#147 Pembunuhan Alice

4.6K 286 9
                                    

Sumber: Scaryforkids
Translate: Author

Sampai hari ini, kasus pembunuhan Alice menyisakan misteri tak terpecahkan di Jepang. Antara tahun 1999 sampai 2005, terjadi lima pembunuhan berantai. Semua pembunuhan saling terhubung dengan kartu ancaman yang ditinggalkan oleh si pembunuh pada setiap tempat kejadian perkara.

Korban pertama adalah Sasaki Megumi, seorang wanita berumur 29 tahun yang memiliki sebuah restoran. Orang-orang yang mengenalnya, menggambarkan dirinya sebagai wanita kuat yang gampang marah dan bermulut tajam saat menghadapi para pegawainya. Ia dikenal pandai memasak, karenanya ia mendedikasikan dirinya pada pekerjaannya.

Pada suatu malam, Megumi menghadiri sebuah pesta di rumah temannya. Ia lalu memutuskan untuk pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Para pelayan mengatakan ia sedikit mabuk untuk mengemudi. Ia menolak saat beberapa orang menawarkan tumpangan padanya. Ia meninggalkan pesta pada pukul satu pagi. Saat itulah terakhir kalinya ia terlihat hidup.

Pagi berikutnya, sepasang kekasih sedang berjalan-jalan ke hutan yang terletak sekitar satu mill dari rumah Megumi. Mereka melihat banyak darah di jalan setapak yang ditumbuhi rumput. Karena penasaran, mereka mengikuti jejak darah tersebut hingga menemukan tubuh Megumi. Ia telah tercabik-cabik dengan bagian tubuhnya tertancap di berbagai cabang pohon. Polisi menemukan kartu remi di dalam mulut Megumi. Itu adalah kartu Jack sekop dengan tulisan "Alice" di atasnya.

Korban kedua adalah seorang laki-laki muda bernama Yamane Akio. Ia adalah seorang penyanyi band indie yang seringkali main di bar atau pesta. Teman-temannya menggambarkan ia sebagai laki-laki baik yang tidak pernah menaikkan suaranya saat berbicara dengan orang lain. Setelah kematiannya, band-nya tercerai-berai karena tidak tega mencari penyanyi yang baru.

Akio diculik dari apartemennya pada bulan Februari 2001. Teman se-band-nya merupakan orang terakhir yang melihatnya masih hidup saat mereka sedang berlatih pada dini hari. Malamnya, kekasih Akio datang untuk mengunjunginya, tapi wanita itu terkejut menemukan rumah sudah kosong. Setelah beberapa hari, ia mengisi laporan orang hilang dan mulai mencari keberadaan kekasihnya tersebut.

Saat mereka memeriksa jejak Akio dari kamera pengawas milik gedung apartemen, polisi terkejut saat melihat sesosok orang yang memakai tudung masuk ke apartemen melalui pintu samping. Beberapa menit kemudian, sosok itu membawa sebuah kantong sampah besar yang terlihat aneh. Penampakan ini tidak pernah dilaporkan karena wajah sosok tersebut tidak kelihatan.

Seminggu kemudian di bar tempat band Akio sering tampil, pemilik bar sedang bersiap-siap membuka bar-nya saat ia melihat pemandangan yang mengerikan. Tubuh Akio tergeletak di meja. Tenggorokannya robek, juga ada bekas tembakan di kepalanya. Kartu King wajik ditemukan di dalam genggaman tangannya.

Korban ketiga adalah seorang gadis remaja bernama Kai Sakura. Ia merupakan gadis manis yang disayangi oleh teman-teman sekelasnya dan kenalannya. Ia ingin pergi kuliah untuk belajar fashion design. Seminggu lagi ia akan lulus sekolah menengah atas.

Saat ia hilang, keluarga Sakura menjadi panik. Mereka melakukan segala cara untuk menemukan gadis tersebut. Tubuhnya ditemukan dua hari kemudian, terkubur dalam sebuah kuburan yang dangkal. Pembunuh menandai kuburannya dengan kartu. Itu adalah kartu Queen keriting.

Tubuh Sakura dimutilasi dengan kejam. Matanya dicungkil, mulutnya dipaksa membuka. Ia sepertinya dikuliti hidup-hidup. Ada juga sebuah mahkota yang diukir di kepalanya. Di tubuhnya, ada tulisan cakar ayam. Itu berisi banyak frase yang membingungkan seperti "kematian adalah mimpi yang berubah bentuk", "ia akan selamanya berkuasa", dan "siapa yang mati merupakan orang yang beruntung".

Korban terakhir adalah kakak beradik, Hina dan adik lelakinya yang bernama Hayato. Mereka sangat dekat, sehingga jarang sekali bertengkar. Hina keras kepala, sedangkan Hayato sangat pandai.

Pada tanggal 4 April 2005, dua anak tersebut ditemukan tewas di kamar tidur mereka dengan bekas tusukan di lengan. Jendela kamar tidur mereka terbuka. Oleh karena itu, polisi percaya jika si pembunuh mengendap-endap ke dalam ruangan tanpa membangunkan mereka. Pembunuh itu lalu menyuntik mereka dengan obat yang dosisnya mematikan, lalu melarikan diri dalam kegelapan malam. Setiap anak memegang kartu As cinta yang saat disatukan bersama-sama akan membentuk kata "Alice".

Bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara hanyalah sebuah jejak kaki hitam di karpet. Putus asa karena kesedihan yang mendalam, ibu mereka bunuh diri satu tahun kemudian. Ayah mereka menjadi sakit jiwa hingga harus tinggal selama bertahun-tahun di rumah sakit jiwa.

Beberapa saat setelah kematian anak-anak Oshiro, seorang gelandangan bernama Suzuki Yuuto ditangkap dengan tuduhan pembunuhan. Ia memiliki riwayat penyakit mental, sehingga ia mengaku tidak ingat dimana ia berada saat pembunuhan terjadi. Hal yang lebih mengerikan, ia memakai mantel milik Yamane Akio dan titik merah di mantel tersebut terbukti sebagai darah Akio. Saat polisi mengkonfrontirnya dengan bukti itu, Yuuto mulai meracau jika sesosok iblis hitam yang tidak memiliki wajah yang memberinya mantel tersebut.

Akhirnya, polisi terpaksa membebaskan Yuuto saat banyak saksi memastikan bahwa ia sedang ada di rumah penampungan yang berada lima mill dari tempat kejadian perkara saat Sakura dibunuh. Polisi tidak pernah menemukan menemukan tersangka lain sehingga kasus tersebut tetap tak terpecahkan.
***

Note:
Pembunuhan Alice merupakan sebuah legenda urban seram yang bercerita tentang kisah pembunuhan berantai di Jepang. Cerita ini ditulis oleh BigMouth12349 yang terinspirasi oleh sebuah lagu vokaloid oleh Yugami-P yang berjudul "Hitobashira Arisu" atau Pembunuhan Alice.

Urban Legend Jepang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang