= 5 =

1.5K 174 5
                                    



MARCUS menatap tak percaya pada sosok gadis yang baru saja melamarnya. Tidak. Tidak. Tidak. Marcus menggelengkan kepalanya kembali tanda tak percaya.


"Kau terkejut ya?" Yuuki kembali bersuara sembari beranjak dari kursinya, "ya, wajar sih."


"Maumu apa?" Marcus akhirnya membalas pertanyaan gadis itu. Yuuki menoleh.


"Menikahimu ... mungkin?"


"Jangan bercanda!"


"Aku tidak pernah bercanda dengan ucapanku, Marcus," balas Yuuki datar lalu duduk di kursi malasnya yang menghadap ke jendela, "aku sangat serius sekarang."


"Lalu, apa kau sekarang menculikku?"


Yuuki terkekeh lantas menoleh pada sosok Marcus, "Bisa dibilang seperti itu."


"Aku tak punya apa--"


"Kau punya badanmu. Sudah kubilang aku ingin menikah denganmu," sela Yuuki santai sembari meminum teh hijau yang tadi sempat dibuatkan oleh Onyx -salah satu anggota Phantomnya-.


"Tapi, aku sudah memiliki kekasih."


Yuuki terkesiap. Tangannya yang baru saja ingin mengangkat cangkir, langsung diurungkan.


"Itu tidak ada dalam data pencarian, Mike," ucap Yuuki pelan, "dia bilang kau-"


'BRAK'


Yuuki kembali terkejut ketika sebuah lampu tidur sudah melayang melewati tubuhnya dan menghantam meja kerjanya. Ia pun langsung menoleh tajam dan berjaga-jaga jika Marcus memang sedang emosi.


Terlihat Marcus sudah berdiri tegap dengan laci meja yang sudah ada di tangannya.


"Dia berniat melempar itu ... padaku?" batin Yuuki sedikit tak percaya.


"Dia mengambil resep yang sama selama dua minggu sekali. Dimana tiap obat biasanya mengandung hampir 10-20 kapsul, Lalu kau fikir sekasar apa dia sampai harus memerlukan obat penenang tiap dua minggu sekali, huh?"


Yuuki kembali teringat dengan ucapan Mike ketika dia bertanya tentang asal usul Marcus.


Obat penenang setiap dua minggu sekali.

Orang berbahaya.

Monster.


Yuuki mendecih berusaha mengacuhkan kata-kata Mike yang berusaha menghalangi keinginannya.


"Cih, bagiku kau tetap menarik Marcus," gumam Yuuki seraya bangkit dari kursinya, "Apa kau marah padaku?" tanyanya berusaha terlihat biasa saja.


"Lepaskan aku, atau a-aku akan me-melemparmu de-dengan ini!"


Yuuki tersenyum tipis. Jadi, Marcus hanya panik? "Kau takut?"


"Lepaskan aku atau aku panggil polisi!" teriak Marcus semakin panik ketika Yuuki berjalan satu langkah semakin dekat padanya, "berhenti!"


Yuuki tak peduli. Ia tanpa aba-aba langsung melemparkan ponselnya yang ada di mejanya dan benda itu terjatuh tak jauh dari tubuh Marcus. "Kalau begitu panggilah seorang polisi."


Marcus pucat pasi. Ia tak mengira kalau gadis di hadapannya ini adalah gadis yang nekat. Tangannya pun semakin bergetar karena ketakutan dan keringat dingin semakin membanjiri tubuhnya.


"Ku-kumohon." suara Marcus bergetar ketika mengucapkan kata itu. Dan, itu cukup membuat Yuuki langsung menghilangkan aura intimidasinya di ruangan tersebut.


Gadis itu menghela nafas.


"Tidurlah. Aku tak akan melakukan apapun padamu," balasnya datar seraya kembali duduk di kursi malasnya, "besok kau akan kuantar kembali ke tempat tinggalmu."


"Ta-tapi-"


"Aku tidak menerima penolakan," Yuuki kembali menghela pelan. Kepalanya ia tolehkan pada sosok Marcus, "tidurlah. Jika aku macam macam denganmu, kau bisa menggunakan pistol di bawah bantal untuk menembakku."


Marcus yang masih dalam posisi berdiri, tertegun dengan ucapan Yuuki lalu segera memastikan dengan mengangkat bantal yang ada di kasur tersebut. Dan benar saja. Memang ada sebuah pistol disitu.


Tangan pria itu bergetar, takut.


"Sebenarnya ... kau siapa?" Marcus kembali menyuarakan isi hatinya. Kepalanya ia tolehkan pada sosok Yuuki yang mulai kembali asik dengan pemandangan kota London di malam hari. Berharap gadis itu menjawabnya sesuai ekspetasinya.


"Hanya seorang manusia yang berada dalam kegelapan." Yuuki berujar pelan sembari meminum kembali teh hijaunya.




= TO BE CONTINUED =


Since : 24-04-2017

GUARDIAN [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang