= 16 =

1.1K 109 0
                                    


***


"SEBENARNYA kita mau kemana, Nona?" Marcus sedikit kelimpungan mengikuti langkah Yuuki menyurusuri lorong rumahnya. Demi apapun, bahkan apartemennya saja tidak seluas lorong rumah gadis yang kini berjalan di depannya itu. "Nona?"


"Marcus, berhentilah berisik. Aku hanya ingin membawamu keluar dari rumah ini."


"A-apa? Ja-Jadi, Nona tidak jadi menjual organ dalamku?" balas Marcus shock, "astaga, syukur-agh!"

Badan Marcus seketika menabrak tubuh Yuuki ketika tanpa aba-aba gadis itu sudah menghentikan langkah kakinya.


Yuuki menoleh tajam kearah Marcus dan beberapa saat menghela nafas pelan. "Demi Tuhan, aku sepertinya harus membeli plester baru untuk manusia manis sepertimu, Marcus. Ingatkan untuk membeli yang warna hitam."


Eh?


"Maksud Nona?"


"Diamlah ... atau aku benar benar akan memenggal kepalamu dan kau keluar dari rumah ini hanya bagian leher ke bawah," sinis Yuuki sedikit sebal. Dia bahkan tak bisa bersabar menghadapi tingkat kecerewetan Guardian pilihannya itu.


Dan itu sukses membuat Marcus di lain sisi diam seribu bahasa. Menurutnya, ucapan gadis itu patut diperhitungkan mengingat kesantaian gadis itu memakan sarapannya tadi pagi yang entah beracun atau tidaknya masih diragukan.


Mereka kembali berjalan menusuri lorong tersebut hingga akhirnya Yuuki membuka pintu kaca rumah bagian belakangnya dan beringsut duduk di sebuah sofa putih tak jauh dari teras rumah. "Kemarilah ... duduk di sisiku."


Marcus sedikit ragu menuruti perintah gadis itu tetapi akhirnya ia perlahan mencoba untuk duduk di sofa yang sama dengan yang diduduki Yuuki. Tetapi, belum sempat duduk dengan pas, mendadak saja kepalanya sudah dibaringkan secara paksa di paha Yuuki dan gadis itu hanya mengelus rambut kepalanya dengan santai.


"No-nona, apa y-yang-"


"Rilekslah. Kau tegang sedari tadi. Aku tidak akan berbuat macam-macam."


"Tapi-"


"Astaga, Marcus! Bisakah kau sedikit saja mempercayai ucapanku? Aku tidak bisa sesabar gadis lain, asal kau tahu!" sela Yuuki kesal.


"B-baiklah."


"Bagus ... jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"


"Eh, maksud Nona?"


"Kau pasti bingung dengan semua yang terjadi kali ini, Marcus. Apa kau tidak penasaran sedikitpun?"


Marcus terdiam sebentar. Tapi, beberapa detik kemudian akhirnya ia buka suara.


"Kenapa, Nona membawaku ke sini?"


"Hm, aku hanya ingin melakukan seperti yang aku bilang padamu waktu itu," balas Yuuki santai, "menikahimu."


"Aku tidak paham." balas Marcus pelan. "Kapan aku bertemu denganmu, Nona? Seingatku ini pertama kalinya kita bertemu."


Yuuki terdiam sebentar. Sepertinya, ia mulai sedikit paham dengan apa yang terjadi. "Kau benar-benar lupa apa yang terjadi, ya? Atau kau memang mudah lupa?"


Marcus hanya mengedipkan matanya dan menoleh ke segala arah. Sepertinya, pria itu kebingungan.


"Marcus,"ucap Yuuki serius, "apa yang kau takutkan? Berhentilah berpura-pura bodoh di hadapanku."


"Kurasa, aku memang bodoh." jawab Marcus pelan, dan matanya sontak membulat tak percaya ketika Yuuki mendadak saja sudah mencium bibirnya kilat.


"Kau tidak bodoh," seru Yuuki sembari tersenyum tipis lalu kembali melanjutkan usapannya pada rambut Marcus. "jangan pernah merendahkan dirimu sendiri."


Marcus tersipu mendengar ucapan Yuuki lalu segera menolehkan kepalanya ke arah lain.


"Aku mencintaimu, Marcus. Hanya itu yang perlu kau tahu. Aku miikmu. Jadi, jangan pernah tinggalkan aku ... lagi."


Marcus menoleh cepat begitu mendengar pengakuan cinta dari Yuuki. Matanya menatap tak percaya sosok Yuuki yang masih tersenyum kecil padanya.


Hingga akhirnya, bibir gadis itu lagi-lagi menciumnya.



= TO BE CONTINUED =




Since : 20-05-2017

GUARDIAN [ON-HOLD]Where stories live. Discover now