7. TEMA

72.8K 6.1K 392
                                    

"Kapan kita bisa meresmikan hubungan ini?" Tanya Helvi tanpa ragu.

Reza tersedak oleh makanan yang masuk ke dalam mulutnya. Ia buru-buru mengambil minuman soda di sudut meja lalu setelahnya membersihkan sisi mulutnya dengan tissu. Kali ini Reza kembali menatap Helvi dengan tatapan tidak percaya.

"Semua ini perlu waktu. Kau tidak bisa baru datang ke kehidupan putraku dan langsung menjadi mommynya. Kan sudah pernah ku katakan kalau meski ia tak mengenal Anna, tapi ia begitu menyayangi wanita itu" jelas Reza panjang lebar.

"Tapi kita harus merencanakan semua ini juga"
Kekeh Helvi kembali.

"Jujur saja untuk ke arah situ aku belum memikirkannya" Reza membuang wajahnya ke arah lukisan Ezaron di ruangan kantornya.

Helvi terlihat kesal. "Jadi kau tidak serius dengan ucapanmu beberapa waktu lalu?"

"Aku serius, bagaimana tidak!" Kelihatannya emosi Reza sedikit terpancing ke atas.

"Jika kau serius kau bukannya sudah memikirkan ini?"

Reza menghela nafas. "Kurasa akan lebih baik jika kita menikah setelah ulang tahun Ezar yang ke lima" Reza melanjutkan kembali acara makannya.

"Tapi-"

"Aku yang mengatur atau kita batalkan segalanya?" Potong Reza dengan cepat. Ia tidak suka orang lain mengaturnya. Bahkan posisi Helvi saat ini tak bisa menggoyahkan keinginannya.

Helvi diam. Mencoba meredam emosinya dengan kuat dan mengangguk pelan.

"Baiklah"

*****

Rumah keluarga Albert. 19:25

Di atas tempat tidurnya Ezar asik mewarnai gambar di buku gambarnya dengan krayon. Buku bergambar itu memang cukup menghibur Ezar jika ia sedang senang mewarnai. Ia bisa mewarnai semua halaman di buku gambar itu jika ia sedang menginginkannya. Oleh sebab itu, stok buku gambar mewarnai ada banyak di keranjang bukunya.

Bi Hasri masuk dengan sebuah dot berisi susu untuk Ezar. Melihat sang tuan muda sedang duduk mewarnai di atas ranjangnya. Bi Hasri lantas mendekat dan meletakkan dodot susu tersebut di meja sisi ranjang.

"Gunungnya kenapa tidak warna hijau?" Tanya bi Hasri sambil memperhatikan apa yang tengah Ezar warnai. Tangan keriputnya perlahan terulur mengelus puncak kepala sang anak majikan.

"Oh, ini gunung Elbrus yang difoto Ezar dan daddy saat di Rusia" ucapnya sambil terus mewarnai dengan fokus.

"Yang putih-putih itu?" Bi Hasri menunjuk warna putih-putih di gambar puncak gunung yang sedang Ezar warnai.

"Ini saljunya" sahutnya dengan tanggap.

Bi Hasri tersenyum dan mengelus puncak kepala Ezar dengan sayang. Anak nyonya nya tumbuh dengan sangat sehat dan pintar. Bi Hasri akan terus menjalankan amanah ini hingga akhir hidupnya. Ia telah berjanji pada dirinya sendiri.

Tak lama, Ezar selesai mewarnai pemandangan gunung di buku itu. Ia bangkit dan bergerak turun dari ranjang.

"Ezar hendak kemana?"

I MISS YOU MOMMYWhere stories live. Discover now