2. HUG ME DADDY

108K 7.5K 196
                                    

Wanita itu berdiri di depan jendela kamarnya sambil menatap gemerlap bintang-bintang malam yang selalu terlihat Indah. Posisinya tak pernah berubah. Dan Bulan entah kenapa malam ini terlihat sangat terang.

Anna tersenyum, tak lama setetes air matanya jatuh ke pipi. Anna mengambil sebuah foto dari dalam laci, dan memandangi foto sosok bocah laki-laki di dalam foto itu dengan lama. Memperhatikannya terus lalu kembali tersenyum. Anna meletakkan foto itu ke dadanya sambil tersenyum miris. Setelah sekian lama Anna menahan rindu pada putra kecil yang ia tinggalkan dua tahun lebih yang lalu. Anna begitu merindukan anaknya itu, bagaimana rupanya kini, bagaimana kabarnya kini. Anna kembali menangis menahan rindu.

"Tuhan, sampaikan dalam mimpi putraku. Kalau aku tidak pernah melupakannya. Sampaikan juga kalau aku selalu mendoakannya, menyayanginya dan sangat mencintainya melebihi diriku sendiri" bisik Anna lirih dan kembali menatap foto itu.

Foto anak laki-lakinya yang ia tinggal saat umurnya masih dua tahun. Bocah itu terlihat sedang tidur dalam ayunan.

"Mommy selalu berharap kau sehat nak. Baik-baiklah dimanapun kau berada sayang"

×××××

Suasana makan malam di sebuah rumah mewah terasa sangat canggung. Seorang pria tampan duduk makan sendirian di meja makan. Ia makan dengan banyak pikiran di meja makannya itu.

Bi Hasri baru saja turun dari lantai atas dan berjalan ke dapur.

"Apa Ezar masih marah padaku?"

"Iya tuan"

"Biarkan saja dia, nanti biar aku yang bicara" kata Reza kembali menikmati makan malamnya.

Bi Hasri berjalan ke dekat meja makan dan duduk di meja makan yang sama dengan tuannya itu.
"Lebih baik saya yang bicara" kata bi Hasri.

Reza meletakkan garpu dan sendoknya di atas piring lantas menatap bi Hasri.
''Kenapa memang kalau aku yang bicara?"

"Saya tidak menyukai gaya bahasa tuan saat berbicara dengan Tuan muda"

"Apa kau sedang memarahiku dengan nada halus?" tanya Reza dengan tatapan tidak percaya. Bi Hasri jarang bertindak sejauh ini.

"Iya"

"Kenap-"

"Jika tuan ingin tau. Tuan terlalu keras berbicara dengan Ezar yang masih terlalu kecil. Padahal jika tuan berbicara baik-baik padanya di masih bisa mengerti. Dia hanya ingin di perhatikan selayak anak-anak lain tuan" kata bi Hasri bangun dari kursi dan pergi dari dapur.

Ia tahu. Reza tak akan marah padanya hanya karena bi Hasri menasehati Reza dengan kata-kata seperti barusan. Reza sudah sangat mengerti dan itu hal yang biasa.

Reza membuang wajahnya ke samping. Mungkin dia memang salah. Akhirnya Reza meninggalkan dapur dan naik ke lantai atas. Reza berjalan ke kamar Ezar lalu mengetuk pintu kamar itu beberapa kali.

"Ezar buka pintunya. Daddy ingin bicara" kata Reza sambil terus mengetuk pintu kamar Ezar.

Dari dalam kamar Ezar berteriak.
"Tidak mau!"

"Ezar ayolah... Daddy ingin bicara. Apa Ezar masih marah pada daddy?" tanya Reza kebali.

Tak ada jawaban.
Reza menghela nafas lalu berkata.
"Baiklah" Reza akhirnya dengan berat hati meninggalkan kamar itu dan masuk ke kamarnya sendiri.

Sementara Ezar di dalam kamar terus saja menangis. Ia menangis sambil menatap foto seorang wanita yang tengah menggendong sosok bayi kecil, yaitu dirinya. Di foto itu hanya terlihat gerai rambut Anna yang panjang, dan sebelah mata juga sedikit batang hidungnya. Ezar tak bisa membayangkan lebih detail seperti apa wajah mommynya yang sesungguhnya.

I MISS YOU MOMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang