33. MOMMY IS SICK

75.6K 5.9K 479
                                    



SELAMAT MEMBACA


Ruangan serba merah muda itu tampak sunyi dari suara obrolan apapun. Hanya terdengar suara yang terus terulang seperti tiit... tiit... tiit... dan suara jarum menit jam yang terus bergerak berputar saat ini. Hanya ada seorang pasien diatas brankar, serta ayah dan anak yang terus menunggu wanita diatas brankar terbangun. Terus berdoa dan berharap istri sekaligus ibu terbangun.

Sosok pria bertubuh tinggi itu tampak duduk disisi brankar sambil menggendong putra laki-lakinya. Anak diatas pangkuan sang ayah itu tak hentinya bertanya..

"Dadd, kapan mommy kita akan bangun? Tadi daddy bilang mommy baik-baik saja."

"Daddy juga kurang tau, nak. Kan daddy CEO bukan dokter."

Jawaban sang daddy membuat Ezar memanyunkan bibirnya, jawaban bodoh macam apa itu pikirnya. Semua orang juga tahu jika daddy-nya adalah pengusaha, bukan seorang dokter.

"Ahhh..." Ezar menghela nafas lelah sambil meyandarkan kepalanya kedada bidang Reza. Reza pun mengelus kepala putranya dengan lembut seraya berujar. "Sabar ya.."

"Daddy." Ezar mendongakkan kepalanya dan menyentuh rahang Reza dengan jemari mungilnya.

"Hmm..."

"Ezar sangat senang digendong oleh daddy seperti ini. Dulu kan daddy jarang memperlakukan Ezar semanis ini." Putra kecil itu terkekeh pelan.

Reza tersenyum tipis. Mengeratkan pelukan tangannya di perut Ezar dan mengecup puncak kepalanya pelan. "Mulai dari sekarang biasakan dirimu, karena daddy akan sering-sering menggendong abang seperti ini."

"Benarkah? Tapi kan sebentar lagi kita mau punya dedek bayi, bagaimana cara daddy menggendong Ezar juga?"

"Mudah sekali, daddy gendong dua-duanya anak daddy.." Reza menyentuh pelan puncak hidung mancung Ezar sambil keduanya terkekeh.

Ezar tersenyum lebar dan berbisik pelan. "I love you, Dadd."

"I love love love you too, prince." Reza menyandarkan kepalanya pada kepala sang anak. "Jika lelah, Ezar tidur saja di sofa, mau?" Tawar Reza yang dijawab gelengan oleh Ezar dengan cepat.

Tak lama dari itu, ayah dan anak itu sama-sama menegakkan badan dengan cepat setelah melihat jemari lentik Anna bergerak pelan. Keduanya masih diam, menanti pergerakan berikutnya. Mengantisipasi salah lihat atau apapun hal yang mengecewakan lainnya. Tapi ternyata memang benar, bahkan kali ini bukan lagi jemari Anna yang bergerak, melainkan bulumatanya juga bergerak pelan.

"Mommy.." Bisikan dengan suara imut yang khas itu menyambut Anna yang baru terbangun.

Kedua mata Anna kini dapat melihat Ezar yang tengah duduk manis tampak khawatir dipangkuan Reza. Ezar perlahan meraih jemari Anna.

"Mommy tidak apa-apa?" Pertanyaan itu langsung membuat Anna tersenyum simpul.

"Iya." Sahut Anna lirih. Berikutnya ia melihat perutnya yang masih buncit, Anna menghembuskan nafas lega seraya mengelus dada. Ia pikir kandungannya kenapa-napa. Anna tidak pernah membayangkan jiwa bayinya harus lahir prematur karena seingatnya ia malah pingsan di kamar mandi.

"Aku dan Ezar cukup khawatir. Syukurlah kau sudah sadar." Ujar Reza sambil tersenyum dengan lebar.

Masih belum bisa Anna lupakan kekesalannya pada Reza, sehingga ia mengabaikan ujaran pria itu. Anna menatap Ezar kembali dan mengelus tangan kecilnya. "Pangeran mommy sudah makan?"

Reza merasa jika Anna mengabaikannya, oleh sebab itu Reza menundukkan wajahnya sedikit sedih. Lama ia menantikan Anna terbangun dengan kekhawatiran dan kecemasan, namun Anna malah mengabaikannya begitu saja. Meski begitu Reza senang dan bersyukur jika Anna terlihat baik-baik saja saat ini.

I MISS YOU MOMMYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang