akan copot dari engselnya. Ia mencari dengan putus asa, tetapi ia tetap tidak menemukan kuncinya.

Baru saja, ketukan di pintu tiba-tiba berhenti. Ada keheningan yang mencekam. K berdiri dengan gemetar, menunggu sambil menahan napas. Ia berdiri dalam kegelapan ruang kelas, takut untuk bergerak sedikit pun.

Setelah beberapa waktu, ia masih tidak bisa mendengar apa pun sehingga ia berjalan menuju pintu. Ia mencoba meraih pintu, memutar gagang pintu, kemudian membukanya dengan perlahan dan menatap keluar koridor.

Apa yang ia lihat membuatnya ketakutan, tetapi teriakan seperti tertahan di tenggorokannya.

Ada anak laki-laki dan anak perempuan yang tak terhitung jumlahnya. Mereka terpotong-potong. Kepala, lengan, dan kaki mereka terpisah dari batang tubuh. Lantai dibanjiri dengan darah dan mereka menari... menyentak ke depan dan belakang... bagian tubuh mereka tersentak ke depan dan belakang dalam sebuah tarian kematian.

K tertarik ke dalam dunia mimpi. Tubuhnya tetap tertidur. Ia tak pernah bisa bangun. Bahkan sekarang, dalam pikirannya ia masih berkeliaran di sekolah.

Sekarang setelah kau membaca kisah ini, tolong coba lupakan. Jika kau tidak melupakan cerita ini dalam seminggu, kau akan mengalami mimpi yang sama dimana kau akan menemukan dirimu sendiri berkeliaran di sekitar sekolah. Kau harus menemukan kunci dan melarikan diri melalui jalan keluar darurat sebelum kau melewati potongan-potongan tubuh anak laki-laki dan anak perempuan yang menari, atau kau akan tertarik ke dalam mimpi.
***

Udah chapter 88 ajah. Mau sampe chapter berapa nih? Nanya doang sih. 😜😜😜

Urban Legend Jepang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang