= 37 =

1K 132 9
                                    

Semua yang ada di ruangan itu menatap Marcus tak percaya. Beberapa dari mereka bahkan berdeham pelan untuk menenangkan saraf mereka yang terkejut.


Marcus yang mengamati sedari tadi hanya tersenyum tipis. Matanya memandang satu persatu ketua klan yang datang. Klannya tidak ada yang datang, sudah jelas.


Lalu matanya menatap kearah lain dan ia baru sadar jika ketua klan Red Orchids belum menampakkan batang hidungnya.


"Sayang sekali aku harus mengurangi keramahanku, karena aku benar-benar tidak berbakat dalam hal itu. Sekarang, dimana rivalku?" ucap Marcus tanpa dosa yang sontak membuat Alex berdeham keras berusaha menyadarkan tingkah nekat Marcus.


"Tuan, tolong jaga bicara—"


"Lucas Luccifer. Dimana dia? Aku pikir mengutus salah satu anggota klanku dan anggota phantom, tidak membuatnya diam ketakutan di mansionnya kan?"


Sial.


Alex merutuk dalam hati begitu suasana semakin canggung dengan tingkah Marcus yang semakin di luar nalarnya. Mau apa dia sebenarnya?


"Hey, hey, jangan menghinaku, pencuri." Seolah sengaja mencari perhatian, Marcus menatap pintu setinggi dua meter di depannya yang terbuka. Berlawanana dengan pintu masuknya tadi. Jarak yang tak begitu jauh dengan meja konferensi, membuat Marcus bisa melihat sosok yang ia cari sedari tadi.


"Oh, hell, executor." Desis Marcus santai, yang sontak membuat Lucas menggeram tertahan diujung sana. Ia berusaha untuk terlihat angkuh meskipun dari sudut pandang Marcus, tidak. Lucas mengambil tempat di kursi bertuliskan Red Orchids disana.


"Aku tak mengira kekuatan klan utama, Black Lotus melemah, sebab anggota klan mereka dan phantom yang datang padaku begitu menyedihkan."


"Tuan Lucas, jaga bicara anda." Nicole akhirnya berusaha menengahi pertengkaran tak kasat mata mereka yang mulai memanas. Sungguh, perdebatan menggunakan verbal jauh lebih menyakiti telinganya.


"Ya, Lucas. Jaga bicaramu." Balas Marcus santai.


Alex menyerah dengan kondisi aula saat ini.


"Aku mengadakan rapat ini bukan untuk mendengar kata-kata kurangajar dari perwakilan klan Black Lotus dan kekasaran berbicara dari ketua Klan Red Orchids." Salah satu Tetua, Graham, akhirnya mengemukakan suaranya. "Kami kesini untuk mendengar langsung maksud dari kesalahpahaman pemilihan Guardian, disini. Seperti yang diketahu—"


"Tidak bisakah ke intinya saja? Semakin lama kalian membual, semakin lama tingkat penyembuhan kekasihku." Potong Marcus cepat. Sepertinya dia terlalu mendalami karakter pasangan bahagianya.


Graham meradang. "Kurangajar! Apa begini cara ketua klan Black Lotus mendidik anggota—"


"Aku bukan anggota klan ini. Aku anggota klan Viridian Lavender. Kurasa tadi aku sudah menjelaskan jika aku hanya perwakilan klan Black Lotus saja." Sela Marcus yang sontak membuat semua hadirin disana kembali terkejut tak percaya.


Alex sudah masa bodoh dengan kondisi kacau saat ini. Ia hanya menyiapkan dirinya waspada, jika mendadak terjadi sesuatu di luar rencana.


"Jangan bercanda! Viridian tidak termasuk dalam hitungan klan utama!" sela Edward, salah satu ketua klan, Violent Rose. "Viridian tidak pernah ikut serta dengan kelompok ini, jadi jangan—"


"Berisik."


Mata Marcus menyipit. Ia mengubah aura yang tadinya tegang menjadi senyap hanya ucapan singkatnya.


"Sudah kukatakan, berbicaralah langsung ke intinya. Kekasihku menungguku." Nada Marcus berubah menjadi lebih berat dari sebelumnya.


"Siapa yang kau sebut—"


"Aku tidak pernah mengijinkanmu berbicara, Lucas." Potong Marcus yang sontak membuat Lucas terdiam di tempatnya. Bukan hanya yang lain, namun Lucas sendiri terkejut dengan sikapnya yang seolah 'menurut' pada Marcus itu.


Seolah ucapan Marcus adalah mantra yang tak terbantahkan.


"Aku tahu kalian sengaja memancingku keluar dan mencari letak kesalahanku agar kalian bisa melakukan kudeta. Kalian pikir aku sebodoh itu? Ah—" Marcus menghentikan ucapannya. " Tidak, tidak. Biar kuganti pertanyaanku. Apa kalian pikir Yuuki sebodoh itu?"


Keadaan kembali hening dengan sudut mata Marcus yang terlihat mengawasi seluruh ruangan. Semua ketua klan tampak berkutat dengan pikirannya sendiri, hingga, George, tetua lainnya memecah keheningan.


"Dari cara bicara kurangajarmu, mendadak aku teringat dengan ketua klan Viridian—"


"Aku ketuanya." sela Marcus yang entah sudah kesekian kalinya untuk hari ini. Membuat Tetua yang berbicara kali ini hanya menggelengkan kepalanya tak percaya.


"Sudah kuduga namamu terasa familiar di telingaku. Bagai—"


'BRAAK'


Semua mata sontak menoleh kearah pintu masuk dari kebun labirin. Disana tampak Yuuki berdiri dengan napas terengah-engah dengan wajahnya yang masih terlihat pucat pasca siuman.


Marcus memandang aneh kearah gadis itu, "Yuu—"


"Jangan.Pernah.Sentuh.Guardianku." desis Yuuki dengan nada emosi yang kental. Napasnya terengah berat. Sepertinya ia masih dalam kondisi kurang stabil. "Atau kalian akan mati di tanganku."


Yuuki lalu memaksa masuk ke ruang aula itu hingga berdiri di samping Marcus.


Marcus hanya terkekeh pelan bagai tak terganggu dengan ucapan Yuuki, kemudian kembali menoleh kearah para tetua klan yang datang saat itu. "See? Bukankah dia menggemas—"


"Menikahlah denganku, Marcus Karvaregzel!" ucap Yuuki lantang sembari tersenyum. Senyum yang menurut Marcus terlihat cukup memaksakan diri.


Tak lama kemudian, dirinya hanya menatap tak percaya sosok di depannya begitu tersadar dari kalimat dan senyuman Yuuki. Ia gelagapan. Itu diluar rencananya. "A-apa?"


Sial, dia lupa jika menjadi Guardian itu tandanya dia akan menikah!


= TO BE CONTINUED =

NB : Maafkan kesalahan ketik. Typo mungkin beterbangan dan melayang-layang diantara kalimat diatas. Have a good read!

See you on next chapter~


Since : 22-05-2018

GUARDIAN [ON-HOLD]Where stories live. Discover now