6. SIMON

91.8K 5.5K 477
                                    

"Simon, sudah kau bereskan semua berkasnya?" Reza berjalan cepat menuju ruang meeting sambil mengancingi jas hitam yang melekat di tubuh tinggi atletisnya.

Simon mengangguk pasti.

"Kau memang selalu bisa di andalkan" Reza menepuk dua kali bahu Simon sebelum pada akhirnya masuk ke dalam ruang meeting. Reza menatap sekilas para jajarannya yang sudah duduk rapi di kursi mereka.

Simon tersenyum menatap Reza lalu agenda meeting mereka dilaksanakan.

Dua tahun yang lalu

Reza datang menghampiri Simon yang sedang duduk bersama keluarga kecilnya yang bahagia. Simon kaget saat Reza menghampirinya. Karena ia tak menyangka. Dan mereka mencari tempat untuk berbicara dua mata.

"Tuan?" Panggil Simon ragu.

"Aku bukan lagi tuanmu" ucapan Reza membuat Simon tersenyum kecut dan mengangguk paham. "Kelihatannya hidupmu jauh lebih baik saat ini. Apa kau bahagia?"

"Seperti yang kau lihat, tuan" Simon tau diri, ia tetaplah memanggil sebutan tuan untuk Reza. Karena walau bagaimanapun. Mario, almarhum ayah Reza sudah sangat baik padanya dulu.

"Aku memiliki rencana untuk menghabisi istri dan anakmu. Bagaimana pendapatmu, Simon?" Reza kali ini tersenyum miring.

Simon terdiam. Reza adalah pria ambisius yang tak pernah main-main dengan ucapannya. Dan apapun yang dia inginkan haruslah ia dapatkan. Ya, itulah Reza.

Reza tersenyum seraya menolehkan kepalanya ke arah Mira dan Olivia yang kini sedang dalam genggaman kendalinya. Reza memberitahu Simon ada penembak di atas sebuah gedung yang hanya tinggal menunggu aba-aba darinya untuk menembak ke arah seorang ibu dan anak perempuan itu. Simon melihat si penembak itu dengan gerakan yang siap mengunci calon korbannya sedari tadi.
"Lihat, aku akan menembakkan peluru tepat ke jantung mereka Simon"

"Jika kau membenciku. Jangan bunuh mereka yang sudah lama menderita. Bunuh saja aku, aku pantas mati akibat ulahku yang telah mempermainkanmu"

"Oh kau baru sadar telat mempermainkanku?" Tanya Reza dan Simon menganggukkan kepalanya.

Simon pasrah. Jika kali ini istri dan anaknya juga mati, maka ia akan menghabisi nyawanya sendiri setelah ini. Menyusul orang-orang yang telah terlebih dulu pergi meninggalkannya. Simon menatap ke arah Olivia dengan sendu.

"Putriku itu namanya Olivia, dia bukanlah anakku. Melainkan anak seorang pria brengsek yang telah tega meninggalkannya di panti asuhan sendirian demi seorang wanita lain yang telah menghancurkan rumah tangganya dengan Mira, istrinya saat itu. Sementara Mira ia buang ke rumah sakit jiwa dalam keadaan yang sehat selama bertahun-tahun. Kau tau bagaimana penderitaan seorang ibu yang dipisahkan oleh anaknya? Menyakitkan Reza"

Reza terdiam, kalimat Simon seolah menyindirnya sekaligus melukainya dengan belati tepat di bagian dada.

"Tegakah kau membunuh mereka yang baru saja aku bahagiakan?" Tanya Simon.

Reza diam menatap Simon. Ia tiba-tiba jadi mengingat Anna dan Ezaron.

Reza melonggarkan dasinya sebelum akhirnya melenggang pergi dalam diam meninggalkan tempat itu.

Melihat kepergian Reza, Simon menghela nafas. Ia yakin Reza pasti tak jadi membunuh istri dan anaknya yang tak tahu apapun.

Semenjak saat itu, seolah ada rasa terima kasih yang begitu dalam ingin Simon utarakan.

Hingga entah keberanian dari mana Simon datang menemui Reza di kantornya. Setelah lama mengumpulkan segala keberanian ia akhirnya datang. Karena, jujur saja selama ini hidupnya kurang tenang karena merasa telah menggagalkan rencana Reza tentang surat hak asuh anak itu. Meskipun yang telah ia lakukan adalah perbuatan yang benar. Istri Simon mengatakan kalau meminta maaf adalah jalan satu-satunya agar hidup Simon tenang.

I MISS YOU MOMMYWhere stories live. Discover now