#122 Tas Sekolah

4.3K 337 12
                                    

Cerita ini terinspirasi dari manga Hideshi Hino (Sumber: Scary for Kids).
---

Saat aku berumur delapan tahun, ada seorang gadis cilik di kelasku. Namanya Haako-chan. Ia orang yang ceria dan selalu tersenyum pada siapa pun. Salah satu yang paling kuingat tentang dirinya adalah ia memiliki sebuah tas sekolah berwarna merah.

Suatu hari, Haako tidak datang ke sekolah. Semua orang penasaran dimana ia berada. Saat kami bertanya pada guru, mereka berkata bahwa mereka juga tidak tahu. Seminggu kemudian, ia tetap tidak datang ke sekolah sehingga kami mengira keluarganya pasti sudah pindah. Waktu berlalu, kami secara berangsur-angsur lupa padanya.

Kemudian pada suatu pagi sebelum bel masuk berbunyi, kami melihat sebuah bayangan kecil berjalan melewati gerbang sekolah. Itu adalah Haako-chan. Ia berjalan sangat lambat. Tasnya yang berwarna merah berada di belakang punggungnya. Kami memanggil namanya, tapi ia hanya mengabaikan kami.

Saat ia datang mendekat, aku bisa melihat wajahnya secara jelas. Ada yang berbeda dengannya. Aku tidak tahu apa itu, tapi ada sesuatu yang salah. Ia terlihat pucat dan sakit.

Kemudian, bel sekolah berbunyi. Tidak ada yang ingin telat masuk kelas, jadi kami berlari kencang masuk ke dalam kelas. Saat guru datang, meja Haako masih kosong. Ia tidak pernah datang ke kelas. Semua orang menjadi bingung. Kami pikir ia datang lagi ke sekolah.

Saat istirahat siang, kami pergi keluar ke taman bermain. Ada sebuah tas merah tergeletak di tanah. Aku tahu itu milik Haako. Kami tidak bisa menemukan ia di mana pun, jadi kami membawanya ke dalam kelas dan menaruhnya di atas mejanya. Ia tak pernah datang untuk mengambilnya.

Pagi berikutnya saat aku tiba di sekolah, tas sekolah berwarna merah itu masih tergeletak di meja kosong milik Haako. Temanku, Taro, sangat penasaran. Ia memutuskan untuk mengintip ke dalam tas tersebut. Ia menggeser gespernya dan membuka tutup tas itu. Tiba-tiba, ia menjerit ketakutan sehingga tas jatuh dari tangannya. Sesuatu jatuh ke lantai. Benda itu menggelinding meninggalkan jejak merah di atas lantai kayu. Itu adalah penggalan kepala Haako.

Hiruk pikuk pecah di ruang kelas. Semua orang menjerit dan menangis. Beberapa anak laki-laki tangisnya meledak, sedangkan beberapa anak perempuan histeris.

Kemudian, guru datang ke kelas untuk menanyakan apa yang terjadi. Semua orang mulai berteriak secara bersamaan. Aku melihat ke bawah. Penggalan kepala itu telah hilang. Jejak darah di lantai juga telah lenyap.

Awalnya, guru menolak mempercayai kami. Tapi beberapa anak perempuan bersikeras tentang apa yang telah mereka lihat. Akhirnya, guru memutuskan untuk pergi berbicara pada kepala sekolah.

Malam itu, mereka memanggil ibu Haako-chan. Mereka bertanya padanya beberapa pertanyaan. Karena tidak mendapatkan jawaban yang tepat, guru dan kepala sekolah menelepon polisi.

Hari berikutnya, dua detektif mengunjungi rumah Haako untuk berbicara pada ibunya. Ia mencoba memberitahu mereka ia tidak tahu dimana anak perempuannya. Akhirnya, karena tertekan oleh berbagai pertanyaan, ia meledak.

Ibu dan ayah Haako telah bercerai. Ibunya mulai berkencan lagi, tapi kekasihnya yang baru tidak menyukai anak-anak. Jadi, ia membunuh Haako dan memotong-motong tubuhnya. Mereka mengeruk danau di dekat rumah Haako dan menemukan sisa-sisa potongan tubuhnya.

Semua orang di sekolah terkejut. Tidak ada satu pun dari kami yang percaya bahwa sesuatu semengerikan ini dapat dialami oleh salah satu teman sekelas kami. Kami berjanji setiap pagi akan ada bunga segar di bangku kosong milik Haako, bersebelahan dengan tas sekolahnya yang berwarna merah.
***

Ini cuma fiksi ya...

Urban Legend Jepang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang